Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

GERD Anxiety: Pengertian, Gejala, Hubungan, Pengobatan

ilustrasi GERD, refluks asam lambung, dan anxiety (pixabay.com/naturalherbsclinic)
ilustrasi GERD, refluks asam lambung, dan anxiety (pixabay.com/naturalherbsclinic)
Intinya sih...
  • Kecemasan dan refluks asam memiliki hubungan yang kuat, dapat memperburuk gejala GERD.
  • GERD adalah kondisi kronis akibat dari frekuensi refluks asam lambung ke kerongkongan/esofagus.
  • Hubungan antara kecemasan dan GERD diduga saling bertautan berdasarkan penelitian di Korea Selatan, China, dan Pakistan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kalau pernah berurusan dengan kecemasan, kamu mungkin sudah tak asing lagi dengan gejala fisik yang kerap menyertai perasaan yang tidak nyaman ini. Manifestasi fisik kecemasan atau anxiety bisa berbeda-beda pada setiap individu, tetapi umumnya meliputi tekanan di dada, nyeri atau mati rasa di tangan dan kaki, atau sakit kepala terus-menerus sepanjang hari. 

Untuk beberapa orang, kecemasan dan refluks asam memiliki hubungan yang kuat, terkadang memperburuk gejala dan terkadang juga bisa menjadi pemicu. 

Beberapa penelitian mencurigai hubungan antara anxiety dan penyakit refluks gastroesofagus (gastroesophageal reflux disease atau GERD).

1. Perbedaan gejala GERD dan anxiety

Pada dasarnya, kedua kondisi medis ini berbeda. GERD adalah kondisi kronis akibat dari frekuensi refluks asam lambung ke kerongkongan/esofagus. Jika tak ditangani, GERD dapat mengakibatkan esofagitis hingga kanker esofagus.

Refluks asam lambung tidak aneh, tetapi jika terlalu sering (minimal dua kali) dalam seminggu, kondisi ini tergolong GERD. Tidak jarang, gejala-gejala GERD sering disalahartikan sebagai penyakit jantung dan sebaliknya. Beberapa gejala GERD yang perlu diperhatikan adalah:

  • Nyeri ulu hati (heartburn).

  • Mual dan/atau muntah.

  • Sakit perut.

  • Nyeri di perut atau dada.

  • Sakit saat menelan.

  • Napas berbau tidak sedap.

Juga merupakan reaksi alamiah tubuh, kecemasan adalah reaksi tubuh menghadapi stres. Dengan kata lain, tidak aneh jika manusia cemas. Akan tetapi, jika kecemasan tersebut berlarut-larut dan mengganggu kehidupan sehari-hari, maka bisa menjadi gangguan (disorder). Beberapa gejala umum kecemasan mencakup:

  • Peningkatan detak jantung
  • Gugup dan gelisah
  • Kedutan otot
  • Merasa amat canggung secara fisik dan mental
  • Hiperventilasi
  • Perasaan takut yang konstan
  • Kesulitan berkonsentrasi
  • Munculnya masalah pencernaan seperti akumulasi gas, diare, dan sembelit
  • Kesulitan tidur

Tidak jarang, dalam beberapa kasus, gejala-gejala kecemasan juga menyebabkan serangan panik dengan intensitas yang lebih dahsyat.

2. Gejala GERD dan anxiety yang tumpang tindih

ilustrasi nyeri dada (pexels.com/koolshooters)
ilustrasi nyeri dada (pexels.com/koolshooters)

Bisa dilihat kalau GERD dan anxiety adalah dua kondisi dengan set gejala yang berbeda. Akan tetapi, GERD dan anxiety memiliki gejala-gejala yang saling tumpang tindih, antara lain:

  • Penurunan kualitas tidur.

  • Mual dan/atau muntah.

  • Nyeri dada.

  • Nyeri perut.

3. Potensi hubungan antara GERD dan anxiety

Beberapa penelitian menemukan bahwa tingkat kecemasan ternyata jauh lebih tinggi pada orang yang punya GERD dibandingkan orang yang tidak punya GERD. Meski penyebab pastinya belum sepenuhnya jelas, tetapi para peneliti punya dua teori tentang hubungan antara GERD dan kecemasan ini.

Teori pertama, kecemasan bisa memicu munculnya GERD, atau membuat seseorang lebih rentan terkena GERD. Karena banyak orang dengan GERD juga mengalami kecemasan, beberapa ahli menduga bahwa kecemasan dapat membuat seseorang lebih mudah mengembangkan GERD.

Teori kedua, kondisi psikologis seperti kecemasan diduga bisa menimbulkan perubahan dalam tubuh yang memicu GERD. Misalnya, kecemasan bisa memengaruhi pergerakan otot kerongkongan (esophageal motility) atau meningkatkan produksi asam lambung melalui respons stres tubuh. Teori ini sempat dibuktikan lewat penelitian pada tikus, meski pada manusia bukti terbarunya masih belum kuat.

Menariknya, hubungan ini juga bisa terjadi sebaliknya: gejala GERD dapat memperburuk kecemasan. Ada penelitian yang menemukan bahwa makin parah gejala GERD, makin tinggi juga tingkat kecemasan seseorang. Rasanya masuk akal: mengalami sensasi panas di dada, nyeri, atau rasa asam naik ke tenggorokan berulang kali tentu bisa membuat pikiran tambah stres.

Salah satu studi yang memantau orang dengan GERD selama 24 jam menemukan bahwa tingkat kecemasan yang lebih tinggi berkaitan dengan nyeri di dada (posisi di belakang tulang dada) dan sensasi terbakar yang lebih parah. Penelitian lain juga mendukung hal ini: pada pasien GERD, kecemasan lebih tinggi dialami oleh mereka yang juga sering mengalami nyeri dada.

Penelitian lain pun menemukan kaitan positif antara GERD, kecemasan, dan kualitas tidur yang buruk. Sulit tidur memang sering menjadi masalah pada keduanya.

Sayangnya, karena metode penelitian yang ada, para ahli belum bisa memastikan mana yang lebih dulu: apakah kecemasan membuat gejala GERD makin parah, atau GERD justru yang menambah kecemasan. Yang jelas, keduanya saling berkaitan.

4. Pengobatan untuk GERD dan anxiety

ilustrasi konsultasi psikiater (pexels.com/Timur Weber)
ilustrasi konsultasi psikiater (pexels.com/Timur Weber)

Mengatasi GERD dan kecemasan secara bersamaan biasanya memerlukan kombinasi pengobatan untuk kedua kondisi tersebut. Selain obat, beberapa cara rumahan juga bisa membantu meredakan gejalanya.

Untuk GERD, dokter biasanya meresepkan obat seperti proton pump inhibitor (PPI), H2 blocker, atau antasida. Obat-obatan ini bekerja dengan cara menurunkan produksi asam lambung atau menetralkan asam yang sudah ada.

Sementara itu, untuk mengatasi kecemasan, dokter bisa memberikan obat seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) atau serotonin-norepinephrine reuptake inhibitor (SNRI). Selain obat, banyak orang juga menjalani terapi psikologis, seperti cognitive behavioral therapy (CBT), yang terbukti membantu mengelola pikiran dan perasaan cemas.

Sampai sekarang, penelitian tentang bagaimana kombinasi obat untuk GERD dan kecemasan bekerja jika digunakan bersamaan masih terbatas. Namun, ada satu studi pada tahun 2017 yang meneliti 96 orang dengan GERD dan kecemasan. Mereka diberi kombinasi obat GERD pantoprazole dan obat antidepresan amitriptyline. Hasilnya, kombinasi kedua obat ini tampak cukup efektif mengurangi gejala GERD sekaligus menurunkan tingkat kecemasan setelah empat minggu perawatan.

Jadi, kalau kamu mengalami keduanya, penting untuk konsultasi ke dokter agar mendapat penanganan yang tepat, baik dengan obat, terapi, maupun perawatan pendukung di rumah.

Selain obat-obatan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan di rumah untuk melegakan gejala-gejala GERD dan kecemasan. Apa saja?

  • Mengonsumsi makanan dan minuman bergizi seimbang.
  • Menghindari makanan atau minuman yang dapat memicu heartburn atau refluks asam lambung.
  • Berolahraga rutin (dengan intensitas ringan) seperti jalan santai atau joging.
  • Mempraktikkan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam, yoga, taici, atau meditasi.
  • Menghindari konsumsi kafein, alkohol, atau zat-zat adiktif.

5. Kapan harus ke dokter?

Meskipun hubungan antara GERD dan anxiety belum diketahui betul, tetapi kecemasan bisa memicu atau memperparah gejala GERD. Sering kali, refluks asam lambung dan kecemasan bisa ditangani sendiri di rumah. Akan tetapi, jika kecemasan dan GERD sudah parah atau tak tertahankan, jangan berpikir dua kali untuk berkonsultasi ke dokter dan psikolog atau psikiater.

Jika GERD dibiarkan, maka dapat menyebabkan komplikasi fatal dan bukan tidak mungkin gejala penyakit jantung menyamar jadi GERD. Hal tersebut juga berlaku untuk kecemasan. Selain itu, karena gejala-gejala GERD dan anxiety bisa saling tumpang tindih, pemeriksaan dokter sangat diperlukan untuk mendapat diagnosis yang akurat.

Referensi

"Acid reflux and anxiety: What to know." Medical News Today. Diakses Juli 2025.

"The Connection Between GERD and Anxiety." Verywell Health. Diakses Juli 2025.

Ji Min Choi et al., “Association Between Anxiety and Depression and Gastroesophageal Reflux Disease: Results From a Large Cross-sectional Study,” Journal of Neurogastroenterology and Motility 24, no. 4 (October 1, 2018): 593–602, https://doi.org/10.5056/jnm18069.

Xiao-Jun Yang, “Anxiety and Depression in Patients With Gastroesophageal Reflux Disease and Their Effect on Quality of Life,” World Journal of Gastroenterology 21, no. 14 (January 1, 2015): 4302, https://doi.org/10.3748/wjg.v21.i14.4302.

Ji Min Choi et al., “Association Between Anxiety and Depression and Gastroesophageal Reflux Disease: Results From a Large Cross-sectional Study,” Journal of Neurogastroenterology and Motility 24, no. 4 (October 1, 2018): 593–602, https://doi.org/10.5056/jnm18069.

Boudewijn F Kessing et al., “Effects of Anxiety and Depression in Patients With Gastroesophageal Reflux Disease,” Clinical Gastroenterology and Hepatology 13, no. 6 (December 9, 2014): 1089-1095.e1, https://doi.org/10.1016/j.cgh.2014.11.034.

Saleh Mohammad et al., “Depression and Anxiety in Patients With Gastroesophageal Reflux Disorder With and Without Chest Pain,” Cureus, November 8, 2019, https://doi.org/10.7759/cureus.6103.

Zhi Xiang On et al., “The Association Between Gastroesophageal Reflux Disease With Sleep Quality, Depression, and Anxiety in a Cohort Study of Australian Men,” Journal of Gastroenterology and Hepatology 32, no. 6 (November 14, 2016): 1170–77, https://doi.org/10.1111/jgh.13650.

Arif A. Faruqui, “Gastroesophageal Reflux Disease Associated With Anxiety: Efficacy and Safety of Fixed Dose Combination of Amitriptyline and Pantoprazole,” Gastroenterology Research 10, no. 5 (January 1, 2017): 301–4, https://doi.org/10.14740/gr898e.

"Is There a Connection Between GERD and Anxiety?" Healthline. Diakses Juli 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Delvia Y Oktaviani
3+
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us