Amfetamin: Manfaat, Peringatan, Interaksi, Dosis, dan Efek Samping

Dapat menimbulkan kecanduan, amfetamin harus pakai resep

Amfetamin adalah jenis obat stimulan sistem saraf pusat. Ia mempengaruhi bahan kimia di otak dan saraf yang berkontribusi terhadap hiperaktif dan kontrol impuls. Amfetamin diresepkan guna mengobati pasien dengan kondisi kesehatan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).

Obat ini dapat menimbulkan ketergantungan. Pemberian amfetamin harus menggunakan resep dan berdasar rekomendasi dokter. 

Baca Juga: Mengenal Amfetamin, Obat yang Sering Disalahgunakan

1. Manfaat

Amfetamin (dengan merek Adzenys ER, Evekeo, Evekeo ODT, dan lainnya) merupakan bagian dari program perawatan untuk mengendalikan gejala gangguan pemusatan perhatian (ADHD). Attention deficit hyperactivity disorder atau ADHD merupakan kondisi kesulitan fokus dan mengendalikan tindakan. 

Selain itu, amfetamin juga diresepkan untuk mengobati gangguan tidur narkolepsi. Kondisi ini menyebabkan kantuk berlebihan pada siang hari dan serangan tidur. Obat ini juga diberikan pada jangka waktu terbatas bersama dengan diet dan olahraga untuk menurunkan berat badan. 

Amfetamin bekerja dengan mengaktifkan reseptor di otak dan meningkatkan aktivitas sejumlah neurotransmiter, terlebih norepinefrin dan dopamin. Sebuah studi publikasi Cochrane.org menunjukkan jangka pendek pengobatan dengan amfetamin dapat mengurangi keparahan gejala ADHD.

2. Peringatan

Amfetamin: Manfaat, Peringatan, Interaksi, Dosis, dan Efek Sampingilustrasi obat-obatan (pexels.com/polina tankilevits)

Karena efek samping ketagihan yang dapat timbul, pengobatan amfetamin hanya boleh dilakukan berdasar pada resep dan rekomendasi dokter. Beritahu dokter apabila kamu memiliki alergi obat amfetamin dan jenis serupa. Pun sampaikan jika kamu pernah mengalami reaksi alergi setelah mengonsumsi obat apa pun. 

Sampaikan pada dokter jika kamu sedang atau pernah mengonsumsi obat-obatan berikut: monoamine oxidase (MAO), inhibitors termasuk isocarboxazid, linezolid, methylene blue, phenelzine, selegilin, dan tranylcypromine. Kamu harus memberi jarak pengobatan setidaknya 14 hari sebelum atau sesudah mendapatkan amfetamin. 

Beri tahu dokter apabila sedang atau pernah menderita hipertiroidisme (terlalu banyak hormon tiroid dalam tubuh). Juga jika sering mengalami perasaan cemas, tegang, atau agitasi yang kuat. Dokter mungkin akan memberi tahu untuk tidak mengonsumsi amfetamin.

Amfetamin bisa berdampak buruk bagi pasien dengan riwayat kesehatan jantung. Maka dari itu, beri tahu dokter apabila mengalami detak jantung tidak teratur, serangan jantung atau kelainan lain. Termasuk arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah), penyakit arteri koroner (penyempitan pembuluh darah), hipertensi, kardiomiopati (penebalan otot jantung).

Beritahu dokter apabila pernah mengalami kejang, elektroensefalogram abnormal, atau penyakit ginjal. Pun sampaikan apabila kamu atau keluarga memiliki riwayat medis depresi, gangguan bipolar, mania, psikosis, tics verbal maupun motorik, sindrom Tourette, atau pernah berpikir hingga melakukan percobaan bunuh diri.

Penggunaan amfetamin bagi ibu hamil harus menilai besar manfaat daripada efek samping. Dilansir WebMD, bayi dengan ibu mengonsumsi amfetamin mungkin menyebabkan kelahiran prematur dan berat badan rendah. Konsultasikan pada dokter apabila setelah lahir bayi mengalami perubahan suasana hati, agitasi, hingga kelelahan yang tidak biasa. 

Amfetamin dapat terserap dan mempengaruhi ASI dan meningkatkan kemungkinan timbulnya efek samping pada bayi. Maka dari itu, penggunaan amfetamin pada ibu menyusui sangat tidak dianjurkan.

Amfetamin merupakan bagian dari serangkaian program pengobatan total untuk ADHD, yang mungkin termasuk konseling dan pendidikan khusus. Pastikan untuk mengikuti semua instruksi dokter atau terapis. Dapatkan obat dan konseling secara rutin untuk mendapatkan manfaat maksimal. 

3. Interaksi

Amfetamin: Manfaat, Peringatan, Interaksi, Dosis, dan Efek Sampingilustrasi interaksi obat (unsplash.com/adam nieścioruk)

Amfetamin dapat berinteraksi dengan obat medis ataupun nonmedis. Maka dari itu, sampaikan pada dokter obat apa saja yang sedang kamu konsumsi. Adanya interaksi ini memungkinkan perubahan cara kerja obat yang justru menimbulkan efek samping negatif. 

Healthline menyebutkan beberapa jenis obat yang dapat berinteraksi dengan amfetamin yakni:

  • Obat-obatan penurun asam lambung atau antasida seperti omeprazol, esomeprazol, dan famotidin. Konsumsi keduanya dapat meningkatkan kadar amfetamin dan menimbulkan efek samping. 
  • Antidepresan trisiklik (TCA) seperti amitriptilin, klomipramine, desipramine, dan sebagainya. Mendapatkan amfetamin dengan obat TCA dapat meningkatkan tekanan darah dan risiko masalah jantung.
  • Monoamine oxidase inhibitor (MAOI), contohnya: isokarboksazid, fenelzin, tranylcypromine, selegilin. Obat-obatan MAOI mencegah tubuh mengonsumsi amfetamin dengan benar dan dapat menimbulkan peningkatan kadar amfetamin. Ini dapat menimbulkan efek samping fatal yang serius. 
  • Obat serotonergik yang mempengaruhi hormon serotonin yang bekerja sebagai antidepresan, seperti: fluoxetine, sertraline, duloxetine, dan venlafaxine. Penggunaan keduanya meningkatkan risiko sindrom serotonin dan dapat berakibat fatal.

4. Dosis pakai

Pemberian dosis amfetamin disesuaikan pada kondisi, usia, dan kebutuhan pasien. Dosis yang kamu terima mungkin berbeda. Hindari mengubah dengan mengurangi atau menambah takaran obat tanpa instruksi dari dokter. Adapun amfetamin umumnya diresepkan dengan dosis berdasar kondisi berikut:

  • Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Anak lebih dari 6 tahun dan dewasa: dosis awal 5 mg sekali atau membaginya menjadi 2,5 mg dua kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap hingga respon optimal diperoleh. 

Anak usia 3-5 tahun: 2,5 mg setiap hari dosis harian dapat dinaikkan secara bertahap 2,5 mg pada interval mingguan dengan dosis maksimal 20 mg. 

  • Narkolepsi

Dewasa dan anak-anak usia di atas 12 tahun: Dosis awal 10 mg diminum sekali kali sehari saat pagi hari. Dosis maksimal harian yaitu 60 mg.

Anak-anak usia 6–11 tahun: Dosis awal 5 mg diminum sekali sehari saat pagi hari. Peningkatan dosis disesuaikan kebutuhan. 

  • Penurunan berat badan

Amfetamin guna menurunkan berat badan hanya diberikan pada usia dewasa dengan dosis 5–10 mg per hari. Obat diminum 30­–60 menit sebelum makan dengan dosis maksimal 30 mg per hari.

Konsumsi amfetamin secara teratur setiap hari dengan waktu yang sama. Amfetamin diminum sesaat setelah bangun tidur pada pagi hari sebagai dosis pertama.

Pada dosis berikutnya, obat ini dapat dapat dikonsumsi sebelum atau setelah makan. Hindari mengonsumsi amfetamin pada malam hari, karena dapat menyebabkan insomnia.

5. Efek samping

Amfetamin: Manfaat, Peringatan, Interaksi, Dosis, dan Efek Sampingilustrasi perubahan suasana hati (unsplash.com/joice kelly)

Medical News Today menyebutkan amfetamin dapat menimbulkan banyak efek samping. Termasuk efek samping ringan hingga yang parah. Berikut gejala yang timbul akibat adanya reaksi efek samping:

  • Sakit perut
  • Kehilangan nafsu makan, mual, dan penurunan berat badan
  • Mulut kering
  • Berkeringat banyak
  • Hidung tersumbat
  • Gejala ringan di atas dapat berkurang dan hilang dengan sendirinya seiring tubuh menyesuaikan obat. Namun, jika tidak kunjung mereda, hubungi dokter atau medis segera.

Efek samping serius yang harus segera mendapatkan penanganan dokter yakni:

  • Tekanan darah rendah atau tinggi
  • Fenomena Raynaud yakni penurunan aliran darah hingga ekstrem yang ditandai dingin, mati rasa, nyeri, perubahan warna kulit
  • Luka tidak biasa pada jari atau kaki
  • Penglihatan kabur
  • Disfungsi ereksi, terutama ereksi yang sering atau persisten
  • Detak jantung cepat
  • Perubahan suasana hati atau agitasi
  • Halusinasi
  • Pikiran untuk bunuh diri 

Tidak ada alasan untuk tidak segera ke dokter. Pastikan kamu mendapatkan penanganan segera setelah mendapati gejala efek samping serius pasca pengobatan amfetamin. 

Simpan amfetamin di tempat aman dari jangkauan anak-anak. Pun terhindar dari paparan sinar matahari langsung dan menyimpannya di tempat lembab. Obat ini tidak untuk direkomendasikan pada individu lain meski memiliki gejala serupa. 

Baca Juga: Ambroxol: Manfaat, Peringatan, Interaksi, Dosis, dan Efek Samping

Topik:

  • Laili Zain
  • Langgeng Irma Salugiasih
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya