Malabsorpsi: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Perawatan

Kondisi saat tubuh tidak mampu menyerap nutrisi makanan

Saat mengonsumsi makanan sehat, tentu yang diharapkan adalah gizi dan nutrisi dalam makanan tersebut diserap dengan baik oleh tubuh. Namun, ini tidak terjadi pada orang-orang dengan kondisi sindrom malabsorpsi. Ini akan membuat pengidapnya tidak dapat menyerap banyak nutrisi dari makanannya, seperti karbohidrat, lemak, mineral, protein, atau vitamin.

Malabsorpsi yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang cukup serius. Untuk mengenalinya lebih lanjut, simak informasi berikut ini, ya!

1. Penyebab

Sindrom malabsorpsi memiliki berbagai penyebab, mulai dari penyakit tertentu, infeksi, atau bisa juga karena cacat lahir. Orang dengan riwayat operasi usus atau perut juga mungkin mengembangkan gangguan malabsorpsi. Dilansir Johns Hopkins Medicine, penyebab malabsorpsi lainnya termasuk:

  • Fibrosis kistik.
  • Pankreatitis kronis.
  • Intoleransi laktosa atau defisiensi laktase.
  • Penyakit seliak.
  • Penyakit Whipple.
  • Sindrom Shwachman-Diamond.
  • Intoleransi protein susu sapi.
  • Intoleransi protein susu kedelai.
  • Atresia bilier.
  • Abetalipoproteinemia.
  • Diphyllobothriasis.
  • Anemia pernisiosa.
  • Parasit seperti Giardia lamblia, Strongyloides stercoralis, dan Necator americanus (cacing tambang).

2. Gejala

Gejala malabsorpsi dapat bervariasi sesuai dengan penyebab, tingkat keparahan, dan berapa lama seseorang mengalami gangguan tersebut. Gejala akan muncul ketika terdapat peningkatan jumlah nutrisi yang tidak diserap melalui saluran pencernaan (defisiensi nutrisi) akibat penyerapan yang tidak memadai.

Dilansir MSD Manuals, gejala malabsorpsi yang paling umum adalah diare kronis. Bila penyerapan lemak tidak memadai di saluran pencernaan, tinja dapat mengandung lemak berlebih, sehingga berwarna terang, lunak, besar, berminyak, serta berbau busuk yang tidak biasa. Kemudian, penyerapan gula tertentu yang tidak memadai juga bisa menyebabkan diare eksplosif dan perut kembung.

Selain itu, gejala malabsorpsi lainnya mengutip Medical News Today mungkin meliputi:

  • Rasa lelah dan pelemahan tubuh.
  • Banyak buang gas atau kentut.
  • Steatorrhea, atau feses yang tampak pucat atau berwarna putih.
  • Tinja yang tampak berminyak.
  • Kram perut.

Malabsorpsi jangka panjang juga dapat menyebabkan efek seperti:

  • Sakit pada tulang.
  • Tulang yang mudah patah.
  • Sesak napas karena kekurangan zat besi dalam darah.
  • Pengecilan otot.
  • Lidah menjadi sakit.
  • Penurunan berat badan.

3. Faktor risiko

Dilansir Healthline, terdapat beberapa faktor risiko untuk sindrom malabsorpsi, yang meliputi:

  • Riwayat keluarga dengan fibrosis kistik atau malabsorpsi.
  • Mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar.
  • Pernah melakukan operasi perut atau usus.
  • Penggunaan obat-obatan tertentu, termasuk obat pencahar.
  • Bepergian ke tempat-tempat atau negara dengan angka kejadian parasit usus yang tinggi.

Baca Juga: Malabsorpsi Makanan pada Anak: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Malabsorpsi: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Perawatanilustrasi kelelahan (freepik.com/cookie_studio)

4. Diagnosis

Dokter dapat menanyakan gejala yang dirasakan pengidap untuk mendiagnosis malabsorpsi. Ini dapat meliputi kapan gejala mulai terasa, apa yang menyebabkan gejala memburuk atau membaik, dan riwayat kondisi medis pasien juga mungkin diperiksa. 

Kemudian, dokter dapat merekomendasikan berbagai tes untuk mengonfirmasi diagnosis, yaitu dengan:

  • Tes darah: Tes darah lengkap dapat dilakukan guna memeriksa kadar protein dalam darah agar dokter dapat mengetahui apakah seseorang kekurangan gizi atau tidak.
  • Tes tinja: Sampel tinja dapat diperiksa untuk menguji adanya kelebihan lemak di dalamnya. Tingkat lemak dalam tinja yang tinggi mengindikasikan seseorang tidak menyerap lemak dari makanan dengan baik.
  • Tes napas: Ini bertujuan untuk memeriksa gas hidrogen pada mereka yang intoleransi laktosa. Laktosa yang tidak diserap dengan baik akan menghasilkan gas hidrogen berlebih pada usus.
  • Tes pencitraan: Untuk memeriksa fungsi dan struktur organ pencernaan. Tes ini dapat berupa esophagogastroduodenoscopy (lingkup GI atas) atau kolonoskopi (lingkup GI bawah) untuk memeriksa lapisan usus dan mengambil biopsi jaringan untuk mendiagnosis kondisi tertentu.

5. Perawatan

Perawatan untuk malabsorpsi bertujuan untuk mengatasi berbagai gejalanya, misalnya dengan pemberian obat loperamide. Dokter mungkin akan memeriksa tanda-tanda dehidrasi dan memberi perawatan yang sesuai dengan penyebab malabsorpsi.

Misalnya, dalam kondisi malabsorpsi karena intoleransi laktosa, dokter dapat menyarankan untuk menghindari susu dan produk olahan susu lainnya, serta menganjurkan konsumsi tablet enzim laktase. Dokter juga dapat merujuk pasien ke ahli gizi agar dibuatkan rencana perawatan yang dapat membantu memastikan pasien mendapat nutrisi yang cukup.

Intinya, dokter dan ahli gizi akan berusaha membuat rencana perawatan yang dapat membantu pasien dalam mengelola gejala dan memungkinkan tubuhnya untuk mendapatkan nutrisi dan cairan yang dibutuhkan untuk tubuh berfungsi secara normal.

Untuk mengganti nutrisi dan cairan yang tidak dapat diserap dengan baik oleh tubuh, ahli gizi mungkin merekomendasikan:

  • Suplemen enzim: Dapat membantu tubuh dalam menyerap nutrisi yang tidak dapat diserap sebelumnya atau meningkatkan penyerapan nutrisi.
  • Suplemen vitamin: Karena usus tidak dapat menyerap cukup vitamin, ini dapat digantikan dengan suplemen vitamin berdosis tinggi. Tidak hanya vitamin, ahli gizi juga bisa memberikan berbagai suplemen nutrisi lainnya.
  • Perubahan pola makan: Memiliki kondisi malabsorpsi mengharuskan pasien untuk menyesuaikan pola makan guna menambah atau mengurangi makanan atau nutrisi tertentu. Ahli gizi dapat menyarankan untuk menghindari makanan tinggi lemak untuk mengurangi risiko diare, serta menyarankan makanan tinggi kalium untuk dapat menyeimbangkan elektrolit tubuh.

6. Komplikasi yang dapat terjadi

Tubuh yang tidak mendapatkan cukup nutrisi dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius. Dilansir WebMD, malabsorpsi yang tidak segera ditangani dan dikelola dapat menyebabkan:

  • Peluang infeksi lebih besar.
  • Osteoporosis, yang meningkatkan risiko patah tulang.
  • Pertumbuhan dan penambahan berat badan yang lebih lambat pada anak-anak.

Kondisi kekurangan nutrisi tertentu, seperti vitamin A dan zink dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Sebab, nutrisi tersebut sangat penting untuk sistem kekebalan tubuh dan pertumbuhan. Kekurangan vitamin dan mineral penting lain juga bisa menimbulkan gangguan kesehatan yang beragam.

Malabsorpsi: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan PerawatanIustrasi konsultasi dokter (pexels.com/cottonbro)

7. Pencegahan

Sindrom malabsorpsi umumnya tidak dapat dicegah, terutama bila kondisi ini terjadi akibat penyakit celiac, fibrosis kistik, atau kondisi kronis lainnya. Kondisi kronis tersebut dapat berlangsung lama, mulai dari beberapa bulan hingga seumur hidup. Bila mengalami malabsorpsi, pasien harus berkonsultasi dan mematuhi anjuran dokter guna mengelola gejala.

Mengidap sindrom malabsorpsi dapat memberikan efek jangka panjang yang tidak mengenakkan dalam kehidupan. Kondisi ini juga pada umumnya tidak dapat dicegah dan dapat berlangsung lama.

Bila mengalami malabsorpsi, kamu harus benar-benar memperhatikan gejala serta menemui dokter dan ahli gizi sesegera mungkin, supaya dapat mengelola gejala serta meminimalkan risiko komplikasi atau efek samping lainnya.

Baca Juga: 7 Risiko Kesehatan Konsumsi Makanan Olahan secara Berlebihan

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya