Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

2 Jenis Operasi Batu Empedu, Kenali Perbedaannya

ilustrasi operasi atau pembedahan (unsplash.com/Artur Tumasjan)

Batu empedu adalah endapan keras yang terbentuk di kantong empedu. Batu empedu bisa berkisar dari ukuran sebutir pasir hingga seukuran bola golf. Beberapa orang dengan batu empedu perlu pengobatan, yang biasanya adalah operasi yang disebut kolesistektomi.

Dalam banyak kasus, batu empedu tidak menimbulkan gejala. Namun, beberapa bisa menyebabkan komplikasi, seperti infeksi atau penyumbatan saluran empedu atau pankreas. Jika ini terjadi, penyumbatan dapat menyebabkan rasa sakit parah. Dalam kasus ini, dokter kemungkinan besar akan merekomendasikan operasi untuk mengeluarkan empedu.

Namun, ada konsensus di antara dokter dari berbagai spesialisasi bahwa orang dengan batu empedu tanpa gejala sebaiknya tidak menjalani operasi karena risikonya dan kurangnya manfaat yang jelas, dilansir Medical News Today.

Ada dua jenis batu empedu, yaitu kolesterol dan pigmen. Dokter mungkin bisa mengobati batu kolesterol tanpa intervensi bedah, tetapi kemungkinan besar dokter akan menyarankan operasi untuk batu pigmen.

Batu pigmen adalah batu yang berwarna cokelat atau hitam. Jumlah bilirubin yang berlebihan dalam darah seseorang dapat menyebabkan terbentuknya batu pigmen.

Ada dua jenis operasi batu empedu, yaitu laparoskopi/robot dan operasi terbuka. Mari mengenalinya lewat ulasan di bawah ini.

1. Kolesistektomi laparoskopi/robotik

Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, ahli bedah lebih cenderung melakukan prosedur laparoskopi dibandingkan prosedur operasi terbuka.

Selama kolesistektomi laparoskopi, dokter bedah akan menggunakan anestesi umum agar pasien tertidur. Kemudian, dokter akan membuat tiga atau empat sayatan dan memasang perangkat, yang disebut port, ke dalam sayatan tersebut untuk memungkinkan akses yang lebih baik ke kantong empedu.

Dokter bedah akan menggunakan kamera kecil untuk membantunya mengeluarkan kantong empedu, sebelum menutup lubang tersebut dengan jahitan atau staples.

Dalam beberapa kasus, dokter bedah mungkin menggunakan robot untuk membantu operasi. Prosedur medis ini sangat mirip dengan kolesistektomi laparoskopi lainnya. Satu-satunya perbedaan adalah dokter bedah akan memanipulasi robot untuk melakukan prosedurnya.

Selama prosedur, dokter mungkin perlu mengeluarkan batu empedu yang menyumbat satu atau lebih saluran empedu. Dokter mungkin perlu menggunakan sinar-X untuk membantu melihat batu tambahan.

2. Kolesistektomi terbuka

ilustrasi batu empedu (commons.wikimedia.org/Jakupica)

Seorang ahli bedah mungkin melakukan kolesistektomi terbuka jika prosedur laparoskopi tidak berjalan dengan baik. Dokter bedah juga mungkin memilih untuk melakukan prosedur ini jika kantong empedu pasien:

  • Meradang parah.
  • Terinfeksi parah.
  • Ada bekas luka dari beberapa prosedur lainnya.

Menurut SAGES, beberapa alasan lain mengapa seorang dokter bedah beralih ke prosedur terbuka meliputi:

  • Masalah pendarahan.
  • Kelebihan berat badan atau obesitas.
  • Visibilitas buruk di dalam tubuh pasien.

Risiko kolesistektomi

Dilansir Johns Hopkins Medicine, beberapa kemungkinan komplikasi kolesistektomi mungkin termasuk:

  • Pendarahan.
  • Infeksi.
  • Cedera pada saluran (saluran empedu) yang membawa empedu dari kantong empedu ke usus kecil.
  • Cedera hati.
  • Bekas luka dan rasa mati rasa di lokasi sayatan.
  • Penonjolan organ atau jaringan (hernia) di lokasi sayatan.

Selama prosedur laparoskopi, alat bedah dimasukkan ke dalam perut. Ini mungkin melukai usus atau pembuluh darah.

Setiap orang mungkin memiliki risiko lain yang unik. Pastikan untuk mendiskusikan segala kekhawatiran dengan dokter sebelum operasi batu empedu.

Pemulihan setelah operasi

ilustrasi operasi atau pembedahan (unsplash.com/Jafar Ahmed)

Waktu pemulihan operasi kandung empedu dapat bervariasi tergantung pada jenis operasi yang dilakukan. Meskipun sebagian besar prosedur pembedahan biasanya serupa, apa pun jenisnya, jumlah hari yang dihabiskan seseorang di rumah sakit, waktu yang diperlukan untuk melanjutkan aktivitas sehari-hari, dan pertimbangan pemulihan lainnya cenderung berbeda.

Misalnya, pasien yang menjalani operasi laparoskopi/invasif minimal dapat dipulangkan pada hari yang sama atau keesokan harinya setelah prosedur, selama tidak ada komplikasi. Namun, mereka harus menahan diri dari aktivitas berat selama dua minggu pertama karena pasien memerlukan waktu 1–2 minggu untuk merasa “normal” kembali.

Di sisi lain, operasi terbuka (yang melibatkan sayatan lebih besar) mungkin memerlukan pasien untuk dirawat di rumah sakit 2–4 hari lebih lama, dan mungkin memerlukan waktu untuk pulih lebih lama.

Faktor lain yang mungkin memengaruhi pemulihan seseorang adalah jenis kolesistektomi (pengangkatan kantong empedu) yang dilakukan. Seorang pasien yang menjalani kolesistektomi sederhana, yakni hanya mengangkat kantong empedu saja, akan pulih jauh lebih cepat dibandingkan pasien yang menjalani kolesistektomi radikal (proses pengangkatan kantong empedu yang dilakukan untuk mengobati kanker, dan melibatkan pengangkatan sebagian hati ditambah kelenjar getah bening di dekatnya).

Ada dua jenis operasi batu empedu. Operasi adalah pengobatan umum untuk batu empedu obstruktif atau sering menimbulkan gejala. Operasi laparoskopi lebih umum dilakukan dibandingkan dengan operasi terbuka. Diskusikan dengan dokter tentang pilihan yang tepat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Delvia Y Oktaviani
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us