5 Penjelasan Varian Mutasi COVID-19, Terbaru Omicron!

Kemenkes Republik Indonesia telah mengkonfirmasi varian COVID-19 Omicron telah masuk ke Indonesia. Saat ini varian Omicron masih dalam penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana karakter dan tingkat penularan varian ini. Munculnya varian COVID-19 dengan berbagai nama menimbulkan pertanyaan. Bagaimana bisa selalu muncul varian baru? Kapan akan selesai? Apakah vaksin tidak efektif?
WHO mengklasifikasikan varian-varian COVID-19 ke beberapa kategori. Pada artikel ini kita akan membahas satu kategori varian berbahaya, yaitu kategori variant of concern atau VOC. Apa saja varian COVID-19 yang masuk dalam kategori bahaya ini?
1. Bagaimana virus bermutasi?

Sebelum membahas tentang varian COVID-19, kita harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana dapat muncul varian pada virus. Dilansir situs Covid Vaccine Fact, virus memperbanyak diri untuk reproduksi dengan menginfeksi sel-sel tubuh, sel-sel digunakan virus layaknya mesin fotokopi. Ketika proses memperbanyak diri ini, kadang terjadi perubahan genetik pada virus itu sendiri sehingga DNA yang dihasilkan tidak semuanya sama.
Perubahan genetik pada virus inilah yang disebut dengan mutasi dan virus hasil dari mutasi tersebut adalah varian. Terjadinya perbedaan genetik pada salinan virus ini dapat membedakan karakteristik virus dan cara kerjanya. Oleh sebab itu setiap varian COVID-19 yang muncul memiliki karakteristik sendiri dan cara kerjanya sendiri karena telah terjadi mutasi tersebut.
2. Varian Alpha

Dilansir New Scientist, varian alpha diidentifikasikan pertama kali di Inggris pada September 2020 dikenal dengan virus B.1.1.7. Varian Alpha memiliki tingkat penyebaran dan resiko kematian yang lebih tinggi dari virus COVID-19 awal. Pada 1 Desember 2020, Public Health England mengkategorikan varian ini ke dalam variant of concern.
Karakteristik dari varian ini virus ini memiliki efektivitas tinggi untuk mengikat sel manusia, membuatnya lebih mudah masuk lebih dalam ke sel dan merusaknya. Tingkat risiko kematian yang lebih tinggi dari virus COVID-19 awal dari Wuhan. Namun, usaha dan perawatan yang tepat kemungkinan akan mengurangi risiko tersebut.
3. Varian Beta

Varian Beta teridentifikasi di Afrika Selatan pada September 2020 dan kini merambah ke Inggris. Seperti dilansir Healthline, varian COVID-19 dengan nama B.1.351 membuat Afrika Selatan mengalami fase puncak penyebaran COVID-19 pada Januari 2021.
Varian beta memiliki efektifitas untuk menghindari perlindungan oleh imun tubuh dan vaksin. Walaupun tingkat kematian tidak lebih tinggi dari virus COVID-19 awal, virus varian beta memiliki tingkat penyebaran lebih cepat dari virus COVID-19 awal.
4. Varian gamma

Varian ini dikenal dengan nama varian P1 teridentifikasi di Brasil pada Desember 2020, varian Gamma memiliki kemiripan dengan Beta. Hal ini dikarenakan Gamma dan Beta memiliki beberapa mutasi yang sama sehingga varian ini memiliki tingkat penularan tinggi, tetapi tidak setinggi varian Alpha.
Namun demikian, varian Gamma memiliki keahlian untuk menghindari perlindungan sistem imun alami. Karena itulah, varian ini dapat menginfeksi ulang orang-orang yang pernah terpapar COVID-19.
5. Varian Delta

Teridentifikasi pertama kali di India, varian ini dikenal dengan nama B.1.617.2. Saat ini, varian Delta menjadi varian yang sedang dominan di Amerika Serikat. Varian Delta memiliki risiko penularan dua kali lipat dari varian lain.
Dilansir Centers For Disease, varian Delta diketahui dapat meningkatkan tingkat keparahan penyakit kepada orang yang belum divaksinasi. Walaupun vaksin COVID-19 tidak 100% efektif untuk melawan varian ini, tetapi dengan vaksin dapat mengurangi keparahan kondisi dan risiko kematian.
6. Varian omicron

Dilansir website World Health Organization, varian Omicron dikenal dengan nama B.1.1.529 dan terdeteksi pada spesimen yang dikumpulkan di Botswana dan Afrika Selatan. Pada 24 November 2021, varian baru ini dilaporkan ke WHO. Pada tanggal 26 November 2021, organisasi kesehatan dunia itu menetapkan varian Omicron masuk kategori variant of concern.
Varian Omicron menyebar lebih mudah dari virus asli, tetapi belum diketahui seberapa besar penyebarannya jika dibandingkan dengan varian Delta. Para ahli masih dalam peninjauan dan riset untuk mengetahui karakteristik dari varian baru COVID-19 yang juga baru hadir di Indonesia ini.
Melihat berbagai varian COVID-19 yang muncul, apakah masih perlu melakukan vaksinasi? Tentu saja kita memerlukan vaksinasi, karena kekebalan tubuh yang menerima vaksin jauh lebih baik untuk menghadapi virus dan mengurangi risiko berat apabila terkena daripada tubuh yang tidak menerima vaksin. Namun, semua pilihan ada di tangan masing-masing. Semoga bermanfaat!