Malaria: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan

- Malaria disebabkan oleh parasit genus Plasmodium, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi.
- Gejala malaria bisa tampak sepele pada tahap awal. Namun, jika diabaikan, penyakit ini bisa berkembang cepat menjadi lebih parah. Penderitanya bisa mengalami kelelahan ekstrem, kebingungan, kejang, hingga kesulitan bernapas.
- Malaria bisa dicegah dan dikendalikan dengan menerapkan pengendalian vektor nyamuk dengan benar serta menangani kasus malaria secara tepat.
Malaria adalah penyakit serius yang bisa membahayakan nyawa dan menular ke manusia lewat gigitan beberapa jenis nyamuk. Penyakit ini banyak ditemukan di wilayah tropis, termasuk di Indonesia. Kabar baiknya, malaria bukan hanya bisa dicegah, tetapi juga bisa diobati.
Penyakit ini disebabkan oleh parasit dan tidak menyebar langsung dari satu orang ke orang lain. Penularan paling umum terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang sudah membawa parasit malaria. Selain gigitan nyamuk, malaria juga dapat menular lewat transfusi darah atau jarum suntik yang terkontaminasi.
Gejala malaria bisa tampak sepele pada tahap awal. Namun, jika diabaikan, penyakit ini bisa berkembang cepat menjadi lebih parah. Penderitanya bisa mengalami kelelahan ekstrem, kebingungan, kejang, hingga kesulitan bernapas.
Ada lima jenis parasit Plasmodium yang bisa menginfeksi manusia. Dari lima itu, P. falciparum dan P. vivax adalah yang paling sering menimbulkan masalah serius. P. falciparum mendominasi kasus di benua Afrika dan paling mematikan, sementara P. vivax banyak ditemukan di luar Afrika sub-Sahara. Tiga parasit lain yang juga bisa menyebabkan malaria pada manusia adalah P. malariae, P. ovale, dan P. knowlesi.
1. Penyebab
Malaria disebabkan oleh parasit genus Plasmodium, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi. Setelah infeksi, parasit (disebut sporozoit) berjalan melalui aliran darah ke hati. Di sana, mereka matang dan melepaskan bentuk parasit lain, disebut merozoit. Parasit memasuki aliran darah dan menginfeksi sel darah merah.
Parasit berkembang biak di dalam sel darah merah. Sel-sel kemudian pecah dalam waktu 48 hingga 72 jam dan menginfeksi lebih banyak sel darah merah. Gejala pertama biasanya terjadi 10 hari sampai 4 minggu setelah infeksi, meskipun gejala tersebut dapat muncul sedini 8 hari atau selama satu tahun setelah infeksi. Gejala terjadi dalam siklus 48 sampai 72 jam.
Sebagian besar gejala disebabkan oleh:
Pelepasan merozoit ke dalam aliran darah.
Anemia akibat penghancuran sel darah merah.
Sejumlah besar hemoglobin bebas dilepaskan ke dalam sirkulasi setelah sel darah merah pecah, yang dapat merusak organ lain seperti ginjal.
Malaria juga dapat ditularkan dari ibu ke bayinya yang belum lahir (bawaan) dan melalui transfusi darah. Malaria dapat dibawa oleh nyamuk di daerah beriklim sedang, tetapi parasit tersebut menghilang selama musim dingin.
Laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa pada tahun 2023 tercatat ada sekitar 263 juta kasus malaria di dunia, naik dibandingkan 252 juta kasus pada 2022. Jumlah kematian akibat malaria diperkirakan mencapai 597 ribu jiwa pada 2023, sedikit turun dari 600 ribu pada 2022.
Benua Afrika masih menanggung beban malaria paling berat di dunia. Sekitar 94 persen kasus malaria dan 95 persen kematian akibat malaria pada 2023 terjadi di wilayah ini. Anak-anak di bawah usia 5 tahun paling rentan, menyumbang sekitar 76 persen dari total kematian malaria di Afrika.
Lebih dari setengah kematian ini terjadi hanya di empat negara: Nigeria (30,9 persen), Republik Demokratik Kongo (11,3 persen), Niger (5,9 persen), dan Tanzania (4,3 persen).
2. Faktor risiko
Malaria dapat terjadi pada siapa saja. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko, yaitu:
Usia: Anak berusia di bawah 5 tahun lebih rentan terinfeksi malaria. Orang tua dan perempuan hamil juga memiliki risiko kematian lebih tinggi akibat penyakit malaria.
Tempat tinggal: Orang-orang yang tinggal di wilayah tropis dan su tropis, termasuk Indonesia, lebih rentan terkena penyakit ini, karena nyamuk penyebab malaria hidup di iklim tropis.
Minim fasilitas kesehatan: Minimnya akses dan ketersediaan fasilitas kesehatan di suatu wilayah dapat meningkatkan risiko penularan dan berkembangnya penyakit menjadi kondisi yang lebih buruk.
3. Gejala

Pada malaria, demam merupakan gejala utama.
Pada permulaan sakit, dapat dijumpai demam yang tidak teratur. Sifat demam akut (paroksismal) yang didahului oleh stadium dingin (menggigil) diikuti demam tinggi kemudian berkeringat banyak.
Periodisitas gejala demam tergantung jenis malaria.
Selain gejala klasik diatas, juga dapat ditemukan gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan nyeri otot.
Pada orang-orang yang tinggal di daerah endemis (imun) gejala klasik tidak selalu ditemukan atau gejala tidak spesifik.
4. Diagnosis
Diagnosis malaria umumnya dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih melalui beberapa cara.
Pemeriksaan darah. Sampel darah pasien akan diperiksa untuk melihat apakah ada parasit malaria. Ini adalah metode standar yang paling sering digunakan.
Tes cepat atau rapid diagnostic test (RDT). Tes ini praktis karena bisa dilakukan di lapangan tanpa peralatan rumit. Sampel darah akan dites untuk mendeteksi protein dari parasit, dan hasilnya bisa keluar dalam 15–20 menit.
Tes polymerase chain reaction (PCR). Metode ini sangat akurat karena mendeteksi DNA parasit malaria. Biasanya dilakukan jika hasil tes mikroskopis atau RDT kurang jelas, atau jika dokter perlu memastikan jenis parasitnya.
Evaluasi gejala, seperti demam, menggigil, atau sakit kepala, sebagai petunjuk tambahan sebelum menentukan diagnosis.
5. Pengobatan
Jika bepergian ke wilayah di mana malaria sering dilaporkan, kemungkinan besar dokter akan meresepkan obat pencegahan. Kamu bisa memutuskan atau memilih untuk menolak obat tertentu berdasarkan kemungkinan efek samping, jadwal pemberian dosis, atau keamanan selama hamil.
Apabila kamu sampai terkena malaria, dokter akan menyusun rencana perawatan tergantung di mana kamu terinfeksi, parasit penyebab malaria, dan tingkat keparahan gejala di antara faktor-faktor lainnya.
Pilihan pengobatan
Secara umum, obat untuk malaria sama dengan obat yang digunakan untuk mencegah malaria. Dokter akan merekomendasikan rangkaian obat tertentu berdasarkan parasit penyebab malaria, tingkat keparahan penyakit, usia, dan apakah sedang hamil.
Obat-obatan yang biasa diresepkan untuk pencegahan dan pengobatan malaria meliputi:
Terapi kombinasi berbasis artemisinin (ACT): Obat kombinasi ini masing-masing dirancang untuk melawan parasit malaria dengan cara yang berbeda.
Klorokuin: Obat ini lebih disukai kapan pun itu mungkin efektif, tetapi banyak parasit sekarang kebal terhadap obat ini.
Obat lain yang kurang umum digunakan untuk membantu mencegah atau mengobati malaria meliputi:
Malarone (atovaquone dan proguanil).
Vibramycin (doksisiklin) atau Monodoks (kina dan doksisiklin).
Mefloquine.
Primaquine.
6. Komplikasi yang dapat terjadi

Jika tidak diobati, malaria dapat mengakibatkan berbagai komplikasi yang membahayakan kesehatan, bahkan kematian. Beberapa gangguan kesehatan yang timbul jika malaria tidak diobati, antara lain:
Anemia: Kerusakan sel-sel darah merah oleh parasit malaria lambat laun akan menyebabkan anemia parah.
Kerusakan pada otak: Kerusakan pada sel-sel darah merah dapat menyebabkan pembengkakan pada otak yang meningkatkan risiko kerusakan otak permanen, kejang hingga koma.
Kegagalan organ tubuh: Parasit penyebab malaria dapat menimbulkan gangguan pada fungsi organ tubuh, seperti ginjal, hati, dan limpa, yang dapat mengakibatkan kematian.
Gangguan pernapasan: Pasien malaria dapat mengalami kesulitan bernapas akibat cairan yang terkumpul dalam paru-paru (edema paru).
Kerusakan pada sistem saraf: Parasit Plasmodium falciparum dapat menginfeksi sistem saraf pusat, mengakibatkan gangguan neurologis, seperti kejang, kebingungan, bahkan kelumpuhan.
7. Pencegahan
Malaria bisa dicegah dan dikendalikan dengan menerapkan pengendalian vektor nyamuk dengan benar serta menangani kasus malaria secara tepat. Ada tiga langkah utama untuk mengendalikan nyamuk penular malaria:
Menjaga lingkungan tetap bersih agar tidak menjadi tempat nyamuk berkembang biak. Caranya dengan rutin bersih-bersih lingkungan di sekitar rumah, memastikan saluran air lancar supaya tidak ada genangan, mengeringkan air yang tergenang, dan membersihkan lumut di mata air atau danau.
Menekan jumlah nyamuk dengan cara menebar ikan pemakan jentik, seperti ikan gupi, nila merah, mujair, atau kepala timah ke kolam, sungai kecil, atau genangan air lainnya. Bisa juga dengan menaburkan larvasida (racun jentik) atau menanam tanaman pengusir nyamuk seperti sereh, lavender, zodia, kecombrang, atau marigold di sekitar rumah.
Lindungi diri agar tidak digigit nyamuk malaria. Misalnya tidur pakai kelambu, memakai obat nyamuk, memasang kawat kasa di ventilasi, memindahkan kandang ternak jauh dari rumah, atau mengoleskan obat oles anti nyamuk. Kalau harus keluar rumah pada malam hari, sebaiknya mengenakan baju lengan panjang, celana panjang, sarung, atau pakaian yang menutup sebagian besar tubuh.
8. Sekilas tentang malaria di Indonesia
Hampir 80 persen wilayah Indonesia telah dinyatakan bebas malaria. Dari total 514 kabupaten/kota di Tanah Air, sebanyak 476 di antaranya sudah mencapai status eliminasi malaria. Namun, masih ada tantangan besar di Papua yang saat ini masih menyumbang 93 persen dari total beban malaria nasional.
Pemerintah menargetkan seluruh wilayah Indonesia benar-benar bebas malaria pada 2030. Untuk mencapainya, deteksi dini dan pengobatan antimalaria terus diperkuat. Jumlah tes malaria ditingkatkan hingga empat kali lipat agar minimal delapan juta skrining bisa dilakukan setiap tahun, menyesuaikan perkiraan jumlah kasus yang mencapai satu juta.
Selain pemeriksaan dan pengobatan, upaya pencegahan juga gencar dilakukan dengan pembagian lebih dari tiga juta kelambu berinsektisida tahan lama setiap dua hingga tiga tahun. Papua dan Papua Nugini juga berkomitmen mengendalikan malaria lintas batas lewat rencana aksi bersama.
Dengan dukungan lintas sektor dan kerja sama global, Indonesia optimistis bisa mencapai target bebas malaria sepenuhnya pada 2030.
Referensi
"Malaria." MedlinePlus. Diakses Juli 2025.
"Malaria." World Health Organization. Diakses Juli 2025.
"Kenali Apa itu Malaria: Gejala, Pencegahan dan Pengobatan." Kemenkes RI. Diakses Juli 2025.
"Buku Saku Tata Laksana Kasus Malaria (PDF)". Kemenkes RI. Diakses Juli 2025.
"Malaria, Diagnosis dan Pengobatannya." IHC Telemed. Diakses Juli 2025.
"Cegah dan Kendalikan Malaria." Kemenkes RI. Diakses Juli 2025.