Jangan Naik Gunung jika Punya 4 Riwayat Penyakit Ini, Pikir Lagi!

Dulu, mendaki gunung hanya dilakukan oleh orang-orang dari organisasi pencinta alam. Namun sekarang, siapa pun bisa melakukan hobi ini. Mulai dari mahasiswa, orang dewasa, hingga remaja. Gunung memang bisa jadi tempat kabur terbaik dari hiruk-pikuk perkotaan. Terutama jika kamu menginginkan suasana yang lebih tenang, atau ingin lebih dekat dengan alam.
Meski gunung membuka diri untuk semua orang, kenyataannya gak semua orang bisa melakukan aktivitas ini. Orang dengan beberapa riwayat penyakit tertentu justru disarankan untuk gak mendaki. Selain dianggap sebagai olahraga berat, mendaki gunung juga dikhawatirkan dapat memperburuk kondisi kesehatan mereka. Berikut penjelasan lengkapnya!
1. Penyakit jantung

Penyakit jantung merupakan penyakit yang mempengaruhi jantung, dan membuatnya gak bisa bekerja maksimal. Penyakit jantung sendiri meliputi penyakit arteri koroner, aritmia atau detak jantung gak teratur, kondisi jantung bawaan, dan beberapa penyakit lainnya. Namun di antara semua penyakit ini, penyakit arteri koroner adalah yang paling umum diderita. Dilansir Cleveland Clinic, penyakit arteri koroner terjadi ketika arteri yang digunakan jantung untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh mengalami penyumbatan, sehingga aliran darah gak maksimal.
Gejalanya meliputi nyeri dada, sesak napas, nyeri yang dirasakan di leher, rahang, tenggorokan, perut bagian atas atau punggung, hingga kaki dan lengan yang terasa dingin. Dalam kondisi biasa, pasien dengan penyakit jantung gak disarankan untuk melakukan aktivitas berat, apalagi mendaki gunung. Pasalnya di ketinggian 2.000—3.000 mdpl, tekanan pada jantung dan pembuluh darah akan semakin besar karena kadar oksigen yang tipis. Pada orang dengan kondisi jantung yang kurang baik, situasi ini dikhawatirkan dapat memperburuk kondisi jantung hingga memicu terjadinya serangan.
2. Hipertensi

Hipertensi merupakan penyakit yang disebabkan oleh tekanan darah yang terlalu tinggi. Umumnya, seseorang dianggap memiliki hipertensi jika tekanan darahnya mencapai 130/80 mmHg. Jika dibiarkan, hal ini akan menekan dinding dan merusak arteri, yang berakhir dengan sejumlah komplikasi penyakit lain seperti serangan jantung, dan stroke. Hipertensi sendiri disebabkan oleh banyak faktor, termasuk pola makan yang gak sehat, kurangnya aktivitas fisik, hingga konsumsi minuman beralkohol.
Sayangnya, bagi kamu yang memiliki riwayat hipertensi, mendaki gunung bisa memperburuk kondisimu. Dilansir Healthline, ketika tubuh kekurangan oksigen, aktivitas di sistem saraf simpatik juga meningkat. Hal ini bukan hanya memicu jantung untuk bekerja lebih keras, tapi juga mempersempit pembuluh darah. Akibatnya dinding arteri akan semakin tertekan, dan membuat tekanan darah naik. Biasanya hal ini ditandai dengan sejumlah gejala seperti sakit kepala, pusing, mual yang diikuti dengan muntah, jantung berdebar, sesak napas, perubahan penglihatan, dan disorientasi.
3. Penyakit pernapasan

Banyak orang suka naik gunung karena udara segar yang jauh dari polusi. Meski baik untuk tubuh, mereka yang punya riwayat penyakit pernapasan seperti asma atau peradangan paru, sebaiknya gak mendaki gunung. Dilansir Healthline, ini karena semakin tinggi jalur yang kita daki, kadar oksigennya akan semakin tipis. Akibatnya sistem pernapasan harus kerja ekstra keras untuk mendapatkan asupan oksigen yang cukup agar organ tubuh lain tetap bisa berfungsi dengan baik.
Sayangnya, kinerja sistem pernapasan yang terlalu keras juga bisa memberi tekanan pada paru-paru. Dalam kondisi normal, seseorang mulai mengalami sesak napas di ketinggian 3.000 mdpl, tetapi kondisi ini akan membaik dengan sedikit adaptasi. Namun bagi mereka yang punya asma, riwayat peradangan paru, dan penyakit pernapasan lainnya, adaptasi aja gak cukup. Sebaliknya udara dingin dan oksigen yang tipis akan membuat mereka kesulitan bernapas. Di beberapa kasus peradangan paru-paru yang parah, mereka bahkan sudah memerlukan bantuan oksigen di ketinggian 1.500 mdpl.
4. Epilepsi

Epilepsi terjadi ketika sel-sel otak yang rusak memproduksi sinyal listrik abnormal. Ketika ini terjadi, maka otak akan mengalami lonjakan aktivitas listrik yang gak terkendali dan memicu terjadinya kejang. Sekitar 70 persen kasus epilepsi belum diketahui penyebabnya, sedangkan 30 persen lainnya disebabkan oleh genetik, cedera kepala, infeksi otak, gangguan imun, gangguan perkembangan, hingga kelainan pembuluh darah di otak. Sampai saat ini, epilepsi memang belum ditemukan obatnya.
Dilansir Cleveland Clinic, obat tertentu yang diresepkan oleh dokter dapat mengendalikan 60—70 persen kejang karena epilepsi. Berbeda dengan penyakit jantung atau hipertensi, orang dengan epilepsi sebetulnya gak betul-betul dilarang naik gunung. Semua tergantung pada jenis epilepsi yang dialami, dan bagaimana respon tubuh terhadap pengobatan.
Beberapa penderita epilepsi gak mengalami kejang selama bertahun-tahun sehingga aman bagi mereka untuk melakukan pendakian dan aktivitas luar ruangan lainnya. Di sisi lain, banyak orang mengalami kejang di waktu tertentu secara konsisten. Mengingat penyakit ini sangat mempengaruhi kesadaran, dan kontol otot, orang dengan kondisi ini jelas gak disarankan untuk melakukan aktivitas berat, termasuk mendaki gunung.
Buat kamu yang suka menghabiskan waktu di alam, mendaki gunung jelas merupakan kegiatan yang menyenangkan. Namun kamu juga gak boleh abai dengan kondisi tubuh sendiri, terutama jika kamu memiliki riwayat beberapa penyakit di atas. Jika memang dalam kondisi kurang sehat, jangan pernah memaksakan diri untuk mendaki. Kan, gak lucu kalau sampai kamu harus sakit di tengah jalur pendakian!
Referensi
“Travel to high altitudes could be dangerous for people with heart conditions.” American Heart Association News. Diakses Agustus 2025.
“Heart disease.” Mayo Clinic. Diakses Agustus 2025.
“Heart disease.” Cleveland Clinic. Diakses Agustus 2025.
“Hypertension (high blood pressure).” Cleveland Clinic. Diakses Agustus 2025.
“Altitude and hypertension: What’s the link?” Healthline. Diakses Agustus 2025.