Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fakta Penting seputar Diabetes yang Wajib Kamu Tahu

Ilustrasi dokter memegang glukometer, alat untuk cek gula darah.
ilustrasi diabetes (IDN Times/Novaya Siantita)
Intinya sih...
  • Jumlah orang dengan diabetes secara global terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Menurut data, pada tahun 2024 terdapat sekitar 589 juta orang dewasa berusia 20–79 tahun yang hidup dengan diabetes. Angka ini diperkirakan akan melonjak hingga 853 juta orang pada tahun 2050.
  • Indonesia menempati peringkat kelima secara global, dengan sekitar 20,4 juta orang dewasa usia 20–79 tahun hidup dengan diabetes pada tahun 2024.
  • Diabetes merupakan salah satu penyebab utama kebutaan, amputasi, dan gagal ginjal di dunia.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Diabetes sering disebut sebagai “penyakit diam-diam” karena banyak orang tidak menyadari betapa serius dampaknya hingga komplikasi mulai muncul. Kadar gula darah yang terus tinggi perlahan merusak tubuh, meski gejalanya kadang terasa sepele.

Mengendalikan diabetes bukan cuma soal obat. Pengelolaannya menuntut kedisiplinan, seperti memilih makanan dengan bijak, bergerak aktif, dan rutin memantau kondisi tubuh. Konsistensi inilah yang menjaga kadar gula tetap dalam batas aman.

Sayangnya, masih banyak orang yang menunda. Mereka baru mencari informasi atau mulai menjaga pola hidup ketika kondisi sudah memburuk. Padahal, langkah kecil yang dilakukan sejak awal bisa mencegah perjalanan penyakit menjadi lebih berat.

Dan, pentingnya pengetahuan ini tidak berhenti pada mereka yang sudah didiagnosis. Kamu yang sehat pun perlu memahami fakta-fakta tentang diabetes, agar bisa melindungi diri dan orang-orang terdekat dari risiko yang sama.

1. Kasus diabetes global terus naik

Jumlah orang yang hidup dengan diabetes secara global terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Menurut data International Diabetes Federation (IDF), pada tahun 2024 terdapat sekitar 589 juta orang dewasa berusia 20–79 tahun yang hidup dengan diabetes. Angka ini diperkirakan akan melonjak hingga 853 juta orang pada tahun 2050.

Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menunjukkan tren serupa. Prevalensi diabetes global meningkat dari sekitar 7 persen pada tahun 1990 menjadi 14 persen pada tahun 2022. Kenaikan ini terjadi lebih cepat di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Tak hanya prevalensi, angka insiden atau kasus baru diabetes juga meningkat tajam. Secara global, jumlah kasus baru (gabungan diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2) bertambah dari sekitar 11,3 juta pada tahun 1990 menjadi 22,9 juta pada tahun 2017, naik lebih dari 100 persen.

Para ahli menilai tren ini tak lepas dari berbagai faktor seperti pertumbuhan populasi, penuaan, urbanisasi, perubahan pola makan, dan meningkatnya angka obesitas. Meski beberapa negara maju mulai menunjukkan pelambatan, tetapi beban penyakit ini secara global masih terus bertambah.

Dengan tren yang terus naik selama lebih dari tiga dekade, para peneliti menekankan pentingnya pencegahan, deteksi dini, dan pengelolaan diabetes yang lebih efektif untuk menekan dampaknya di masa mendatang.

Catatan penting: Prevalensi menggambarkan berapa banyak orang yang sedang hidup dengan suatu penyakit pada satu titik waktu atau dalam periode tertentu, sementara insiden menggambarkan berapa banyak kasus baru yang muncul dalam periode tertentu di suatu populasi.

2. Kasus diabetes di Indonesia juga terus naik

Menurut IDF Diabetes Atlas edisi ke-11, Indonesia menempati peringkat kelima secara global, dengan sekitar 20,4 juta orang dewasa usia 20–79 tahun hidup dengan diabetes pada tahun 2024.

Jumlah orang dewasa berusia 20–79 tahun dengan diabetes di Indonesia meningkat tajam dalam dua dekade terakhir. Pada tahun 2000, tercatat sekitar 5,7 juta orang hidup dengan diabetes. Angka ini naik menjadi sekitar 7,3 juta orang pada 2011, lalu melonjak lebih dari dua kali lipat menjadi 20,4 juta orang pada 2024. Jika tren ini berlanjut tanpa intervensi yang efektif, diproyeksikan jumlah kasus diabetes di Tanah Air bisa mencapai 28,6 juta orang pada 2050 seiring perubahan gaya hidup, urbanisasi, dan peningkatan usia harapan hidup.

Data ini menggambarkan laju pertumbuhan yang sangat cepat dan menjadi sinyal serius bagi upaya pencegahan dan pengendalian diabetes di tingkat nasional.

3. Jenis diabetes

Ilustrasi seorang laki-laki sedang cek gula darah dengan glukometer.
ilustrasi diabetes (IDN Times/Novaya Siantita)

Diabetes bukanlah penyakit tunggal, melainkan spektrum kondisi dengan mekanisme berbeda.

  • Diabetes tipe 1: Kondisi ketika mana tubuh tak dapat memproduksi hormon insulin karena sel penghasilnya di pankreas diserang oleh sistem kekebalan tubuh (autoimun). Tanpa insulin, glukosa menumpuk dalam darah karena tidak bisa masuk ke sel tubuh.
  • Diabetes tipe 2: Tubuh tidak menggunakan insulin dengan baik (resistansi insulin) atau pankreas tidak memproduksi cukup insulin. Jenis ini adalah yang paling umum.
  • Diabetes gestasional: Diabetes yang muncul selama kehamilan pada perempuan yang sebelumnya tidak memiliki diabetes. Biasanya ini terdiagnosis lewat tes darah pada minggu ke-24 sampai ke-28 kehamilan dan sering kali membaik setelah melahirkan.
  • Maturity onset diabetes of the young (MODY): Bentuk diabetes yang langka dan diwariskan secara genetik (mutasi satu gen), biasanya muncul sebelum usia 25 tahun, terlepas dari berat badan atau etnis.
  • Diabetes neonatus: Diabetes yang terdiagnosis pada bayi berusia kurang dari 6 bulan. Ini bukan disebabkan autoimun seperti diabetes tipe 1.
  • Latent autoimmune diabetes in adults (LADA): Kadang disebut “diabetes tipe 1,5”, jenis ini berada di antara tipe 1 dan tipe 2 memiliki unsur autoimun seperti tipe 1, tetapi muncul pada orang dewasa dan prosesnya lebih lambat.
  • Diabetes tipe 3c: Diabetes yang berkembang akibat kerusakan pankreas yang disebabkan oleh kondisi lain seperti pankreatitis, kista atau pengangkatan sebagian pankreas.
  • Sindrom Wolfram: Kelainan genetik langka yang menyebabkan sejumlah kondisi, termasuk diabetes. Diabetes pada sindrom ini ditangani dengan cara yang sama seperti diabetes tipe 1, tetapi sebenarnya bukan hal yang sama.
  • Diabetes terkait steroid: Diabetes yang muncul sebagai akibat penggunaan steroid (misalnya kortikosteroid) pada orang yang memiliki risiko tinggi diabetes tipe 2.
  • Diabetes terkait fibrosis kistik: Diabetes yang terjadi pada orang dengan fibrosis kistik. Mempunyai karakteristik gabungan antara tipe 1 dan tipe 2 tetapi berbeda.
  • Diabetes monogenik: Kelompok diabetes langka karena mutasi satu gen (termasuk MODY dan diabetes neonatus). Penanganannya bisa berbeda dari tipe 1 atau tipe 2.
  • Diabetes terkait malnutrisi (diabetes tipe 5): Diakui dalam laporan pada April 2025 oleh IDF, yakni diabetes yang terkait dengan kekurangan gizi kronis (malnutrisi) terutama di Asia dan Afrika.

Ringkasan jenis-jenis diabetes

Jenis diabetes 

Penjelasan singkat

Catatan

Diabetes tipe 1

Tubuh tidak memproduksi insulin karena kerusakan sel pankreas autoimun

Biasanya muncul pada anak/usia muda

Diabetes tipe 2

Resistansi insulin atau produksi insulin tidak cukup

Diperkirakan 90 persen kasus diabetes dalam banyak populasi

Diabetes gestasional

Diabetes yang muncul pada kehamilan

Umumnya membaik setelah melahirkan

MODY

Mutasi satu gen, muncul sebelum usia 25, sering turun-temurun dalam keluarga

Berat badan/etnis mungkin tidak relevan

Diabetes neonatus

Diabetes yang terdiagnosis <6 bulan usia

Langka, bukan autoimun

LADA

Autoimun dewasa, muncul lambat, terintegrasi antara tipe 1 dan tipe 2

Kadang keliru diklasifikasi sebagai diabetes tipe 2

Diabetes tipe 3c

Pankreas rusak akibat penyakit/pembedahan lain

Kondisi sekunder, bukan diabetes “murni”

Diabetes terkait steroid

Diabetes yang dipicu oleh penggunaan steroid

Terjadi pada orang dengan risiko tinggi diabetes tipe 2

Diabetes terkait fibrosis kistik

Diabetes pada orang dengan fibrosis kistik

Karakteristik campuran tipe 1 dan tipe 2

Diabetes monogenik

Mutasi satu gen (termasuk MODY dan neonatus)

Memerlukan diagnosis genetik

Diabetes terkait malnutrisi

Terkait kekurangan gizi kronis, terutama di Asia/Afrika

Pengakuan IDF baru, populasi spesifik

Sindrom Wolfram

Kelainan genetik langka yang menyebabkan diabetes, gangguan penglihatan, tuli, dan kerusakan saraf

Biasanya muncul pada masa kanak-kanak; termasuk dalam kategori diabetes monogenik karena disebabkan mutasi gen WFS1 atau CISD2

4. Orang dengan diabetes dapat hidup lama dan sehat jika diabetes terdeteksi dan dikelola dengan baik

Orang dengan diabetes dapat hidup panjang dan sehat jika kondisi mereka terdeteksi sejak dini dan dikelola dengan baik. Deteksi dini membantu mencegah kadar gula darah naik terlalu tinggi dalam jangka waktu lama, yang bisa merusak pembuluh darah, saraf, mata, ginjal, dan jantung. Pencegahan komplikasi jangka panjang dimulai dari pengelolaan rutin kadar gula darah, tekanan darah, dan kadar lemak darah, disertai gaya hidup sehat dan pemeriksaan medis berkala.

Pengelolaan diabetes tidak hanya bergantung pada obat atau insulin, tetapi juga pada perubahan pola hidup menyeluruh. Penting untuk menerapkan pola makan seimbang, aktivitas fisik teratur, menjaga berat badan ideal, berhenti merokok, serta pemantauan kadar glukosa mandiri sebagai bagian dari perawatan sehari-hari. Kombinasi strategi ini terbukti menurunkan risiko komplikasi berat seperti penyakit jantung, gagal ginjal, neuropati, dan kebutaan.

Selain itu, dukungan sosial dan akses terhadap layanan kesehatan juga berperan besar dalam memperpanjang harapan hidup penderita diabetes. Dengan pengelolaan yang konsisten dan pemeriksaan rutin, banyak orang dengan diabetes dapat hidup sehat hingga usia lanjut tanpa mengalami komplikasi serius.

Intinya, diabetes bukanlah vonis kematian dini—dengan diagnosis tepat waktu, perawatan teratur, dan gaya hidup sehat, penderita dapat menikmati kualitas hidup yang optimal.

5. Diagnosis sedini mungkin penting agar pasien diabetes dapat hidup sehat

Diagnosis sedini mungkin menjadi kunci penting agar pasien diabetes dapat hidup sehat dan terhindar dari komplikasi serius. Banyak kasus diabetes, terutama tipe 2, tidak terdeteksi selama bertahun-tahun karena gejalanya berkembang perlahan. Akibatnya, sebagian besar pasien baru mengetahui kondisinya setelah muncul komplikasi seperti gangguan penglihatan, penyakit jantung, atau kerusakan ginjal. Dengan skrining rutin, kadar gula darah tinggi bisa ditemukan lebih awal, sehingga intervensi dapat dimulai sebelum organ tubuh mengalami kerusakan permanen.

Deteksi dini di fasilitas pelayanan primer dapat menghemat biaya kesehatan secara signifikan dan menurunkan angka kematian akibat komplikasi diabetes.

Diagnosis dini memberi kesempatan bagi pasien untuk segera mengubah pola hidup, seperti memperbaiki pola makan, meningkatkan aktivitas fisik, dan memulai terapi medis, sehingga kadar glukosa dapat dikendalikan dengan optimal.

Makin cepat diabetes dikenali, makin besar peluang seseorang untuk hidup panjang, aktif, dan bebas dari komplikasi berat.

6. Diabetes merupakan salah satu penyebab kebutaan, amputasi, dan gagal ginjal

Ilustrasi seorang perempuan sedang cek gula darah dengan glukometer.
ilustrasi diabetes (IDN Times/Novaya Siantita)

Diabetes merupakan salah satu penyebab utama kebutaan, amputasi, dan gagal ginjal di dunia. Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka panjang dapat merusak pembuluh darah kecil (mikrovaskular) di mata, saraf, dan ginjal. Kondisi ini menyebabkan komplikasi seperti retinopati diabetik, yaitu kerusakan pada retina yang bisa berujung pada kebutaan permanen jika tidak ditangani.

Selain itu, kadar glukosa yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan kerusakan saraf (neuropati diabetik) dan gangguan sirkulasi darah di tungkai. Kombinasi kedua faktor ini meningkatkan risiko luka pada kaki yang sulit sembuh, infeksi, dan pada akhirnya amputasi. Menurut laporan IDF, orang dengan diabetes memiliki risiko amputasi 10–20 kali lebih tinggi dibandingkan individu tanpa diabetes.

Komplikasi lain yang umum adalah penyakit ginjal diabetik, yang muncul akibat kerusakan pembuluh darah di ginjal. WHO memperkirakan sekitar 30–40 persen orang dengan diabetes tipe 2 akhirnya mengalami gangguan fungsi ginjal, dan diabetes kini menjadi penyebab utama gagal ginjal tahap akhir secara global. Namun, pengelolaan dini dengan pengendalian gula darah, tekanan darah, serta penggunaan obat-obatan pelindung ginjal dapat memperlambat kerusakan organ dan mencegah gagal ginjal total.

Intinya, sebagian besar komplikasi berat akibat diabetes dapat dicegah melalui deteksi dan penanganan yang tepat waktu.

7. Sebagian besar kasus diabetes merupakan diabetes tipe 2

Sebagian besar kasus diabetes di dunia merupakan diabetes tipe 2, mencakup sekitar 90–95 persen dari seluruh kasus diabetes. Diabetes tipe 2 berkembang akibat kombinasi faktor genetik dan gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan tinggi gula dan lemak, kurang aktivitas fisik, serta kelebihan berat badan atau obesitas. Kondisi ini menyebabkan tubuh menjadi resistan terhadap insulin, sehingga kadar gula darah meningkat secara bertahap dalam jangka waktu lama.

Kabar baiknya, diabetes tipe 2 dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup sederhana namun konsisten. Menjaga berat badan ideal, rutin berolahraga minimal 150 menit per minggu, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, serta berhenti merokok dapat menurunkan risiko diabetes hingga lebih dari 50 persen pada kelompok berisiko tinggi. Upaya pencegahan ini tidak hanya menunda munculnya diabetes, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan dengan menurunkan risiko penyakit jantung, hipertensi, dan gangguan metabolik lainnya.

8. Walaupun tidak dapat disembuhkan, tetapi diabetes dapat dikendalikan

Secara medis, diabetes belum dapat disembuhkan sepenuhnya, tetapi dapat dikendalikan dengan efektif.

Pada diabetes tipe 1, tubuh sama sekali tidak memproduksi insulin, sehingga perlu terapi insulin seumur hidup. Sementara pada diabetes tipe 2, tubuh masih memproduksi insulin, tetapi tidak menggunakannya dengan efektif. Dengan manajemen yang baik, kadar gula darah dapat dijaga tetap normal sehingga komplikasi dapat dicegah.

Beberapa orang dengan diabetes tipe 2 dapat mencapai kondisi yang disebut remisi, yakni ketika kadar gula darah kembali normal tanpa memerlukan obat atau insulin dalam jangka waktu tertentu. Remisi dapat dicapai melalui perubahan besar dalam gaya hidup, terutama penurunan berat badan yang signifikan, pola makan sehat, dan aktivitas fisik teratur. Namun, remisi tidak sama dengan sembuh total, karena kadar gula darah bisa kembali meningkat jika kebiasaan sehat tidak dipertahankan.

Studi juga menunjukkan bahwa intervensi medis tertentu, seperti operasi bariatrik pada pasien obesitas, dapat membantu sebagian pasien mencapai remisi jangka panjang. Namun, tidak ada “obat ajaib” untuk diabetes, dan fokus utama tetap pada pengelolaan jangka panjang melalui kombinasi obat, pola makan, aktivitas fisik, dan pemeriksaan rutin.

Referensi

"Facts & figures." International Diabetes Foundation (IDF). Diakses November 2025.

"Urgent action needed as global diabetes cases increase four-fold over past decades." World Health Organization (WHO). Diakses November 2025.

"Diabetes Incidence and Historical Trends." Diabetes and the Environment. Diakses November 2025.

"Prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia: Angka Resmi Riskesdas dan IDF 2025." GoodStats. Diakses November 2025.

"Indonesia - Diabetes country report 2000 — 2050." IDF. Diakses November 2025.

"Types of diabetes." Diabetes UK. Diakses November 2025.

"Diabetes." WHO. Diakses November 2025.

"Diabetes." National Health Service. Diakses November 2025.

"Diabetic foot and amputations." IDF Diabetes Atlas 9th Edition. Diakses November 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Benarkah Minum Matcha Bisa Bikin Rambut Rontok?

13 Nov 2025, 08:06 WIBHealth