Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pemeriksaan Temukan Bayi dalam Usus Perempuan Ini, Kok Bisa?

ilustrasi foto USG janin (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Seorang perempuan berusia 37 tahun asal Pulau Réunion di Prancis pergi ke rumah sakit karena kram perut. Setelah diperiksa, dokter menemukan dia hamil 23 minggu dan bayi sedang tumbuh di ususnya.

Dilaporkan dalam New England Journal of Medicine pada 14 Desember 2023, perempuan ini mencari perawatan medis setelah 10 hari mengalami sakit perut dan kembung yang makin parah, tetapi hasil pemindaian menunjukkan bahwa ia hamil dengan janin yang "terbentuk normal". 

Akan tetapi, perempuan tersebut ternyata mengalami kehamilan ektopik perut (abdominal ectopic pregnancy), yaitu jenis kehamilan ektopik ketika sel telur yang dibuahi menempel di luar rahim dan malah menempel di rongga perut. Kasus seperti ini dikatakan sangat langka.

Kehamilan ektopik perut

Kehamilan ektopik terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi tumbuh di luar rahim, dan sering kali ditemukan di saluran tuba. Dilansir UC Davis Health, kehamilan ektopik—yang jumlahnya kurang dari 2 persen dari seluruh kehamilan dan lebih sering terjadi di saluran tuba—merupakan bahaya bagi ibu, berpotensi menyebabkan perdarahan internal, pecahnya tuba atau syok, dan jarang menyebabkan janin bertahan hidup.

Kehamilan ektopik perut, dalam banyak kasus, diperkirakan dimulai di tuba fallopi dan kemudian terpisah dari dinding tuba fallopi, bergerak ke dalam rongga perut untuk kemudian menempel kembali ke salah satu struktur di perut, mengutip laman The Ectopic Pregnancy Trust.

Kehamilan dapat berkembang dan mungkin tidak terdeteksi sampai beberapa minggu setelah kehamilan. Ada beberapa laporan tentang kehamilan perut yang bertahan hidup setelah dilahirkan melalui operasi perut, tetapi hal ini sangat jarang terjadi.

Kehamilan ektopik perut seperti yang dialami perempuan ini sangat jarang terjadi, yang menurut National Institutes of Health hanya 1 persen dari semua kasus kehamilan ektopik. Jenis kehamilan ini menimbulkan risiko serius, dengan angka kematian ibu tujuh hingga delapan kali lebih tinggi dibandingkan kehamilan ektopik tuba.

Menurut laporan kasus medis ini, karena potensi komplikasinya—seperti pendarahan dan kematian janin—perempuan tersebut dipindahkan ke rumah sakit tersier, tempat bayinya dilahirkan pada usia kehamilan 29 minggu dan ditempatkan di unit perawatan intensif neonatal.

Bayi dapat hidup pada usia kehamilan 24 minggu, tetapi tingkat kelangsungan hidup hanya sekitar 60 hingga 70 persen.

Namun, pada usia kehamilan 28 minggu, peluang untuk bertahan hidup lebih tinggi, yaitu sekitar 80 hingga 90 persen.

Setelah kira-kira tiga bulan pascapersalinan, bayi dan ibunya dipulangkan.

Ini bukan pertama kalinya dokter menemukan embrio tumbuh di tempat yang tidak biasa. Seorang dokter anak lewat TikTok pernah membagikan laporan kasus tentang janin yang tumbuh di organ hati.

Jenis kehamilan ektopik

ilustrasi kehamilan ektopik (radiopaedia.org/Case courtesy of Frank Gaillard)

Dilansir The Ectopic Pregnancy Trust, berikut ini beberapa jenis kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya:

  • 95 persen berada di tuba fallopi baik ampulla (di bagian tengah tuba fallopi), isthmic (di bagian atas tuba fallopi dekat rahim) atau fimbrial (di ujung tuba).
  • 3 persen bersifat interstisial (di dalam bagian tuba fallopi yang melintasi rahim).
  • <1 persen berada dalam bekas luka operasi caesar di rahim.
  • <1 persen berada di serviks (leher rahim).
  • <1 persen berada kornual (di dalam rahim yang bentuknya tidak normal).
  • <1 berada di ovarium (di dalam atau di ovarium).
  • <1 persen bersifat intramural (di otot rahim).
  • <1 persen adalah abdominal (di dalam perut).
  • <1 persen adalah kehamilan heterotopik.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nurulia R F
Misrohatun H
Nurulia R F
EditorNurulia R F
Follow Us