- Kontaminasi lingkungan air: Air banjir yang bercampur limbah, feses, dan mikroorganisme berbahaya meningkatkan potensi paparan bakteri patogen.
- Sanitasi terganggu: Toilet atau sumber air bersih menjadi tidak mudah diakses, sehingga kebersihan diri sulit terjaga.
- Akses layanan kesehatan terbatas: Skrining rutin seperti pemeriksaan urine jadi terganggu dan infeksi yang awalnya ringan dapat berkembang tanpa terdeteksi.
Kenapa Ibu Hamil Lebih Rentan Infeksi Saluran Kemih saat Banjir?

- Ibu hamil secara fisiologis sudah lebih rentan terhadap ISK, dan kondisi banjir memperbesar risiko paparan bakteri patogen.
- ISK dapat berujung pada komplikasi serius seperti ketuban pecah dini, prematuritas, dan risiko preeklampsia bila tidak ditangani dengan cepat.
- Pencegahan praktis di tengah bencana, seperti air bersih, sanitasi aman, hidrasi, pemeriksaan urine, dapat menyelamatkan ibu dan janin dari risiko kesehatan besar.
Banyak wilayah di Indonesia terdampak banjir. Jalanan berubah jadi sungai sempit, halaman rumah tergenang, dan akses layanan kesehatan terganggu, bahkan terputus. Di tengah kondisi itu, ibu hamil harus menghadapi tantangan ekstra. Bukan cuma persoalan logistik dan kenyamanan, tetapi juga risiko kesehatan yang signifikan.
Salah satu yang harus diwaspadai adalah infeksi saluran kemih (ISK). Di kondisi normal kehamilan saja, perempuan sudah memiliki risiko lebih tinggi mengalami ISK karena perubahan anatomi dan fisiologis saat hamil. Ketika faktor eksternal ikut memperburuk kebersihan air, sanitasi, dan akses minum bersih pascabanjir, risiko ini makin meningkat, terutama dalam komunitas yang termarginalkan atau berada jauh dari layanan kesehatan.
Artikel ini mengulas secara medis kenapa ibu hamil berisiko mengalami ISK saat dan setelah banjir, apa bahayanya bagi ibu hamil dan janin, apa saja gejalanya, apa yang bisa dilakukan dalam situasi darurat banjir/pengungsian, serta langkah pencegahan yang sederhana namun signifikan.
Kenapa ibu hamil berisiko mengalami ISK saat dan setelah banjir?
ISK terjadi ketika bakteri, terutama Escherichia coli yang biasanya tinggal di usus, masuk ke uretra dan berkembang biak di saluran kemih atau kandung kemih.
Pada perempuan hamil, risiko ISK lebih tinggi karena kombinasi perubahan anatomi dan hormon selama kehamilan. Rahim yang terus membesar menekan ureter dan kandung kemih, menyebabkan aliran urine menjadi stagnan, sehingga bakteri berkesempatan lebih besar untuk berkembang. Kondisi ini dikenal sebagai salah satu faktor predisposisi utama ISK pada kehamilan.
Banjir memperburuk situasi ini karena:
Kondisi sosial-lingkungan pascabencana seperti banjir menimbulkan kombinasi dari paparan lingkungan dan keterbatasan fasilitas yang memperbesar peluang ISK pada ibu hamil.
Bahaya ISK saat dan pascabanjir pada ibu hamil

ISK pada kehamilan tidak boleh dianggap remeh. Beberapa studi menunjukkan hubungan antara ISK dan berbagai komplikasi kehamilan jika tidak segera ditangani.
- Risiko ketuban pecah dini dan persalinan prematur
Berdasarkan laporan kasus dari rumah sakit di Indonesia, ISK pada ibu hamil berkaitan dengan kejadian ketuban pecah dini sebelum persalinan, yang dapat menyebabkan bayi lahir prematur.
- Preeklamsia dan gangguan pertumbuhan janin
Metaanalisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara ISK selama kehamilan dan peningkatan risiko preeklamsia, yaitu kondisi tekanan darah tinggi yang membahayakan ibu dan janin, dengan risiko relatif lebih tinggi dibanding ibu hamil tanpa ISK.
- Dampak langsung lainnya pada janin
ISK yang tidak segera diatasi dapat meningkatkan risiko berikut ini:
- Bayi lahir dengan berat badan rendah.
- Infeksi kulit atau organ pada bayi (infeksi neonatus),
- Retardasi pertumbuhan intrauterine (IUGR).
Ini menjadikan ISK bukan hanya ketidaknyamanan kecil, tetapi masalah medis serius bila dibiarkan.
Gejala ISK yang perlu diwaspadai dan langkah-langkah yang perlu dilakukan
Saat akses air bersih dan fasilitas kesehatan tertutup atau terbatas, ibu hamil tetap perlu waspada terhadap tanda-tanda ISK:
- Nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil.
- Frekuensi buang air kecil meningkat tanpa alasan lain.
- Urine berbau kuat, tampak keruh, atau berdarah.
- Demam ringan, nyeri panggul, atau nyeri punggung bawah.
Gejala-gejala ini bisa tampak ringan awalnya, tetapi sebaiknya tidak diabaikan, apalagi saat sumber air bersih terbatas.
Apa yang harus dilakukan?
Saat banjir atau setelahnya:
- Cari air bersih yang aman: Gunakan air kemasan atau air yang telah direbus untuk minum dan kebersihan personal.
- Jangan menahan buang air kecil: Menahan kencing membuat bakteri berkembang lebih mudah.
- Lakukan pemeriksaan urine jika memungkinkan: Jika ada pos layanan kesehatan atau klinik pengungsian, minta pemeriksaan urine sederhana.
- Perhatikan hidrasi tubuh: Minum cukup air membantu tubuh “mencuci” saluran kemih dan mencegah bakteri menetap.
- Cari bantuan medis jika gejala memburuk: Demam tinggi, nyeri hebat, atau adanya darah dalam urine membutuhkan tindakan segera dan tidak boleh ditunda.
Kondisi banjir memang menantang, tetapi alat diagnostik sederhana seperti urinalisis adalah cara efektif untuk mendeteksi ISK sejak dini, bahkan di pengungsian.
Panduan pencegahan untuk ibu hamil di wilayah yang terdampak banjir

Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati, terutama di tengah bencana. Berikut langkah-langkah praktis yang bisa diterapkan jika memungkinkan:
- Jaga kebersihan diri
Mandilah dengan air bersih yang aman setelah beraktivitas atau keluar dari area banjir. Pastikan membersihkan area kewanitaan dari depan ke belakang untuk mengurangi perpindahan bakteri dari anus ke uretra. Ini merupakan langkah penting di tengah sanitasi yang buruk.
- Penuhi kebutuhan cairan harian
Bukan hanya untuk kenyamanan, minum air yang cukup membantu mengurangi kemungkinan bakteri menempel di saluran kemih. Hidrasi yang baik merupakan strategi pencegahan utama ISK.
- Gunakan fasilitas kebersihan yang aman
Jika air bersih sulit diperoleh, pertimbangkan penggunaan sanitasi portabel yang aman. Pastikan juga tempat mandi dan toilet di pengungsian tidak bercampur dengan air banjir. Perubahan kecil seperti ini signifikan bagi ibu hamil.
- Konsultasi dengan bidan atau dokter
Walaupun apa pun bisa serba sulit di tengah banjir, cari momen untuk pemeriksaan antenatal care ketika ada bantuan medis masuk. Pemeriksaan rutin tetap penting untuk skrining ISK meski tidak bergejala.
ISK adalah kondisi medis yang umum, tetapi saat kehamilan dan terutama di tengah atau pascabanjir, ini menjadi perhatian besar. Kombinasi perubahan anatomi tubuh ibu hamil dan faktor lingkungan pascabanjir menciptakan lingkungan yang menyuburkan risiko ISK.
Gejala ISK yang tampak kecil pun dapat berkembang menjadi komplikasi serius bagi ibu dan janin. Kenali tanda-tandanya, cari air bersih yang aman, dan jika memungkinkan lakukan pemeriksaan urine. Pencegahan melalui kebersihan diri yang baik dan hidrasi optimal adalah langkah sederhana yang sangat berharga dalam situasi krisis.
Referensi
Edy Fakhrizal, "Infeksi Saluran Kemih pada Kehamilan: Prevalensi dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya." Jurnal Ilmu Kedokteran (JIK) 11, no. 1 (Maret 2017): 19–24.
Ling Yan et al., “The Association Between Urinary Tract Infection During Pregnancy and Preeclampsia,” Medicine 97, no. 36 (September 1, 2018): e12192, https://doi.org/10.1097/md.0000000000012192.
Vera Iriani Abdullah and Fitra Duhita, “Edukasi dan Deteksi Dini Infeksi Saluran Kemih pada Ibu Hamil.” JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) 7, no. 3 (June 3, 2023): 2653, https://doi.org/10.31764/jmm.v7i3.14949.
None Alfina Syakira Mahardika, None Jusuf Sulaeman Effendi, and None Indri Budiarti, “Scoping Review: Hubungan Infeksi Saluran Kemih Dengan Ketuban Pecah Dini Preterm,” Bandung Conference Series Medical Science 5, no. 1 (February 2, 2025): 643–48, https://doi.org/10.29313/bcsms.v5i1.16989.
Anatte Karmon and Eyal Sheiner, “The Relationship Between Urinary Tract Infection During Pregnancy and Preeclampsia: Causal, Confounded or Spurious?,” Archives of Gynecology and Obstetrics 277, no. 6 (April 1, 2008): 479–81, https://doi.org/10.1007/s00404-008-0643-2.
Aazam Taghavi Zahedkalaei et al., “Association Between Urinary Tract Infection in the First Trimester and Risk of Preeclampsia: A Case–Control Study,” International Journal of Women S Health Volume 12 (July 1, 2020): 521–26, https://doi.org/10.2147/ijwh.s256943.
Sarah Rae Easter et al., “Urinary Tract Infection During Pregnancy, Angiogenic Factor Profiles, and Risk of Preeclampsia,” American Journal of Obstetrics and Gynecology 214, no. 3 (October 13, 2015): 387.e1-387.e7, https://doi.org/10.1016/j.ajog.2015.09.101.
Yveline Ansaldi and Begoña Martinez De Tejada Weber, “Urinary Tract Infections in Pregnancy,” Clinical Microbiology and Infection 29, no. 10 (August 27, 2022): 1249–53, https://doi.org/10.1016/j.cmi.2022.08.015.
“Urinary Tract Infection and Adverse Outcome of Pregnancy,” PubMed, 2007, https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18410708/.


















