Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gangguan Perilaku Tidur REM: Gejala, Penyebab, Pengobatan

ilustrasi gangguan tidur REM (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi gangguan tidur REM (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Intinya sih...
  • Gangguan perilaku tidur REM adalah kondisi seseorang mewujudkan mimpi saat tidur, melibatkan gerakan tubuh yang tiba-tiba dan vokalisasi.
  • Jalur saraf di otak yang mencegah otot bergerak aktif selama tidur normal tidak berfungsi, menyebabkan kelumpuhan sementara pada tubuh.
  • Gejala gangguan perilaku tidur REM meliputi gerakan minor anggota badan, vokalisasi, dan perilaku motorik kompleks seperti meninju atau menendang.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Rapid eye movement (REM) sleep behavior disorder atau gangguan perilaku tidur REM adalah kondisi ketika seseorang mewujudkan mimpi saat tidur. Mimpi-mimpi ini sering kali sangat jelas dan dapat melibatkan berbagai gerakan. Tidak seperti tidur sambil berjalan atau night terror, seseorang dapat mengingat mimpi saat bangun tidur.

Gangguan perilaku tidur REM terjadi pada kurang dari satu persen populasi. Dulu, diyakini bahwa gangguan ini kebanyakan menyerang laki-laki, tetapi data terbaru menunjukkan bahwa itu bisa dialami perempuan dan laki-laki dengan frekuensi yang sama.

Gangguan perilaku tidur REM bisa ditangani dengan obat-obatan. Namun, ini sering terjadi dengan masalah tidur lainnya sehingga mungkin memerlukan perawatan tambahan. Kondisi ini butuh pemantauan dokter. Gangguan perilaku tidur REM dapat mengindikasikan penyakit penyakit neurodegeneratif atau mungkin disebabkan oleh beberapa obat.

1. Apa itu gangguan perilaku tidur REM?

Gangguan perilaku tidur REM adalah suatu kondisi yang ditandai dengan gerakan dan vokalisasi tubuh yang tiba-tiba saat seseorang mengalami mimpi yang jelas selama tidur REM. Ini adalah jenis khusus parasomnia, yang menggambarkan perilaku abnormal selama tidur.

Selama tidur REM normal, tubuh mengalami kelumpuhan otot sementara (atonia), sedangkan otak menunjukkan aktivitas yang mirip dengan terjaga. Tekanan darah naik, pernapasan menjadi tidak teratur, dan mata melesat ke segala arah dengan cepat (dikenal dengan istilah "gerakan mata cepat"). Kelumpuhan sementara tidur REM memungkinkan seseorang untuk bermimpi dengan aman, berbaring diam saat otak aktif. Kelumpuhan ini melibatkan sebagian besar otot rangka dan tidak termasuk otot yang membantu bernapas, mencerna, dan beberapa otot mata. Tidur REM menyumbang sekitar 25 persen dari total tidur malam, dengan sebagian besar terjadi pada paruh kedua malam.

Untuk individu dengan gangguan perilaku tidur REM, kelumpuhan otot normal tidak terjadi, memungkinkan orang tersebut untuk mewujudkan mimpinya secara fisik. Gangguan tidur ini dapat bermanifestasi sebagai otot kecil berkedut dan tidur tenang berbicara dengan teriakan keras, meninju, menendang, meraih pasangan tempat tidur, dan melompat dari tempat tidur.

Menariknya, mimpi yang terkait dengan gangguan perilaku tidur REM sering kali intens dan menakutkan. Penderitanya mungkin bermimpi dikejar atau diserang, dan mereka tanpa sadar dapat mewujudkan mimpi itu dalam kehidupan nyata.

2. Penyebab dan faktor risiko

ilustrasi seseorang dengan gangguan perilaku REM atau REM sleep behavior disorder (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi seseorang dengan gangguan perilaku REM atau REM sleep behavior disorder (pexels.com/Ron Lach)

Jalur saraf di otak yang mencegah otot bergerak aktif selama REM normal atau tidur bermimpi, mengakibatkan kelumpuhan sementara pada tubuh. Dalam gangguan perilaku tidur REM, jalur ini tidak lagi berfungsi dan individu mungkin secara fisik mewujudkan mimpi.

Pria lebih mungkin mengembangkan kondisi ini daripada perempuan. Ini bisa muncul pada usia berapa pun, tetapi paling sering terjadi setelah usia 50 tahun.

Seseorang mungkin lebih berisiko mengembangkan gangguan perilaku tidur REM jika memiliki gangguan neurologis, seperti penyakit Parkinson atau multiple system atrophy. Penyakit ini mirip Parkinson, tetapi melibatkan kerusakan yang lebih luas.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko gangguan perilaku tidur REM termasuk:

  • Jenis kelamin laki-laki.
  • Usia di atas 50 tahun.
  • Memiliki gangguan neurologis, seperti penyakit Parkinson, demensia body Lewy, atau multiple system atrophy.
  • Narkolepsi.
  • Menggunakan beberapa obat-obatan tertentu atau antidepresan.
  • Penggunaan atau withdrawal obat-obatan atau alkohol.
  • Mengidap sleep apnea.
  • Memiliki periodic limb movement disorder.

Usia rata-rata onset adalah sekitar 61 tahun, dengan 87 persen adalah laki-laki. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami kontributor lingkungan untuk gangguan perilaku tidur REM. Kurang tidur, merokok, cedera kepala, dan paparan pestisida mungkin merupakan faktor risiko lingkungan.

3. Gejala

ilustrasi seseorang dengan gangguan perilaku REM atau REM sleep behavior disorder (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi seseorang dengan gangguan perilaku REM atau REM sleep behavior disorder (pexels.com/Ron Lach)

Gejala gangguan perilaku tidur REM dapat meliputi:

  • Gerakan minor anggota badan.
  • Gerakan tubuh yang lebih nyata, seperti meninju, memukul, menendang, duduk di tempat tidur, atau melompat dari tempat tidur.
  • Vokalisasi termasuk berbicara, berteriak, atau menjerit.

Orang-orang tidak menyadari perilaku ini selama episode, dan pada kenyataannya banyak orang tahu dirinya memiliki gangguan tidur ini ketika diberi tahu tentang gejalanya oleh pasangan atau teman sekamar.

Ketika seseorang mengalami episode, ia biasanya bisa dibangunkan dengan relatif mudah. Saat bangun, seseorang biasanya waspada, koheren, dan bisa mengingat isi mimpinya.

Tidur REM biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tertidur, dan tahap tidur REM menjadi lebih lama pada paruh kedua malam. Oleh karena itu, episode gangguan perilaku tidur REM sering muncul kemudian dalam periode tidur.

Episode dapat terjadi sekali atau beberapa kali pada malam hari. Seseorang mungkin mengalaminya beberapa kali per tahun atau setiap malam. Gangguan perilaku tidur REM dapat berkembang secara tiba-tiba atau bertahap, tetapi gejalanya biasanya memburuk seiring waktu.

4. Diagnosis

Untuk mendiagnosis gangguan perilaku tidur REM, dokter akan meninjau riwayat kesehatan dan gejala pasien. Evaluasi mungkin termasuk:

  • Pemeriksaan fisik dan neurologis: Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan neurologis dan mengevaluasi untuk gangguan perilaku tidur REM dan gangguan tidur lainnya. Gangguan perilaku tidur REM mungkin memiliki gejala yang mirip dengan gangguan tidur lain, atau mungkin muncul bersamaan dengan gangguan tidur lainnya seperti sleep apnea obstruktif atau narkolepsi.
  • Berbicara dengan pasangan tidur pasien: Dokter mungkin bertanya kepada pasangan tidur apakah ia pernah melihat pasien tampak "memerankan" mimpi pasien saat tidur, seperti meninju, mengayunkan tangan ke udara, berteriak atau menjerit. Dokter mungkin juga meminta pasangan untuk mengisi kuesioner tentang perilaku tidur pasien.
  • Polisomnografi: Dokter dapat merekomendasikan studi semalam di laboratorium tidur. Selama tes ini, sensor memantau aktivitas jantung, paru-paru dan otak, pola pernapasan, gerakan lengan dan kaki, vokalisasi, dan kadar oksigen darah saat pasien tidur. Biasanya, pasien akan direkam untuk mendokumentasikan perilaku selama siklus tidur REM.

Kriteria diagnostik

Untuk mendiagnosis gangguan perilaku tidur REM, dokter spesialis tidur biasanya menggunakan kriteria gejala di International Classification of Sleep Disorders, Third Edition (ICSD-3).

Untuk diagnosis gangguan perilaku tidur REM, kriterianya adalah sebagai berikut:

  • Seseorang telah berulang kali terbangun selama tidur yang mana seseorang berbicara, membuat suar,a atau melakukan perilaku motorik yang kompleks, seperti meninju, menendang, atau gerakan berlari yang sering berhubungan dengan isi mimpi.
  • Seseorang mengingat mimpi yang terkait dengan gerakan atau suara ini.
  • Jika terbangun selama episode, seseorang waspada dan tidak bingung atau disorientasi.
  • Polisomnogragfi menunjukkan peningkatan aktivitas otot selama tidur REM.
  • Gangguan tidur tidak disebabkan oleh gangguan tidur lain, gangguan kesehatan mental, obat-obatan, atau penyalahgunaan zat.

Gangguan perilaku tidur REM dapat menjadi indikasi pertama perkembangan penyakit neurodegeneratif, seperti penyakit Parkinson, multiple system atrophy, atau demensia body Lewy. Jadi, apabila kamu mengembangkan gangguan perilaku tidur REM, penting untuk menindaklanjutinya dengan dokter.

5. Perawatan

Perawatan untuk gangguan perilaku tidur REM biasanya mencakup dua hal: pengamanan fisik saat tidur dan penggunaan obat-obatan.

1. Pengamanan fisik

Dokter mungkin akan menyarankan beberapa perubahan pada lingkungan tidur agar lebih aman bagi kamu maupun pasangan tidur, seperti:

  • Memberi bantalan di lantai sekitar tempat tidur.
  • Menghilangkan benda berbahaya di kamar, misalnya benda tajam atau senjata.
  • Memasang penghalang di sisi tempat tidur.
  • Menyingkirkan furnitur atau barang yang berantakan di sekitar tempat tidur.
  • Melindungi jendela kamar tidur.
  • Jika gejala belum terkontrol, mungkin disarankan untuk tidur terpisah sementara dari pasangan.

2. Obat-obatan

Beberapa pilihan obat yang biasa digunakan:

  • Melatonin: Suplemen ini dapat diresepkan dokter untuk membantu mengurangi atau menghilangkan gejala. Melatonin sering kali sama efektifnya dengan clonazepam dan umumnya lebih mudah ditoleransi dengan sedikit efek samping.
  • Clonazepam: Obat resep ini biasanya digunakan untuk mengatasi kecemasan, tetapi juga menjadi pilihan tradisional untuk menangani gangguan perilaku tidur REM. Clonazepam terbukti efektif meredakan gejala, meski bisa menimbulkan efek samping seperti rasa kantuk pada siang hari, berkurangnya keseimbangan, serta memperburuk sleep apnea.

Penelitian mengenai obat lain untuk mengatasi gangguan perilaku tidur REM masih terus dilakukan. Karena itu, penting untuk berdiskusi dengan dokter guna menentukan terapi yang paling sesuai dengan kondisi.

6. Komplikasi yang bisa terjadi

ilustrasi gangguan perilaku tidur REM atau REM sleep behavior disorder (unsplash.com/Sharon McCutcheon)
ilustrasi gangguan perilaku tidur REM atau REM sleep behavior disorder (unsplash.com/Sharon McCutcheon)

Karena sifat gerakan yang berpotensi melukai, individu dengan gangguan perilaku tidur REM dapat menempatkan diri sendiri maupun pasangan tidurnya dalam risiko cedera fisik. 

Tergantung sifat mimpi dan lingkungan kamar tidur, cedera ini bisa mengancam jiwa. Hingga 90 persen pasangan dari orang-orang dengan gangguan tidur REM melaporkan mengalami masalah tidur, dan lebih dari 60 persen pernah mengalami cedera fisik.

Bahkan, ketika potensi cedera fisik telah berkurang, gangguan tidur pada individu atau pasangan tidurnya masih cukup parah untuk menyebabkan masalah hubungan. Namun, hampir dua pertiga pasangan tetap tidur bersama meski berisiko mengalami gangguan tidur.

Itulah sekilas mengenai gangguan perilaku tidur REM. Temuilah dokter jika kamu, pasangan, atau anggota keluarga mengalami perilaku tidak biasa saat tidur, khususnya yang berhubungan dengan cedera atau atau gangguan tidur. Diagnosis dan penanganan tepat akan sangat membantu menjaga kualitas hidup pasien.

Referensi

"REM Sleep Behavior Disorder." Sleep Foundation. Diakses Agustus 2025.

"REM sleep behavior disorder." Mayo Clinic. Diakses Agustus 2025.

Pham CK, Sankari A, Slowik JM. Rapid Eye Movement Sleep Behavior Disorder. [Updated 2024 Feb 12]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2025 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK555928/

"REM sleep behavior disorder." WebMD. Diakses Agustus 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
novita ayu
Nuruliar F
novita ayu
Editornovita ayu
Follow Us

Latest in Health

See More

Pertolongan Pertama saat Terjatuh dari Sepeda

23 Sep 2025, 06:43 WIBHealth