ilustrasi polusi udara (ANTARA FOTO/FB Anggoro)
Piotr kemudian membagikan bahwa sejatinya, ada tiga mitos mengenai kualitas udara yang terus beredar di masyarakat meski sudah dipatahkan. Mitos-mitos tersebut adalah:
- “Daerah saya memiliki banyak pohon dan jauh dari kota, tidak ada polusi udara di sini.”
- “Kualitas udara paling bagus di pagi hari, karena mobil lebih sedikit.”
- “Saya berolahraga, jadi itu membuat saya cukup sehat melawan polusi.”
Membicarakan mitos pertama, Piotr mengatakan bahwa data dari bulan Agustus 2021 menunjukkan bahwa ada beberapa lokasi hijau di mana polusi udara di Jakarta tetap tinggi, yaitu Bintaro dan BSD di Tangerang Selatan.
Melihat dua bulan terakhir di BSD, hanya ada 4 jam di mana kualitas udara sedikit membaik. Dengan kata lain, kualitas udara hanya membaik 8 kali! Selain itu, kualitas udara di Tangerang Selatan sendiri ternyata tidak lebih baik daripada Jakarta Pusat.
ilustrasi berolahraga pagi (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Lanjut ke mitos kedua, Piotr mengatakan bahwa kenyataannya, polusi udara pagi hari lebih tinggi daripada kualitas siang dan sore hari menurut data pada Agustus 2021. Hal ini terkait dengan kondisi iklim dan meteorologi.
Membicarakan mitos terakhir, Piotr mengutip sebuah studi dari Seoul National University pada Juni 2020 lalu bertajuk "Combined Effects of Physical Activity and Air Pollution on Cardiovascular Disease". Penelitian tersebut menemukan peningkatan risiko penyakit jantung hingga 33 persen jika berolahraga di lingkungan berpolusi tinggi.
Selain itu, Piotr mengutip data dari Nafas bahwa ternyata, olahraga pada pagi-pagi buta tidaklah seaman atau sesehat yang kita kira. Jam 4 subuh hingga 9 pagi adalah waktu terburuk untuk berolahraga karena polusi sedang tinggi-tingginya. Duh!