"Common toxin linked to liver disease." Keck Medicine of USC. Diakses November 2025.
Yinan Su, Jennifer L. Dodge, and Brian P. Lee, “Tetrachloroethylene Is Associated With Presence of Significant Liver Fibrosis: A National Cross‐Sectional Study in US Adults,” Liver International 45, no. 11 (October 16, 2025): e70398, https://doi.org/10.1111/liv.70398.
Zat Kimia dalam Dry Cleaning terkait dengan Risiko Penyakit Hati

- Tetrachloroethylene (PCE), bahan kimia yang banyak ditemukan di dry cleaning dan produk rumah tangga, terbukti meningkatkan risiko fibrosis hati hingga tiga kali lipat.
- Paparan PCE dapat terjadi melalui udara atau air yang terkontaminasi dan telah dikaitkan dengan berbagai jenis kanker, termasuk kanker hati.
- Studi menyoroti pentingnya skrining dini dan kesadaran akan racun lingkungan sebagai faktor tersembunyi penyebab penyakit hati.
Penyakit hati selama ini identik dengan tiga penyebab utama, yaitu konsumsi alkohol berlebihan, penumpukan lemak akibat obesitas, diabetes, atau kolesterol tinggi, serta infeksi virus hepatitis B atau C. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa penyebab lain mungkin bersembunyi di balik kehidupan sehari-hari, bahkan di antara produk rumah tangga yang tampak tak berbahaya.
Penelitian dari Keck Medicine of USC, Amerika Serikat (AS), yang dipublikasikan dalam jurnal Liver International, mengungkapkan bahwa tetrachloroethylene (PCE), bahan kimia yang umum digunakan dalam dry cleaning dan produk seperti lem, penghapus noda, serta pembersih baja tahan karat, dapat meningkatkan risiko fibrosis hati hingga tiga kali lipat.
Fibrosis hati merupakan kondisi serius akibat penumpukan jaringan parut di organ hati. Jika berlanjut, fibrosis dapat berkembang menjadi kanker hati, gagal hati, atau bahkan berujung kematian. Temuan studi juga menunjukkan hubungan yang jelas, bahwa makin tinggi paparan PCE, makin besar kerusakan hati yang terjadi.
Menurut Dr. Brian P. Lee, hepatolog sekaligus ahli transplantasi hati dari Keck Medicine dan penulis utama studi ini, penelitian tersebut menjadi yang pertama mengaitkan kadar PCE pada manusia dengan risiko tinggi fibrosis hati.
“Temuan ini menyoroti peran penting faktor lingkungan yang sering luput dari perhatian dalam kesehatan hati,” ujarnya, mengutip dari laman resmi Keck Medicine.
“Paparan PCE bisa jadi alasan mengapa seseorang mengidap penyakit hati meski memiliki profil kesehatan dan gaya hidup serupa dengan orang lain yang tidak terkena penyakit tersebut.”
PCE: dari laundry ke hati
PCE merupakan cairan bening buatan manusia yang banyak digunakan di industri pembersihan dan manufaktur untuk menghilangkan lemak atau noda. Paparan paling umum terjadi melalui udara, misalnya, dari pakaian yang baru saja di-dry cleaning, karena zat ini dapat menguap perlahan dari serat kain.
Selain itu, PCE juga dapat mencemari air minum melalui tanah dan air tanah di lokasi yang tercemar akibat pembuangan limbah industri yang tidak tepat.
Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) telah mengklasifikasikan PCE sebagai “kemungkinan karsinogen pada manusia”. Zat ini dikaitkan dengan kanker kandung kemih, multiple myeloma, dan limfoma non-Hodgkin. Penelitian lain juga menghubungkannya dengan peningkatan risiko kanker hati.
Karena tingkat toksisitasnya, Environmental Protection Agency (EPA) AS telah memulai program penghentian penggunaan PCE dalam dry cleaning selama 10 tahun. Penggunaan PCE di tempat kerja kini juga diatur ketat. Namun, di beberapa negara yang belum punya regulasi serupa, paparan bahan kimia ini masih bisa terjadi.
Makin banyak paparan, makin tinggi risikonya

Tim peneliti menggunakan data dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), yang mencakup penduduk AS berusia 20 tahun ke atas selama 2017–2020. Dari hasilnya, sekitar 7 persen populasi diketahui memiliki kadar PCE yang terdeteksi dalam darah.
Mereka menemukan bahwa individu dengan kadar PCE positif tiga kali lebih berisiko mengalami fibrosis hati dibandingkan yang tidak terpapar. Hasil ini tetap konsisten meski disesuaikan dengan faktor usia, jenis kelamin, ras, dan tingkat pendidikan.
Menariknya, kelompok dengan pendapatan lebih tinggi justru memiliki risiko paparan PCE lebih besar. Menurut Dr. Lee, “Orang dengan pendapatan tinggi cenderung lebih sering menggunakan jasa dry cleaning, sehingga terpapar PCE dari pakaian. Namun, pekerja di fasilitas dry cleaning juga berisiko tinggi karena terpapar langsung setiap hari.”
Lebih jauh lagi, untuk setiap peningkatan 1 nanogram per mililiter kadar PCE dalam darah, setara dengan satu per 1 miliar gram, risiko seseorang mengalami fibrosis hati meningkat hingga lima kali lipat.
Yang mengejutkan, faktor seperti konsumsi alkohol atau penumpukan lemak di hati tidak memengaruhi hasil ketika paparan PCE hadir.
“Banyak pasien bertanya, ‘Bagaimana mungkin saya mengidap penyakit hati padahal saya tidak minum alkohol atau obesitas?’ Jawabannya bisa jadi adalah paparan PCE,” jelas Dr. Lee.
Dr. Lee menegaskan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana racun lingkungan lain memengaruhi kesehatan hati. “Tak diragukan lagi, masih banyak zat berbahaya selain PCE yang dapat merusak hati,” ujarnya.
Ia berharap temuan ini dapat meningkatkan kesadaran publik dan tenaga medis. “Makin banyak orang dengan paparan PCE yang menjalani skrining fibrosis hati, makin besar peluang penyakit ini terdeteksi lebih awal, dan fungsi hati mereka bisa diselamatkan,” katanya.
Referensi


















