ilustrasi anak-anak di pengungsian (pexels.com/Khaled Akacha)
Pemenuhan nutrisi anak menjadi tantangan besar di lokasi pengungsian. Keterbatasan akses makanan bergizi, persediaan yang tidak selalu mencukupi, serta kondisi sanitasi yang minim membuat anak-anak berisiko mengalami kekurangan gizi maupun gangguan kesehatan lainnya.
"Ketika kita akan memberikan bantuan berupa makanan, harus berpikir apakah makanan ini akan terolah dengan optimal atau justru akan menimbulkan masalah setelahnya," imbuh Ketua Satgas Penanggulangan Bencana IDAI, dr. Kurniawan Taufiq Kadafi, M. Biomed, Sp.A, Subsp.E.T.I.A(K).
Misalnya, jika membawa makanan kering yang pengolahannya memerlukan air bersih, secara umum ketika berada pada lokasi non bencana, solusi itu mungkin bisa terlaksana. Namun, jika dibawa ke lokasi bencana, kadang makanan tidak dimasak, langsung dikonsumsi oleh pengungsi yang ujungnya akan menjadi masalah bagi anak.
"Saya sering lihat kalau bawa mi instan ke sana, yang terjadi dikremes, malah dimakan seperti itu, kering. Kita juga tidak tahu apakah mereka cuci tangan dan lain sebagainya," lanjutnya.
Di masa pertumbuhan, kebutuhan nutrisi yang seimbang sangat krusial untuk menjaga kekebalan tubuh dan memastikan perkembangan fisik serta kognitif tetap optimal. Karena itu, perhatian khusus terhadap asupan makanan anak di tenda pengungsian menjadi langkah penting dalam perlindungan mereka selama bencana berlangsung.