Balantidiasis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Gangguan pencernaan langka namun akut dan menular

Intinya Sih...

  • Balantidiasis adalah infeksi langka pada usus akibat parasit B. coli yang menyebabkan gejala seperti suhu tinggi, mual, muntah, sakit perut, dan diare berdarah.
  • Infeksi ditularkan melalui kontak dengan kotoran hewan atau makanan/minuman terkontaminasi.
  • Pencegahan balantidiasis dapat dilakukan dengan praktik kebersihan yang baik, pemurnian air minum, serta penanganan dan pengolahan makanan yang tepat.

Ada banyak gangguan yang dapat terjadi pada sistem pencernaan, salah satunya adalah balantidiasis atau balantidiosis. Ini merupakan infeksi langka pada usus akibat infeksi Balantidium coli, parasit bersel tunggal yang sering menginfeksi babi.

B. coli dapat ditemukan di seluruh dunia, tetapi paling banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis serta negara-negara berkembang.

Meskipun angka kejadiannya cukup jarang, tetapi balantidiasis tetap harus diwaspadai.

1. Gejala

Mayoritas individu dengan balantidiasis tidak menunjukkan gejala atau kalaupun ada gejalanya ringan. Sementara itu, beberapa orang lainnya mungkin mengalami sakit akut dengan gejala berupa suhu tinggi yang tidak normal, mual, muntah, sakit perut, dan diare berdarah.

Gejala-gejala tersebut dapat menyebabkan dehidrasi dan kelelahan ekstrem, terutama jika B. coli menyerang lapisan usus yang menyebabkan peradangan dan ulserasi.

Dalam kasus yang sangat parah, ulkus atau luka mungkin cukup dalam hingga membuat dinding usus berlubang, yang dapat mengakibatkan peradangan akut pada peritoneum, selaput yang melapisi perut.

Kadang-kadang, ulkus dapat mengurangi fungsi paru-paru.

2. Penyebab

Balantidiasis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi parasit Balantidium coli (flickr.com/Ed Uthman)

Balantidiasis adalah penyakit menular dan langka yang disebabkan oleh protozoa B. coli.

Parasit protozoa tersebut dapat ditularkan ke manusia secara langsung melalui kontak dengan kotoran hewan. Hewan pembawa B. coli yang utama adalah babi, sehingga infeksi manusia lebih sering terjadi di daerah yang terdapat babi, terutama jika tidak mempraktikkan kebersihan yang baik. 

Selain itu, manusia juga dapat terinfeksi secara tidak langsung lewat makanan dan minuman yang terkontaminasi. Infeksi dapat terjadi dalam beberapa cara, seperti:

  • Makan daging, buah-buahan, dan sayuran yang telah terkontaminasi oleh orang atau kotoran hewan yang terinfeksi.
  • Minum dan mencuci makanan dengan air yang terkontaminasi.
  • Memiliki kebiasaan kebersihan yang buruk.

Baca Juga: Piebaldisme: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

3. Diagnosis

Balantidiasis biasanya didiagnosis dengan pemeriksaan tinja di laboratorium. Parasit protozoa B. coli yang belum matang atau trofozoit biasanya dapat diperoleh dari tinja.

Diagnosis trofozoit juga dapat dideteksi dalam jaringan. Untuk mengumpulkan spesimen jaringan dari usus besar, prosedur sigmoidoskopi biasanya digunakan.

Sigmoidoskopi melibatkan penggunaan instrumen tipis berongga yang disebut sigmoidoskop untuk memeriksa secara visual bagian terakhir dari usus besar, yaitu rektum dan kolon sigmoid.

Lewat cara itu, dokter dapat mencari perdarahan, luka, dan peradangan untuk mendiagnosis penyebab diare dan keluhan lainnya, dan dapat mengambil biopsi jaringan untuk diperiksa.

4. Pengobatan

Balantidiasis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Novaya Siantita)

Balantidiasis biasanya diobati dengan antibiotik. Antibiotik yang paling sering digunakan adalah tetrasiklin.

Apabila kamu tidak dapat diberikan tetrasiklin, misalnya karena alergi, kamu mungkin akan diberikan obat iodoquinol atau metronidazol.

Selama pengobatan, kamu tidak perlu diisolasi. Namun, kamu harus benar-benar menjaga agar kotorannya tidak bersentuhan dengan air minum atau persediaan makanan.

5. Pencegahan

Tidak ada vaksin untuk mencegah infeksi balantidiasis dan seseorang yang pernah terkena bisa mengalami infeksi ulang.

Infeksi B. coli dapat dicegah dengan praktik kebersihan yang baik. Cuci tangan dengan sabun dan air setelah menggunakan toilet, mengganti popok, sebelum memegang makanan, atau kapan saja saat merasa tangan kotor.

Meningkatkan kebersihan serta sanitasi juga dapat mencegah penyebaran penyakit, karena penularan terjadi melalui konsumsi makanan dan air yang terkontaminasi. Jadi, pemurnian air minum sangat penting. Selain itu, penanganan dan pengolahan makanan dengan tepat juga dapat membantu mencegah infeksi.

6. Kondisi terkait

Balantidiasis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatanilustrasi masalah pencernaan (freepik.com/diana.grytsku)

Ada beberapa gangguan kesehatan yang sering disalahartikan sebagai balantidiasis karena memiliki gejala yang mirip. Berikut ini beberapa di antaranya:

  • Kolitis ulseratif: Penyakit radang usus akut yang ditandai dengan diare dan darah dalam tinja karena ulserasi usus. Gejala awal berupa kelemahan dan kelelahan. Mungkin juga terjadi ketidaknyamanan perut dan perubahan frekuensi serta konsistensi tinja.
  • Penyakit Crohn: Penyakit radang usus yang ditandai dengan peradangan kronis yang parah pada dinding usus dan bagian lain dari saluran pencernaan. Gejalanya termasuk mual, muntah, demam, keringat malam, kehilangan nafsu makan, perasaan lemah secara umum, diare, dan pendarahan dubur.
  • Sindrom iritasi usus besar: Gangguan pencernaan yang terjadi di usus kecil dan usus besar. Gangguan ini ditandai dengan sakit perut, sembelit, kembung, mual, sakit kepala, dan diare.
  • Gastritis erosif kronis: Gangguan inflamasi yang ditandai dengan lesi multipel pada lapisan mukosa lambung. Gejalanya meliputi rasa terbakar atau berat di perut, mual ringan, muntah, kehilangan nafsu makan dan kelemahan umum.

Meskipun langka, tetapi infeksi balantidiasis cukup kronis sehingga tidak boleh disepelekan. Jangan lupa praktikkan sanitasi yang baik dan bila perlu lakukan pemeriksaan tinja secara teratur untuk mendeteksi segala jenis gangguan pada sistem pencernaan.

Baca Juga: Infeksi Parasit: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Referensi

National Organization for Rare Disorders. Diakses pada April 2024. Balantidiasis.
Genetic and Rare Diseases Information Center. Diakses pada April 2024. Balantidiasis.
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada April 2024. Balantidium coli Infection FAQs.

Topik:

  • Nurulia R F
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya