Faktor Psikologis Terbukti Bisa Memperberat Gejala GERD

Selama ini, kita mungkin berpikir bahwa hanya makanan yang pedas atau asam yang bisa memicu gastroesophageal reflux disease (GERD). Padahal, ada banyak faktor yang bisa bikin GERD kambuh. Salah satunya adalah faktor psikologis, seperti stres, ansietas atau kecemasan, hingga depresi.
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Annals of Esophagus pada 25 Maret 2022, GERD diperkirakan memengaruhi sekitar 20 persen populasi di seluruh dunia. Sementara itu, menurut studi dalam jurnal Pharmacoscript pada tahun 2021, prevalensi GERD di Indonesia diperkirakan sekitar 27,4 persen. Banyak juga, ya?
Mengingat banyaknya pengidap GERD di Indonesia, dr. Warigit Dri Atmoko, SpPD, M.Kes, FINASIM, menjelaskan tentang "Mitos vs Fakta: Faktor Psikologis dapat Memperburuk Gejala GERD", yang disiarkan langsung di Instagram @manukafarm pada Rabu malam (4/1/2023). Simak sampai tuntas, yuk!
1. Kondisi saat katup di antara kerongkongan dan lambung melemah
Sebelum beranjak lebih jauh, dr. Yongki, panggilan akrabnya, menjelaskan tentang definisi GERD terlebih dahulu. Ini adalah kondisi saat katup di antara kerongkongan (esofagus) dan lambung melemah.
"Normalnya, setelah makan, katup ini seharusnya menutup. Orang yang punya GERD katupnya lemah, sehingga asam lambungnya naik ke atas," jelasnya.
Berdasarkan riset dalam World Journal of Gastroenterology pada 28 Oktober 2011, pasien GERD terbanyak berasal dari kelompok usia 15–29 tahun (46,43 persen), disusul dengan kelompok usia 30–44 tahun (21,43 persen), 45–59 tahun (17,86 persen), dan di atas usia 60 tahun (14,29 persen).
2. Gejala GERD sangat khas dan mudah dikenali

Dokter Yongki mengatakan bahwa GERD memiliki gejala yang khas, yaitu nyeri dan panas di dada (heartburn), rasa tidak nyaman di tenggorokan (seperti ada yang mengganjal), sulit menelan, suara serak, dan nyeri ulu hati. Terkadang, diikuti dengan mual, muntah, lemas, letih, lesu, hingga penurunan berat badan.
Karena salah satu gejala GERD adalah nyeri dada, terkadang membuat seseorang berpikir bahwa dirinya terkena penyakit jantung. Padahal belum tentu. Tidak dianjurkan untuk self-diagnose dan lebih baik memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan kepastian.
3. Makanan tertentu bisa membuat GERD kambuh

Agar GERD tidak kambuh, hindari makanan dan minuman yang merangsang lambung. Contohnya adalah makanan pedas, bersantan, terlalu asam, dan tinggi lemak. Selain itu, makanlah makanan pada suhu yang wajar (tidak terlalu dingin atau terlalu panas).
Dokter Yongki juga menyarankan untuk membatasi konsumsi kopi dan berhenti minum alkohol. Selain memperparah GERD, minuman beralkohol bisa meningkatkan risiko sirosis hati. Ini adalah kondisi saat jaringan hati yang sehat berubah menjadi jaringan parut yang disebabkan oleh kerusakan hati jangka panjang.
Saran lain dari dr. Yongki adalah mengunyah makanan sebanyak 33 kali untuk merangsang produksi enzim, tidak melewatkan sarapan, dan terakhir makan 3 jam sebelum tidur dengan tujuan memberikan kesempatan pada tubuh untuk mencerna makanan.
4. Kondisi mental yang buruk bisa meningkatkan produksi asam di lambung

Menurut dokter yang pernah menjadi kontestan Akademi Fantasi Indosiar (AFI) ini, faktor psikologis bisa memperberat GERD yang sudah ada sebelumnya. Faktor psikologis yang dimaksud adalah stres yang tidak dikelola dengan baik, kecemasan, dan depresi.
Mengutip Harvard Health Publishing, stres bisa meningkatkan produksi asam lambung. Ini karena katup (yang bertindak sebagai pintu antara kerongkongan dan lambung) tidak berfungsi dengan baik, membuat asam naik.
"Memang banyak sekali (kasus) yang didominasi oleh faktor psikologis. Ada yang karena diberhentikan dari pekerjaannya, masalah rumah tangga, dan masalah kehidupan lainnya. Atau saat musim ujian, seperti skripsi, tesis, dan sebagainya," terangnya, berdasarkan pengalamannya bertahun-tahun praktik.
5. Bisa diatasi dengan obat-obatan dan mengubah gaya hidup
Pada intinya, GERD bisa diatasi dengan terapi farmakologi (obat-obatan) dikombinasikan dengan perubahan gaya hidup. Untuk obat-obatan, pilihannya adalah antasida, H-2 receptor blockers (contohnya ranitidin), hingga proton pump inhibitor (seperti omeprazole).
Di sisi lain, perubahan gaya hidup bisa dilakukan dengan mengubah pola makan serta berolahraga untuk memaksimalkan kinerja organ tubuh. Disarankan untuk berhenti merokok (karena merokok bisa meningkatkan produksi asam lambung) dan menurunkan berat badan, terutama di area perut.
"Tetapi, sebaiknya dibawa ke dokter, karena gejala-gejala GERD mirip seperti penyakit lain. Hanya tenaga medis yang bisa membedakan. Khawatirnya bukan GERD, tetapi masalah jantung atau pneumonia. Memang harus dipastikan dulu," ujar dokter spesialis penyakit dalam ini.