Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

10 Film Hasil Produksi AI di Jakarta Film Week 2024, Gebrakan Baru!

Snowfall (dok. Jakarta Film Week/Snowfall)

Jakarta Film Week 2024 menawarkan gebrakan baru. Festival film ini menggelar penayangan film-film hasil produksi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Semua film hasil produksi AI terdaftar dalam program Cinema In AI.

Semakin menarik, film hasil produksi AI ini terdiri dari banyak negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jepang, Korea Selatan, bahkan Indonesia. Coba cek rekomendasi film hasil produksi AI di Jakarta Film Week 2024 ini, deh!

1. Perjalanan Waktu TVRI (2024)

Perjalanan Waktu TVRI (dok. TVRI Nasional/Perjalanan Waktu TVRI)

Perjalanan Waktu TVRI adalah film hasil produksi AI buatan Indonesia. Film fantasi berdurasi 27 menit ini disutradarai Motulz Anto. Ia memanfaatkan generative AI untuk menciptakan film tentang sejarah perkembangan stasiun televisi milik pemerintah Indonesia, TVRI.

Dalam film ini, penonton akan diajak melihat bagaimana TVRI bertahan di berbagai rezim pemerintahan. Termasuk menunjukkan situasi reformasi 1988 hingga gempuran kemajuan teknologi era sekarang. Penonton juga dapat melihat serangkaian peristiwa dan tokoh sejarah yang jarang diketahui.

2. Where Do Grandmas Go When They Got Lost? (2024)

Where Do Grandmas Go When They Got Lost? (dok. Runway/Where Do Grandmas Go When They Got Lost?)

Film pendek berdurasi 2 menit ini disutradarai oleh filmmaker Prancis, Leo Cannone. Ia tidak takut memanfaatkan teknologi AI untuk membuat imajinasi baru. Tak terkecuali menciptakan film fantasi Where Do Grandmas Go When They Got Lost?

Premis Where Do Grandmas Go When They Got Lost? ini cukup sederhana. Mengandalkan sudut pandang anak-anak, film ini mengupas rasa penasaran anak kecil tentang ke mana nenek mereka pergi saat tersesat. Tentu penonton akan mendapatkan pengalaman fantasi menyenangkan sekaligus mengharukan.

3. Under the Sign of the Moon (2024)

Under the Sign of the Moon (dok. Jakarta Film Week/Under the Sign of the Moon)

Under the Sign of the Moon adalah film pendek asal Korea Selatan. Film karya sutradara Park Seong Won ini mengandalkan AI dalam produksinya. Teknologi AI dimanfaatkan untuk mendukung genre fantasi dalam film berdurasi 5 menit ini.

Under the Sign of the Moon adalah film adaptasi dari dongeng Korea berjudul Gyeonu and Jiknyeo. Pesan moral dalam film ini adalah cinta tidak akan pernah berubah, meski dunia berubah. Gambaran cinta ibarat bulan, yang selalu membesar dan mengecil.

4. Treta (2023)

Treta (dok. Jakarta Film Week/Treta)

Treta adalah film pendek Italia yang menggunakan teknologi AI dalam produksinya. Film ini disutradarai oleh filmmaker asal Sisilia, Francesco Siro Brigiano. Dengan durasi hanya 3 menit, Treta menawarkan perpaduan genre fantasi dan thriller.

Treta memiliki latar distopia yang berfokus pada karakter badut. Premis film ini menggambarkan bagaimana hati manusia yang tidak pernah puas, dan bagaimana keinginan yang tidak bisa dihentikan dapat mendorong manusia jatuh ke jurang.

5. Snowfall (2024)

Snowfall (dok. Jakarta Film Week/Snowfall)

Snowfall adalah film pendek coming of age bergenre horor. Film berdurasi 14 menit ini disutradarai oleh Junwon Bae. Ia menggabungkan teknologi AI dengan pembuatan film tradisional dalam menciptakan Snowfall.

Plot Snowfall berpusat pada tragedi Yuko yang tubuhnya tertimbun di bawah pegunungan bersalju pada 1999. Ia tidak kunjung kembali dan membuat Soyo terus menantinya. Cerita ini mengeksplor kehilangan dan perenungan Soyo. Ia menjelajahi salju dengan perasaan duka dan keheningan yang tak terkira.

6. One More Pumpkin (2023)

One More Pumpkin (dok. Jakarta Film Week/One More Pumpkin)

One More Pumpkin adalah film pendek Korea Selatan yang dibuat dengan generative AI. Film berdurasi 3 menit ini karya sutradara Hansl Von Kwon. Ia adalah CEO dari perusahaan bidang konten video yang dihasilkan oleh teknologi AI.

Mengusung genre horor, One More Pumpkin berpusat pada sepasang suami istri tua yang mengelola perkebunan labu di pedalaman Korea. Desas-desus menyebut keduanya sudah hidup lebih dari 2 abad. Kabar burung ini membuat malaikat pencabut maut tak tinggal diam dan berniat mengambil jiwa mereka.

7. Mic-Mac at Cirque du Freak (2024)

Mic-Mac at Cirque du Freak (dok. Jakarta Film Week/Mic-Mac at Cirque du Freak)

Mic-Mac at Cirque du Freak adalah film pendek hasil kolaborasi dua seniman AI di Ethereal Gwirl and LeMoon. Mereka adalah Dina Lockamy dan Melody Bossan. Keduanya memanfaatkan teknologi AI dalam membuat film fantasi ini.

Mic-Mac at Cirque du Freak mengikuti perempuan sirkus bernama Kingston. Ia dikenal licik bagai ular, tetapi juga disayang oleh penggemar. Karakternya begitu kompleks dan angkuh, sehingga ia tidak dapat menyadari kesalahannya dan diasingkan oleh delusinya sendiri.

8. Kiss/Crash (2023)

Kiss/Crash (dok. Jakarta Film Week/Kiss/Crash)

Kiss/Crash adalah film pendek erotis asal Inggris yang dibuat dengan AI. Film ini merupakan karya seniman Amerika Serikat, Adam Cole. Ia dikenal hobi menabrak pakem pembuatan film tradisional, termasuk senang membuat karya dengan teknologi AI.

Kiss/Crash berkisah tentang teknologi AI yang berkali-kali mengubah kecelakaan mobil menjadi ciuman. Menariknya, ciuman semakin intens di setiap tabrakan. Film ini mengeksplorasi hasrat pengalaman nyata yang melebur dengan AI di era digital.

9. Improvement Cycle (2024)

Improvement Cycle (dok. Jakarta Film Week/Improvement Cycle)

Film produksi AI lainnya berasal dari Jepang, yaitu Improvement Cycle. Film fantasi berdurasi 6 menit ini adalah karya sutradara Hiroki Yamaguchi. Ia dikenal sebagai kreator AI yang membuat film ini dengan teknologi AI generatif.

Improvement Cycle mengeksplorasi tentang memori yang kembali hidup dari otak manusia yang sudah punah. Film ini juga menawarkan peristiwa alien berusaha merekam ingatan manusia di dunia secara diam-diam. Apa yang terjadi?

10. Generation (2022)

Generation (dok. Jakarta Film Week/Generation)

Generation adalah film pendek asal Inggris yang memakai teknologi AI dalam produksinya. Film berdurasi 2 menit ini diustradarai oleh Riccardo Fusetti. Mengusung genre fantasi, plot Generation begitu sederhana.

Film Generation menawarkan cerita tentang perjalanan singkat dalam menyusuri pengalaman manusia. Menariknya, perjalanan ini dilihat dari sudut pandang AI. Tentu penonton diajak menikmati fantasi science fiction yang mempesona.

Jika kamu penasaran dengan film hasil produksi AI, buruan datang ke Jakarta Film Week 2024, deh. Kamu bisa mengecek jadwal penayangan film-film di atas melalui laman resmi Jakarta Film Week. Tiket film dapat dipesan online maupun on the spot, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Aryna Meliana
EditorAryna Meliana
Follow Us