Sejarah Penyakit Malaria, Sudah Ada Sejak Ribuan Tahun Lalu?

Malaria merupakan infeksi serius yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang dibawa melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Bukan hanya dari gigitan nyamuk, malaria juga bisa ditularkan melalui donor organ, transfusi darah, dan pemakaian jarum suntik yang tidak diganti.
Gejala malaria akan muncul beberapa minggu setelah gigitan nyamuk. Orang yang sudah terinfeksi parasit ini akan merasakan gejala berupa mengigil, mual, sakit perut, muntah, diare, demam, detak jantung meningkat, napas cepat, dan nyeri otot.
Malaria bukanlah penyakit baru, bahkan diketahui penyakit ini sudah ada sejak zaman Yunani. Penasaran bagaimana bisa penyakit malaria terus berkembang hingga zaman sekarang? Dalam rangka Hari Malaria Sedunia yang jatuh setiap tanggal 25 April, simak sejarahnya, yuk!
1. Malaria di zaman kuno

Malaria sudah mulai menyebar sejak zaman kuno. Kasus ini tercatat dalam tulisan-tulisan kuno di Mesir dan Yunani Kuno. Pada saat itu, bapak kedokteran Yunani bernama Hippocrates menggambarkan gejala yang mengarah ke malaria, tepatnya pada abad ke-5 SM. Kala itu penyakitnya dikenal dengan sebutan "penyakit tertiana" dan "penyakit uartana", hal ini merujuk pada gejala demam yang sering timbul.
Diperkirakan bahwa malaria juga masuk dalam catatan sejarah dengan korban penduduknya meliputi Neolitikum, penduduk China, dan Yunani Kuno. Memasuki abad ke-20, sebanyak 150 juta hingga 300 juta penduduk telah terinfeksi malaria.
2. Malaria di zaman penjajahan

Penyakit malaria turut merajalela di zaman penjajahan, tepatnya di wilayah tropis dan subtropis. Daerah tropis dan subtropis yang dimaksud adalah kawasan Afrika, Asia, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Kondisi ini tentu menjadi hal yang menakutkan bagi para penjelajah Eropa.
Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk ini menjadi hambatan utama karena banyaknya penjelajah dan tentara yang jatuh sakit hingga berujung meninggal dunia karena terinfeksi virus malaria. Malaria sudah dikenal sebagai infeksi yang mematikan sejak ribuan tahun yang lalu. Bahkan di Amerika sendiri, malaria baru dikenal setelah adanya penjelajah Eropa yang diduga membawa parasitnya ke wilayah tersebut.
3. Sejarah penemuan obat malaria

Pada abad ke-19, ahli farmasi dari Prancis yang bernama Pierre Joseph Pelletier dan Joseph Caventou berhasil mengekstrask alkaloid kina yang berasal dari kulit pohon cinchona. Obat tersebut memungkinkan pemanfaatan kina secara lebih efektif sebagai obat malaria.
Memasuki abad ke-20, penemuan obat-obatan untuk kasus malaria menjadi tujuan utama dalam penanganan penyakit ini. Klorokuin kemudian dikembangkan sebagai obat sintesis turunan dari kina yang lebih maksimal.
Tepatnya pada tahun 1940, klorokuin mulai diproduksi besar-besaran sehingga berhasil menjadi obat utama untuk malaria. Tidak hanya klorokuin, penemuan obat antimalaria modern yang tak kalah penting adalah artemisinin yang diproduksi dari ramuan obat tradisional Tiongkok. Diketahui, obat ini ditemukan pada tahun 1970 oleh Tu Youyou dan timnya dalam Proyek 523.
4. Penemuan parasit malaria

Pada abad ke-19, penemuan mikroskop oleh ahli biologi Prancis bernama Charles Louis Alphonse Laveran berhasil mengidentifikasi parasit Plasmodium dalam darah pasiesn penderita malaria. Laveran mengamati bentuk parasit malaria yang tampak seperti pisang. Keberadaannya dalam sel darah merah pun diketahui sebagai penyebab malaria. Penemuan ini menjadi bukti bahwa malaria disebabkan oleh parasit, bukan diakibatkan oleh kondisi lingkungan yang buruk.
Berlanjut pada tahun 1890, peneliti asal Italia, yaitu Giovanni Batista Grassi dan Raimondo Feletti menamai dua spesies parasit penyebab malaria, yaitu Plasmodium vivax dan Plasmodium malariae. Tepat pada 1897, ilmuwan Amerika William H. Welch, memberikan nama parasit malaria tertiana dengan nama Plasmodium falciparum.
5. Malaria di zaman modern

Malaria memang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, tapi bukan berarti di zaman sekarang penyakit tersebut sudah musnah. Meskipun sudah ada ada kemajuan dalam hal pengendalian malaria, faktanya penyakit ini masih merajalela dan menjadi momok, terutama di daerah tropis dan subtropis.
Pada tahun 2022, WHO mencatat bahwa ditemukan sekitar 249 juta kasus malaria di 85 negara dengan lebih dari 600.000 kematian. Mengerikannya lagi, anak-anak di bawah usia 5 tahun menjadi kelompok rentan terserang malaria. Dilansir laman Kementerian Kesehatan, Indonesia menjadi salah satu negara endemis malaria dengan jumlah kasus 443.530. Sebanyak sebanyak 89 persen pasien positif malaria berasal dari Provinsi Papua.
Berdasarkan informasi di atas, dapat diketahui bahwa penyakit malaria sudah merajalela sejak zaman Yunani hingga era modern seperti sekarang. Bisa dikatakan bahwa malaria menjadi kasus kesehatan global yang memerlukan upaya lebih lanjut dalam hal pencegahan, pengobatan, dan diagnosis terutama di daerah tropis dan subtropis.
Referensi
Nurdianto, A. R., & Setiawan, F. (2021). Mengenal Malaria Asimtomatik di Indonesia. Nizamia Learning Center.
Pusat Data Dan Analisa Tempo. (n.d.). Malaria dan Kasus-kasus Kesehatan di Indonesia Jilid II. Tempo Publishing.
Dinata, A., & Sillehu, S. (2023). Bersahabat dengan Malaria. LovRinz.