Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Panduan Obat Nyeri yang Dijual Bebas, Pilih yang Tepat

Ilustrasi obat-obatan dalam berbagai kemasan.
ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)
Intinya sih...
  • Parasetamol cocok untuk meredakan demam, sakit kepala, nyeri otot, dan aman untuk ibu hamil serta anak di bawah 12 tahun.
  • OAINS seperti ibuprofen dan aspirin bisa meredakan nyeri, menurunkan demam, dan mengurangi peradangan pada kasus tertentu.
  • Penggunaan OAINS harus hati-hati karena dapat meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke serta berdampak buruk pada lambung.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Saat nyeri muncul, banyak orang langsung mencari obat pereda nyeri yang bisa dibeli bebas di apotek. Namun, ada berbagai pilihan yang tersedia di pasaran, mulai dari parasetamol, ibuprofen, dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) lainnya. Tujuan utama obat-obatan tersebut adalah meredakan nyeri. Namun, pertanyaannya mana yang sebenarnya pilihan tepat untuk beberapa keluhan, seperti sakit kepala biasa, demam, atau nyeri pascaoperasi, misalnya.

Bagi awam, memilih obat pereda nyeri memang bisa membingungkan, apalagi setiap jenis memiliki fungsi dan cara kerja yang berbeda. Supaya tidak salah pilih, mari kenali lebih jauh perbedaan obat-obat ini, kapan sebaiknya digunakan, dan untuk keluhan apa. Dengan begitu, saat nyeri kembali, kamu tahu harus menggunakan obat anti nyeri yang tepat.

Jenis obat pereda nyeri yang dijual bebas

Secara umum, ada dua kelompok utama yang paling sering digunakan yaitu parasetamol dan OAINS.

Parasetamol

Obat ini populer karena mampu meredakan nyeri ringan hingga sedang sekaligus menurunkan demam.

Cara kerjanya adalah dengan menghambat sinyal rasa sakit di tubuh serta menargetkan bagian otak yang mengatur suhu, sehingga demam bisa berangsur turun. Namun, perlu diingat bahwa parasetamol tidak bisa mengatasi peradangan atau inflamasi.

Kapan sebaiknya memilih parasetamol?

  • Saat demam.
  • Nyeri sendi akibat artritis.
  • Sakit kepala.
  • Nyeri otot atau keluhan ringan lainnya.

Parasetamol juga dianggap pilihan paling aman untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan anak di bawah 12 tahun. Parasetamol biasanya jadi pilihan pertama untuk meredakan nyeri maupun demam pada anak karena relatif aman dikonsumsi, baik dengan atau tanpa makanan.

Meski begitu, ada catatan penting. Parasetamol bisa membebani organ hati. Karena itu, sebaiknya hindari penggunaan bersamaan dengan alkohol atau pada orang yang memiliki penyakit hati atau ginjal berat.

OAINS atau non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAID)

Berbeda dengan parasetamol, NSAID tidak hanya meredakan nyeri dan menurunkan demam, tetapi juga mengurangi peradangan.

Obat ini bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin, zat kimia yang memicu rasa nyeri dan peradangan di tubuh.

Jenis-jenis NSAID yang umum digunakan:

  • Ibuprofen (Novaxifen, Brufen, Ifen, Etafen, Bufect, Proris, Axofen, dan Farsifen).
  • Aspirin.
  • Naproxen (Aleve, Xenifar)

NSAID biasanya direkomendasikan untuk:

  • Demam.
  • Nyeri sendi akibat artritis.
  • Gejala pilek.
  • Sakit punggung dan nyeri otot.
  • Nyeri haid.
  • Sakit kepala.
  • Sakit gigi.

Aspirin punya fungsi tambahan karena bersifat mengencerkan darah. Itulah sebabnya, dokter dapat meresepkannya untuk membantu menurunkan risiko serangan jantung dan stroke. Namun, penggunaan aspirin tidak boleh sembarangan karena bisa meningkatkan risiko perdarahan saluran cerna. Bahkan, anak di bawah 18 tahun tidak boleh mengonsumsi aspirin karena risiko sindrom langka bernama sindrom Reye.

Hanya individu tertentu, di bawah pengawasan dokter, yang boleh rutin mengonsumsi aspirin harian.

Hal lain yang perlu diperhatikan, OAINS non aspirin dapat meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke. Karena itu, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter, terutama jika memiliki penyakit ginjal kronis, sedang hamil atau menyusui, atau menggunakan obat pengencer darah. Penggunaan NSAID non aspirin biasanya tidak direkomendasikan untuk anak-anak atau untuk digunakan selama kehamilan, karena dapat membahayakan janin.

Obat nyeri yang aman buat lambung

Ilustrasi obat-obatan dalam berbagai kemasan.
ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

OAINS bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase (COX), yaitu enzim yang bertugas membentuk prostaglandin, zat kimia yang memicu nyeri, demam, dan peradangan.

Di dalam tubuh, ada dua jenis enzim COX dengan fungsi berbeda:

  • COX-2: Berperan besar dalam memicu peradangan, demam, dan rasa nyeri, terutama ketika terjadi trauma di jaringan tubuh, termasuk otak maupun ginjal.
  • COX-1: Banyak ditemukan pada ginjal, trombosit, dan lapisan lambung. Tugasnya cukup penting, yaitu menjaga fungsi ginjal, membantu proses pembekuan darah, sekaligus melindungi dinding lambung. Bila produksi COX-1 dihambat, perlindungan alami lambung akan berkurang sehingga dapat menimbulkan keluhan seperti perih atau nyeri lambung.

Berdasarkan cara kerjanya, OAINS dibagi menjadi dua kelompok:

  • OAINS non selektif: Obat ini menghambat baik COX-1 maupun COX-2. Contohnya: aspirin, ibuprofen, meloxicam, diklofenak, ketoprofen, dan asam mefenamat.
  • OAINS selektif (inhibitor COX-2): Obat ini hanya menarget COX-2 sehingga sama efektifnya dalam meredakan nyeri dan peradangan, tetapi memiliki risiko lebih rendah terhadap kerusakan lambung. Contoh: celecoxib dan etoricoxib.

Meskipun efektif, tetapi penggunaan obat antinyeri dari golongan OAINS tetap harus hati-hati. Konsumsi jangka panjang atau tanpa pengawasan medis bisa menimbulkan efek samping serius, sehingga sebaiknya digunakan sesuai anjuran dokter.

Referensi

"Acetaminophen, Ibuprofen or NSAIDs? Your Guide to Over-the Counter Pain Relief." University of Utah Health. Diakses September 2025.

"Obat Anti Nyeri yang Aman di Lambung." Kemenkes Ditjen Keslan. Diakses September 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Apakah Radioaktif Cesium 137 Berbahaya? Ditemukan di Cikande

01 Okt 2025, 12:09 WIBHealth