Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

14 Efek Samping Steroid pada Anak, Orang Tua Wajib Tahu

ilustrasi anak sakit (pexels.com/cottonbro studio)
Intinya sih...
  • Kortikosteroid hanya boleh diberikan sesuai indikasi dan dalam pengawasan dokter, efek sampingnya dapat sangat serius bagi anak-anak.
  • Steroid dapat menyebabkan berbagai efek samping pada anak, termasuk masalah pertumbuhan, kegemukan, gangguan tidur, peningkatan tekanan darah, dan risiko infeksi yang lebih tinggi.
  • Dilarang menghentikan penggunaan obat steroid secara tiba-tiba karena ada risiko komplikasi serius.

Viral kasus baby sitter di Surabaya dengan sengaja mencekoki balita berumur 2 tahun dengan obat-obatan keras yang mengandung steroid (deksametason dan pronicy). Dilaporkan bahwa obat-obatan itu dia berikan kurang lebih satu tahun tanpa izin dan tanpa sepengetahuan ibu korban.

Ia mengaku secara sengaja melakukannya agar anak majikannya tersebut bisa gemuk. Namun, sayangnya obat keras, seperti steroid, yang diberikan dalam dosis tinggi dan jangka waktu lama dapat mengakibatkan efek samping berbahaya.

Dari sudut pandang medis, ini tidak dibenarkan karena penggunaan kortikosteroid atau steroid harus sesuai indikasi dan dalam pengawasan dokter.

Pada dasarnya, steroid digunakan untuk meredakan peradangan pada tubuh. Obat ini mengurangi pembengkakan, kemerahan, gatal, dan reaksi alergi. Steroid sering digunakan sebagai bagian dari pengobatan untuk sejumlah penyakit.

Kortikosteroid adalah obat yang sangat kuat dan hanya bisa didapat dengan resep dokter. Selain efeknya yang bermanfaat dalam mengobati beberapa masalah kesehatan, obat ini juga memiliki efek samping yang bisa sangat serius. Apabila anak diresepkan steroid, diskusikan apa saja risiko dan manfaatnya dengan dokter.

Alasan anak memerlukan obat steroid

Dokter meresepkan kortikosteroid untuk sejumlah kondisi yang berbeda, beberapa di antaranya adalah:

  • Asma, croup: Banyak kondisi yang melibatkan peradangan dan pembengkakan saluran napas akan merespons kortikosteroid. Bila digunakan untuk kondisi ini, pengobatan biasanya dibatasi sekitar 2–3 hari saja.
  • Penyakit radang usus, meliputi penyakit Crohn dan kolitis ulseratif: Kortikosteroid dapat membantu mengendalikan peradangan yang menyebabkan kambuhnya penyakit.
  • Distrofi otot Duchenne (Duchenne muscular dystrophy/DMD): Kortikosteroid telah terbukti memperlambat perkembangan kelemahan otot pada anak-anak dengan DMD. Kortikosteroid dapat membantu menjaga kekuatan dan fungsi otot dan juga dapat membantu menjaga otot jantung dan pernapasan.
  • Penyakit autoimun: Dalam kondisi ini, sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang bagian-bagian tubuh. Kortikosteroid membantu meredam respons kekebalan, mengurangi gejala dalam hal keparahan dan durasi.

Efek samping steroid pada anak

ilustrasi anak makan brokoli (pexels.com/cottonbro studio)

Seperti banyak obat-obatan lainnya, efek samping steroid untuk anak-anak dapat berbeda-beda pada setiap anak. Efeknya juga akan bergantung pada jenis dan dosis steroid yang diresepkan.

Harap diingat bahwa anak tidak boleh berhenti mengonsumsi steroid secara tiba-tiba tanpa saran atau pengawasan dari dokternya.

Berikut ini dipaparkan apa saja efek samping steroid yang bisa dialami oleh anak. Efek samping ini lebih mungkin terjadi pada pemberian dosis tinggi dan dalam jangka waktu lama.

1. Peningkatan nafsu makan

Umum bagi anak untuk merasa lebih lapar dari biasanya saat mengonsumsi steroid, dan ini dapat menyebabkan naiknya berat badan anak.

Steroid tidak hanya dapat memengaruhi nafsu makan, tetapi juga membuat tubuh lebih efisien dalam mengubah kalori menjadi simpanan lemak dan dapat menyebabkan tubuh anak menahan cairan.

Memberikan makanan yang mengenyangkan namun rendah kalori, seperti sayuran, mungkin akan membantu. Orang tua juga dapat mencoba menyajikan makanan dalam porsi yang lebih kecil.

Setelah anak berhenti mengonsumsi steroid, nafsu makan mereka akan kembali normal dan berat badan berlebih akan berkurang secara bertahap. Remaja terkadang merasa lebih sulit untuk menurunkan berat badan yang sudah naik. Hal ini juga dapat menyebabkan mereka sangat cemas.

Apabila khawatir tentang kenaikan berat badan terkait obat steroid, konsultasikan dengan dokter anak atau ahli gizi anak untuk mendapatkan saran.

2. Sulit tidur

ilustrasi anak tidur (pexels.com/cottonbro studio)

Beberapa anak mungkin merasa sulit tidur saat mengonsumsi steroid. Beri tahu dokter anak jika ini terjadi. Dokter mungkin akan meresepkan obat yang membantu menenangkan anak sebelum tidur. Atau, dokter mungkin menyarankan anak mengonsumsi steroid pada pagi hari untuk meminimalkan gangguan pada pola tidurnya.

Orang tua juga disarankan untuk membantu anak menciptakan kebiasaan sebelum tidur, misalnya dengan memberi anak minuman hangat dan mematikan TV, komputer, gadget, dan lainnya untuk membantu anak tenang dan rileks.

Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter anak sebelum mengubah jadwal minum obat anak.

3. Iritasi pada lapisan lambung

Jika mengonsumsi steroid dalam bentuk tablet, anak perlu mengonsumsinya bersama makanan atau susu untuk membantu mencegah iritasi pada lapisan lambung, yang dapat menyebabkan tukak lambung.

Anak mungkin mengalami gangguan pencernaan atau nyeri ulu hati setelah mengonsumsi tablet steroid. Anak biasanya akan diberikan obat antiasam bersama steroid untuk mencegah hal ini, tetapi beri tahu dokter jika anak mengalami gejala-gejala ini.

4. Kandidiasis oral

Kortikosteroid hirup mengurangi peradangan di saluran napas dan menekan respons imun.

Meskipun bermanfaat untuk mengatasi gejala pernapasan, tetapi kortikosteroid hirup juga dapat melemahkan sistem imun di tenggorokan dan mulut.

Biasanya, mulut mengandung berbagai mikroorganisme yang berbeda, termasuk bakteri dan ragi. Dengan sistem imun yang lemah, keseimbangan ini dapat terganggu, yang memungkinkan jamur Candida tumbuh berlebihan.

5. Peningkatan kadar gula darah

ilustrasi obat-obatan (freepik.com/freepik)

Jika anak lebih sering merasa lebih haus atau buang air kecil, segera beri tahu dokter karena gejala-gejala tersebut dapat menunjukkan kadar gula darah anak telah meningkat.

Apabila kadar gula darah tetap tinggi, beberapa anak mungkin perlu menggunakan insulin untuk sementara waktu. Namun, kadar gula darah anak biasanya akan kembali normal setelah pengobatan steroid selesai.

6. Retensi air

Tangan dan kaki anak mungkin membengkak karena tubuhnya tidak mengeluarkan cairan. Untuk membantu mengurangi pembengkakan, anjurkan anak untuk tidak berdiri di satu tempat terlalu lama dan menghindari menyilangkan kaki.

Hal ini juga berguna jika anak mengangkat kaki saat duduk atau berbaring.

Menjalani diet rendah garam (natrium) juga dapat membantu, tetapi konsultasikan dengan dokter anak sebelum melakukan perubahan apa pun pada pola makan anak.

7. Tekanan darah tinggi

Steroid dapat menyebabkan tubuh menahan garam dan air. Itu dapat menyebabkan retensi cairan dan meningkatkan tekanan darah.

Tekanan darah tinggi dapat terjadi akibat penggunaan kortikosteroid oral jangka panjang. Dokter anak akan mengawasi tekanan darah anak dengan ketat. Dokter mungkin menyarankan perubahan pola makan dan pengobatan jika tekanan darah anak tetap tinggi.

8. Kulit menipis

ilustrasi ibu menggendong bayinya (pexels.com/Kenneth Surillo)

Jika anak mengonsumsi steroid dalam jangka waktu lama (misalnya lebih dari beberapa bulan), kulitnya mungkin terasa lebih tipis dan lebih mudah memar.

Penipisan kulit merupakan efek samping steroid yang jarang terjadi dan bersifat sementara. Bicaralah dengan dokter anak, yang dapat menurunkan dosis steroid. Umumnya, efek samping ini akan hilang setelah dosis diturunkan.

9. Kelemahan otot

Kortikosteroid menyebabkan kelemahan otot dengan berbagai cara. Misalnya, kortikosteroid dapat mengubah perilaku serat otot. Kortikosteroid juga dapat menurunkan kadar kalium dalam tubuh.

Kalium adalah mineral yang membantu otot bekerja. Jika kalium rendah, kelemahan otot dapat terjadi.

Penggunaan kortikosteroid jangka panjang (empat minggu atau lebih) biasanya memiliki risiko miopati (beberapa kondisi gangguan otot di dalam tubuh) terkait pengobatan yang lebih tinggi. Namun, kortikosteroid dosis tinggi yang diberikan dalam jangka waktu pendek juga dapat menyebabkannya.

Kortikosteroid oral dan suntik kemungkinan besar menyebabkan kelemahan otot. Ini bukan risiko yang diketahui dengan kortikosteroid topikal.

10. Risiko infeksi lebih tinggi

ilustrasi anak sakit (pexels.com/Gustavo Fring)

Steroid dapat membuat anak lebih mungkin terkena infeksi karena steroid membatasi cara sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap virus dan bakteri.

Orang tua dapat membantu anak terhindar dari infeksi dengan menciptakan kebiasaan sehat seperti rutin cuci tangan dan tindakan kewaspadaan ekstra lainnya.

Beri tahu dokter jika melihat tanda-tanda infeksi pada anak, seperti:

  • Suhu tubuh di atas 37 derajat Celcius.
  • Kemerahan atau nyeri.
  • Luka yang membutuhkan waktu lebih lama dari biasanya untuk sembuh.

Jika diperlukan, anak mungkin akan diresepkan antibiotik untuk membantu melawan infeksi.

11. Inokulasi

Kebanyakan anak-anak telah mendapatkan semua imunisasi mereka saat mereka minum obat kortikosteroid jangka panjang.

Jika anak harus diimunisasi, bicarakan dengan dokter anak, karena anak-anak yang minum kortikosteroid tidak boleh menerima vaksin hidup seperti vaksin MMR (campak, gondongan, rubella) saat mereka minum obat. Penggunaan jangka pendek (misalnya untuk croup) tidak memengaruhi imunisasi.

Jika anak belum pernah terkena cacar air, penting bagi mereka untuk mendapatkan vaksinasi varicella sebelum mulai mengonsumsi kortikosteroid. Infeksi cacar air bisa sangat parah pada anak-anak yang mengonsumsi kortikosteroid.

12. Efek pada pertumbuhan anak

ilustrasi tinggi badan anak (pexels.com/Kampus Production)

Jika anak mengonsumsi steroid dosis tinggi dalam jangka waktu lama, itu dapat memengaruhi pertumbuhannya.

Dokter anak akan terus memantau anak selama menjalani pengobatan steroid untuk memastikan efek tersebut dapat diminimalkan.

Steroid dapat memengaruhi pertumbuhan anak melalui beberapa mekanisme berbeda. Misalnya:

  • Steroid mengurangi pelepasan hormon pertumbuhan alami tubuh. Hormon ini mendorong pertumbuhan linear dan memungkinkan anak mencapai tinggi badan dewasa.
  • Steroid juga mengurangi pembentukan tulang. Inilah sebabnya orang yang mengonsumsi steroid lebih rentan terhadap osteoporosis (pengeroposan tulang). Pada anak-anak, pembentukan tulang yang berkurang juga dapat memengaruhi tinggi badan dewasa akhir mereka.

Namun, penting untuk dicatat bahwa efek pada pertumbuhan anak tidak selalu terlihat. Misalnya, seorang anak yang mengonsumsi prednisone dosis rendah selama 5 hari untuk mengobati serangan asma mungkin mengalami penurunan sementara kadar hormon pertumbuhan atau pembentukan tulang. Namun, setelah pengobatan berakhir, fungsi tubuh mereka kembali normal, dan perubahan singkat ini tidak membuat perbedaan pada tinggi badan anak saat dewasa.

Di sisi lain, seorang anak yang harus mengonsumsi steroid dosis tinggi setiap hari selama berbulan-bulan akan mengalami perubahan ini dalam jangka waktu yang lebih lama. Dan ini dapat memengaruhi tinggi badan dewasa akhir mereka.

Risiko pertumbuhan terhambat pada anak bergantung pada:

  • Dosis steroid: Dosis yang lebih tinggi cenderung memengaruhi pertumbuhan anak daripada dosis yang lebih rendah.
  • Durasi pengobatan: Secara umum, anak-anak yang perlu mengonsumsi steroid setiap hari selama lebih dari tiga bulan berisiko lebih tinggi mengalami efek samping seperti gangguan pertumbuhan.
  • Cara penggunaan steroid: Steroid oral dan steroid intravena cenderung memengaruhi tinggi badan akhir anak secara signifikan. Kortikosteroid hirup masuk langsung ke paru-paru. Namun, steroid tersebut mungkin masih memengaruhi pertumbuhan anak pada tingkat yang lebih rendah. Satu penelitian menunjukkan bahwa steroid hirup menurunkan tinggi badan akhir anak sekitar 1 cm. Penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa steroid intranasal juga dapat menyebabkan perubahan kecil pada tinggi badan anak saat dewasa. Seperti steroid hirup, efeknya mungkin ringan. Krim steroid cenderung tidak memengaruhi tinggi badan anak kecuali jika digunakan dalam dosis tinggi untuk jangka waktu lama di area tubuh yang luas.

13. Efek pada mata

Penggunaan steroid dapat meningkatkan tekanan mata. Hal ini berlaku untuk banyak bentuk steroid.

Tetes mata dan obat oral lebih mungkin menyebabkan masalah mata. Dosis steroid hirup yang sangat tinggi juga dapat menyebabkan efek samping pada mata.

  • Katarak

Mengonsumsi steroid dapat menyebabkan jenis katarak yang disebut katarak subkapsular posterior. Ini menyebabkan terbentuknya area kecil dan keruh di bawah lensa mata.

Meskipun katarak merupakan efek samping yang diketahui bagi sebagian orang saat mengonsumsi steroid, tetapi kondisi ini sangat dapat diobati.

Pada anak yang tidak menggunakan steroid untuk mata sesuai petunjuk, anak dapat berisiko mengalami efek samping yang lebih berbahaya dan kurang dapat diobati, seperti makulopati fibrosis badan siliaris. Kedua kondisi ini melibatkan kerusakan pada bagian mata.

  • Korioretinopati serosa sentral

Korioretinopati serosa sentral (central serous chorioretinopathy/CSC) adalah kondisi yang menyebabkan cairan menumpuk di bawah retina. Kondisi ini dapat menyebabkan ablasi retina dan masalah penglihatan.

CSC paling umum terjadi pada orang dewasa muda dan setengah baya.

Jika dokter mendeteksi CSC sejak dini, menghentikan steroid mungkin cukup untuk membantu memulihkan penglihatan. Ada perawatan lain yang tersedia untuk mengobati mereka yang memiliki masalah CSC kronis.

  • Glaukoma

Mengonsumsi steroid dapat menyebabkan glaukoma akibat steroid. Meskipun dokter tidak tahu persis mengapa hal ini terjadi, tetapi ada beberapa teori.

Untuk kortikosteroid, diduga obat-obatan tersebut menghentikan sel-sel yang "memakan" serpihan di sel-sel mata. Hal ini menyebabkan penumpukan serpihan di bahan berair mata. Serpihan ekstra ini dapat mempersulit larutan berair untuk meninggalkan mata, yang meningkatkan tekanan mata.

14. Efek emosional

ilustrasi anak menangis (pexels.com/Yan Krukau)

Efek emosional umum terjadi akibat penggunaan steroid. Anak mungkin merasa cemas, mudah tersinggung, dan lebih emosional saat mengonsumsi steroid dan beberapa saat setelah berhenti.

Orang tua mungkin melihat anak menunjukkan perilaku anak kecil (misalnya tantrum) atau anak menunjukkan suasana hati yang "hiperaktif" dan merasa sulit untuk rileks dan duduk diam.

Beberapa orang tua merasa bersalah karena merasa frustrasi atau marah kepada anak mereka, tetapi penting untuk menyadari bahwa ini adalah masa yang sangat sulit dan perasaan seperti itu wajar.

Seperti halnya semua efek samping, bicarakan dengan dokter anak tentang perubahan tersebut pada anak. Mereka mungkin dapat melibatkan psikolog untuk membantu orang tua dan anak untuk mengatasi hal ini.

Kortikosteroid atau steroid hanya bisa didapat dengan resep dokter, dan penggunaannya pada anak harus dalam pengawasan dokter.

Orang tua tidak boleh menggunakan, menambah, atau mengurangi dosis, atau memperpanjang waktu penggunaan obat secara sembarangan.

Untuk kasus-kasus tertentu yang memerlukan dosis obat yang tinggi, pasien anak-anak harus berada di bawah pengawasan dan pemantauan dokter untuk segera mendeteksi dan menangani efek samping.

Hal penting lainnya adalah dilarang menghentikan penggunaan obat secara tiba-tiba karena risiko komplikasi insufisiensi adrenal akut yang parah dan mengancam jiwa. Pengurangan dosis harus dilakukan secara perlahan, sesuai dengan regimen pengobatan dan bimbingan dokter spesialis.

Beberapa hal yang perlu diketahui saat menggunakan kortikosteroid:

  • Minumlah obat pada waktu yang tetap dalam sehari. Diskusikan waktu terbaik minum obat dengan dokter yang merawat anak.
  • Berikan kortikosteroid pada anak bersama makanan untuk menghindari sakit perut.
  • Wajib memberi tahu dokter bahwa anak menggunakan kortikosteroid jika anak harus dirawat di rumah sakit untuk perawatan atau operasi.
  • Pencegahan osteoporosis, pengendalian berat badan: Jalani diet diet rendah lemak, rendah garam, batasi daging merah dan lemak jenuh, serta memperbanyak konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, air putih, dan susu bebas lemak. Tambahkan vitamin D dan kalsium dalam pola makan.
  • Ada beberapa vaksin yang tidak boleh diberikan saat sedang pengobatan steroid. Berkonsultasi dulu dengan dokter sebelum memutuskan untuk mendapatkan vaksinasi apa pun.
  • Hindari kontak dengan orang sakit, hindari tempat yang ramai.
  • Rutin cuci tangan.
  • Segera bawa anak ke dokter jika efek samping obat terjadi berulang atau memburuk.

Referensi

The Brain Tumour Charity. Diakses pada Oktober 2024. Side-effects of steroids for children.
Mayo Clinic. Diakses pada Oktober 2024. Corticosteroid (oral route, parenteral route).
The Royal Children's Hospital Melbourne. Diakses pada Oktober 2024. Corticosteroid medicine.
American Academy of Pediatrics. Diakses pada Oktober 2024. What are Corticosteroids?
Healthline. Diakses pada Oktober 2024. Can Corticosteroids Affect Vision?
Allen, D B. “GROWTH SUPPRESSION BY GLUCOCORTICOID THERAPY.” Endocrinology and Metabolism Clinics of North America 25, no. 3 (September 1, 1996): 699–717.
Briot, K., and C. Roux. “Glucocorticoid-induced osteoporosis.” RMD Open 1, no. 1 (April 1, 2015): e000014. 
GoodRx Health. Diakses pada Oktober 2024. Can Steroids Stunt a Child’s Growth?
McKay, Lorraine I., and John A. Cidlowski. “Physiologic and Pharmacologic Effects of Corticosteroids.” Holland-Frei Cancer Medicine - NCBI Bookshelf, 2003. 
Wolfgram, Peter M., and David B. Allen. “Factors influencing growth effects of inhaled corticosteroids in children.” Journal of Allergy and Clinical Immunology 136, no. 6 (December 1, 2015): 1711-1712.e2.
Bensch, Greg W. “Safety of intranasal corticosteroids.” Annals of Allergy Asthma & Immunology 117, no. 6 (December 1, 2016): 601–5.
National Eczema Association. Diakses pada Oktober 2024. Risks of Topical Corticosteriods.
University of Rochester Medical Center Rochester. Diakses pada Oktober 2024. Thrush (Oral Candida Infection) in Children.
Medical News Today. Diakses pada Oktober 2024. How to treat and prevent oral thrush when using an inhaler.
Surmachevska, Natalya, and Vivekanand Tiwari. “Corticosteroid Induced Myopathy.” StatPearls - NCBI Bookshelf, April 17, 2023.
Miernik, Sebastian, Agata Matusiewicz, and Marzena Olesińska. “Drug-Induced Myopathies: A Comprehensive Review and Update.” Biomedicines 12, no. 5 (April 30, 2024): 987.
GoodRx Health. Diakses pada Oktober 2024. Drug-Induced Myopathy: These 7 Medications May Cause Muscle Weakness.
GoodRx Health. Diakses pada Oktober 2024. 9 Prednisone Side Effects to Watch for in Kids.
Vinmec. Diakses pada Oktober 2024. Note when using Corticosteroids in children.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us