Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Studi Peringatkan Risiko Tinta Tato terhadap Sistem Imun

Studi Peringatkan Risiko Tinta Tato terhadap Sistem Imun
ilustrasi kulit bertato (pexels.com/Kevin Bidwell)
Intinya sih...
  • Tidak hanya menempel di kulit, tinta tato ternyata bisa bermigrasi ke sistem limfa, memicu peradangan dan kematian sel imun.
  • Akumulasi tinta tato di kelenjar getah bening berpotensi melemahkan respons kekebalan, termasuk respons terhadap vaksin.
  • Risiko lebih besar untuk tinta berwarna tertentu, misalnya hitam dan merah, serta bagi pemilik tato besar/luas. Penting mempertimbangkan ulang sebelum tato permanen.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bukan cuma bentuk seni tubuh, tato juga kini menjadi pernyataan identitas, kenangan, atau ekspresi diri.

Lebih dari sekadar bentuk seni tubuh, tato kini menjadi pernyataan identitas, kenangan, atau ekspresi diri. Akan tetapi, sebuah studi baru dari Institute for Research in Biomedicine (IRB) di Università della Svizzera italiana (USI), Swiss, yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS), menunjukkan bahwa tato bisa membawa konsekuensi sistemik bagi tubuh.

Menurut peneliti, tinta tato, terutama tinta hitam dan merah, tidak selalu tinggal tertambat di lapisan kulit. Pigmen bisa bermigrasi melalui sistem limfatik, memasuki kelenjar getah bening, di mana sel-sel imun mencoba menangkap dan mengeliminasi partikel asing tersebut namun gagal menghancurkannya.

Bagaimana tinta tato memengaruhi sistem kekebalan

Penelitian menunjukkan bahwa hanya dalam hitungan jam setelah tato, partikel tinta sudah mulai bergerak, melalui saluran limfatik menuju kelenjar getah bening. Di sana, pigmen ditangkap oleh sel makrofag, sel yang biasanya menangani patogen atau benda asing.

Masalahnya: makrofag tidak bisa memecah pigmen tinta seperti mereka memecah bakteri atau virus. Sebagai hasilnya, pigmen tetap berada di dalam sel-sel itu, memicu kematian sel (apoptosis) dan menyebabkan reaksi inflamasi. Awalnya akut, lalu bisa menjadi kronis, tergantung seberapa banyak dan berapa lama pigmen itu berada di tubuh.

Inflamasi berkepanjangan dan potensi gangguan fungsi kekebalan

Studi Peringatkan Risiko Tinta Tato terhadap Sistem Imun
ilustrasi proses pembuatan tato (pexels.com/cottonbro studio)

Inflamasi kronis di kelenjar getah bening bisa mengganggu fungsi normal sistem kekebalan. Makrofag yang terus “keberatan” dengan pigmen, sel-sel luka, dan reaksi inflamasi dapat melemahkan kemampuan tubuh untuk merespons patogen secara optimal.

Dalam studi pada tikus (model hewan), para peneliti juga mengamati bahwa tato memengaruhi respons terhadap vaksin: ketika tikus divaksinasi untuk COVID-19 (vaksin mRNA) di area kulit yang ditato, respons antibodi jauh lebih rendah dibanding tikus tanpa tato. Sementara vaksin flu (inactivated) malah menunjukkan respons antibodi yang meningkat. Efek variatif ini menunjukkan bahwa tinta tato bisa mengubah cara sistem imun merespons rangsangan.

Potensi jangka panjang: risiko kanker dan gangguan imun

Selain gangguan kekebalan, akumulasi pigmen tato di kelenjar limfa juga memunculkan kekhawatiran jangka panjang. Penelitian dari beberapa negara menunjukkan korelasi antara tato—terutama tato yang berukuran—besar/luas, dengan peningkatan risiko kanker kulit dan limfoma.

Pigmen industri dalam tinta tato, termasuk karbon, logam berat, atau zat kimia berpotensi toksik, bisa menjadi pemicu stres oksidatif dan inflamasi berkepanjangan, yang dalam teori dapat memengaruhi stabilitas sel dan memicu pertumbuhan abnormal.

Referensi

Arianna Capucetti et al., “Tattoo Ink Induces Inflammation in the Draining Lymph Node and Alters the Immune Response to Vaccination,” Proceedings of the National Academy of Sciences 122, no. 48 (November 25, 2025): e2510392122, https://doi.org/10.1073/pnas.2510392122.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
Delvia Y Oktaviani
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us

Latest in Health

See More

Cara Menghilangkan Tato secara Aman, Bisa Pakai Krim?

08 Des 2025, 14:57 WIBHealth