Program kerja sama yang didukung oleh DEG Impulse dan Elekta ini akan berlangsung selama tiga tahun dan diharapkan mampu memperkuat kapasitas layanan kanker di Indonesia secara berkelanjutan," jelasnya dalam acara peluncuran ACTIVE 2.0 pada Rabu (24/9), di Jakarta.
Empat RS Rujukan Nasional Jadi Pusat Unggulan Penanganan Kanker

- Empat rumah sakit rujukan nasional ditunjuk sebagai pusat pelatihan, pengembangan infrastruktur, dan penyedia dukungan pemulihan pasien kanker serviks.
- Kasus baru kanker serviks mencapai 36.000 setiap tahun dengan prevalensi sekitar 23 kasus per 100.000 perempuan.
- Project ACTIVE 2.0 mendapatkan dukungan dari pakar medis internasional untuk meningkatkan kualitas perawatan kanker serviks di Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI, Kementerian Kerja Sama Ekonomi Federal Jerman (BMZ), Kedutaan Besar Jerman di Jakarta, serta sejumlah rumah sakit terkemuka resmi bekerja sama untuk membantu penanggulangan kanker serviks di Indonesia.
Melalui program bilateral ACTIVE 2.0 (Enhancing Cervical Cancer Treatment & Patient Recovery Across Southeast Asia), inisiatif ini bertujuan untuk menyempurnakan prosedur radioterapi di berbagai rumah sakit. Program ini juga diharapkan bisa meningkatkan hasil perawatan pasien, sekaligus memperkuat sistem layanan kanker secara nasional.
Program ini mendapat dukungan dari Deutsche Investitions-und Entwicklungsgesellschaft (DEG), Elekta, dan The Federation of Asian Organizations for Radiation Oncology (FARO), serta difasilitasi oleh Asia Society for Social Improvement and Sustainable Transformation (ASSIST).
1. Empat rumah sakit menjadi pusat pelatihan
Empat rumah sakit rujukan nasional, yakni RS Kanker Dharmais, RS Cipto Mangunkusumo, RS Sardjito, dan RSUP Dr. Mohammad Hoesin, resmi ditunjuk sebagai Center of Excellence (CoE) dalam Project ACTIVE 2.0.
Disampaikan oleh Direktur Pelayanan Klinis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dr. Obrin Parulian, M.Kes, penunjukan ini menempatkan mereka sebagai pusat pelatihan, pengembangan infrastruktur, serta penyedia dukungan pemulihan pasien kanker.
Sebagai pusat pelatihan, keempat rumah sakit tersebut juga akan memberikan pembekalan bagi rumah sakit di wilayah sekitarnya. Mereka akan membangun fasilitas dengan peralatan mumpuni guna meningkatkan kapabilitas tenaga kesehatan dalam penanganan kanker serviks.
2. Kasus baru kanker serviks mencapai 36.000 setiap tahun

Lebih lanjut, Dr. Obrin menjelaskan bahwa kanker serviks masih menjadi salah satu tantangan kesehatan terbesar di Indonesia dengan sekitar 36.000 kasus baru setiap tahun. Prevalensi ini setara dengan 23 kasus per 100.000 perempuan.
Melalui program ACTIVE 2.0, rumah sakit di Indonesia harapannya bisa memperoleh akses pada teknologi radioterapi mutakhir dan bimbingan dari pakar internasional.
"Kementerian Kesehatan menyambut baik kerja sama ini yang merupakan komitmen kami untuk memperkuat layanan kanker di dalam negeri. Kolaborasi ini sejalan dengan Transformasi Kesehatan khususnya untuk pelayanan onkologi sekaligus meningkatkan kapasitas tenaga medis di berbagai rumah sakit nasional," tambah Dr. Obrin.
3. Mendapatkan dukungan dari pakar medis internasional
Dalam kesempatan yang sama, Project Director ACTIVE 2.0, Paul Lee, menyatakan bahwa pelaksanaan Project ACTIVE 2.0 akan mendapatkan dukungan dari pakar medis internasional, termasuk ahli onkologi radiasi dari Jepang dan Eropa.
Para pakar ini akan memberikan pendampingan langsung di bawah koordinasi mitra global, sehingga transfer ilmu dapat berjalan efektif dan berkesinambungan. Jadwal pelatihan akan disusun bersama dengan institusi medis di Indonesia agar sesuai dengan kebutuhan lokal.
Dengan begitu, tenaga profesional kesehatan bisa mempelajari praktik terbaik internasional sekaligus mengadaptasikannya untuk meningkatkan kualitas perawatan kanker serviks di Indonesia.
Melalui kolaborasi internasional dalam Project ACTIVE 2.0, Indonesia diharapkan bisa memperkuat layanan kanker serviks dengan standar global. Upaya ini diharapkan bisa memperluas kapasitas tenaga medis dalam memberikan perawatan terbaik bagi pasien.