Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Film yang Kemenangannya di Oscar 2025 Krusial

No Other Land (dok. Berlinale/No Other Land)
Intinya sih...
  • Oscar 2025 selesai digelar dengan beberapa film favorit 2024 yang berhasil menyabet piala bergengsi tersebut.
  • Anora menguraikan sistem ekonomi kapitalisme dengan cukup menarik melalui industri seks, sementara No Other Land memperjuangkan perdamaian Palestina.
  • Wicked membawa tolok ukur baru dalam film musikal; Conclave superior dari berbagai elemen sinematik; dan The Brutalist membicarakan konsep identik Amerika Serikat.

Oscar 2025 selesai digelar dan pemenangnya ternyata tak jauh beda dari prediksi banyak orang. Beberapa film favorit 2024 berhasil menyabet piala bergengsi itu. Namun, kalau boleh merangkum, ada setidaknya enam film yang kemenangannya jadi penting.

Mereka secara langsung atau tidak membawa pesan tertentu yang bakal atau sudah mengubah industri film selamanya. Apa saja dan apa alasannya? Mari, bahas satu per satu.

1. Anora menandai kebangkitan film neorealisme Amerika dan apresiasi untuk kelompok marginal

Anora (dok. Universal Pictures/Anora)

Untuk sebagian orang, Anora mungkin terlihat biasa saja dari segi cerita dan skala produksi, apalagi bila bandingannya nomine lain dalam kategori Best Picture, seperti Conclave, The Substance, dan The Brutalist. Namun, Anora justru menawarkan keunikan dari berbagai elemen realismenya. Kenapa begitu?

Ia terlihat sederhana dan low-budget. Nyatanya, dari segi plot dan detail produksi, Anora berhasil menguraikan sistem ekonomi kapitalisme dengan cukup menarik. Apalagi, "alat" yang dipakai adalah industri seks, yakni sektor yang memungkinkan nafsu, harta, dan kekuasaan berbaur dalam satu wadah bersama ketidakstabilan finansial, diskriminasi gender, dan eksploitasi.

2. No Other Land menyuarakan pesan perdamaian di Palestina

No Other Land (dok. Berlinale/No Other Land)

Pertama kali dikenal luas berkat kemenangan mereka pada ajang Berlin International Film Festival 2024, No Other Land memperluas eksposurnya lewat kemenangan pada Oscar 2025. Film hasil kerja sama empat sineas dan aktivis asal Palestina dan Israel ini adalah buah dari resiliensi dan kemauan untuk melawan ego dan propaganda. Tak pelak, kesuksesan mereka pun diiringi pidato menampar dari Basel Adra dan Yuval Abraham yang sepakat menuntut perdamaian, kebebasan, dan keadilan untuk Palestina. 

No Other Land sendiri merupakan dokumentasi pribadi Adra yang harus menyaksikan sendiri kebrutalan tentara zionis Israel terhadap dirinya dan keluarganya. Diusir dari tanah yang mereka tinggali selama beberapa generasi, diintimidasi, dan berbagai ketidakadilan lain jadi makanan sehari-harinya. Satu hari, ia bertemu dengan jurnalis asal Israel, Yuval Abraham, yang bersimpati dan bertekat membantunya melawan ketidakadilan itu.

3. Wicked membuktikan kalau film musikal belum mati

Ariana Grande dan Cynthia Erivo dalam film Wicked (dok. Universal Pictures/Wicked)

Kemenangan Wicked juga krusial karena mereka berhasil jadi tolok ukur baru dalam film musikal. Dikenal sebagai genre yang membuat penggemar film terpolarisasi, Wicked berhasil menyajikan karya sinematik dan dedikasi musikal yang menawan. Ia bahkan bikin hampir semua penggemar film sepakat akan superioritasnya.

Gak hanya desain produksinya yang menawan, performa para aktor dan komentar sosialnya gak bisa diremehkan. Wicked garapan Justin M Cho mengingatkan kita pada momen menggebrak La La Land (2016). Saat itu, La La Land bikin genre musikal jadi lebih inklusif alias bisa dinikmati hampir semua kalangan. 

4. Conclave, film yang solid elemen sinematiknya: visual, plot, performa

Conclave (dok. Focus Features/Conclave)

Kemenangan Conclave juga sudah diproyeksi banyak orang. Ini karena film thriller politik itu superior dari berbagai elemen sinematik. Sinematografi, desain produksi, performa aktor, dan plotnya ciamik seolah mengingatkan kita bahwa inilah penampakan film yang ideal. Apalagi, pendekatannya slow burn dengan dialog sebagai kekuatan utamanya ketimbang gestur, aksi, dan efek berdarah-darah.

Conclave juga mengonfirmasi konsistensi Ralph Fiennes yang tak lekang oleh waktu. Rentang aktingnya gak main-main. Sayang sekali, saingannya untuk kategori Best Actor cukup sengit.

5. The Brutalist, cerminan sejarah inkorporasi seni dan kapitalisme

The Brutalist (dok. Universal Pictures/The Brutalist)

Meski berbeda dari segi skala produksi, The Brutalist sebenarnya seperti Anora yang membicarakan berbagai konsep yang identik dengan Amerika Serikat. Lewat sosok arsitek bernama László Tóth yang diperankan Adrien Brody, penonton sebenarnya sedang menyaksikan proses inkorporasi seni dengan kapitalisme. Brutalisme, sebuah aliran arsitektur yang jadi titik berat film ini, berkembang pesat di Inggris dan Amerika setelah Perang Dunia II.

Berbahan dasar beton dan semen, awalnya brutalisme identik dengan kesetaraan. Tak heran kalau ia banyak ditemukan di negara-negara komunis macam Uni Soviet. Namun, sejak masuk ke Amerika Serikat, brutalisme punya filosofi baru, yakni efisiensi keuangan, transparansi, dan modernitas. 

6. Flow buktikan kekuatan film nol dialog

Flow (dok. Dream Well Studio/Flow)

Kemenangan krusial lain juga direkam Flow. Tak hanya jadi film pertama asal Latvia yang berhasil raih nominasi dan memenangkannya sekaligus, Flow mengonfirmasi kalau film nol dialog itu tidak layak diremehkan. Nyatanya, ketiadaan dialog justru membuat sebuah film unggul pada detail-detail lain.

Untuk kasus Flow, plot dan pesan filosofisnya adalah kekuatan terbesarnya. Namun, jangan lupakan pula detail-detail seperti cerminan perilaku kognitif hewan, yang para kreator berhasil riset dengan saksama. Elemen ini yang bikin Flow nyaman diikuti dan lekat dengan realitas.

Oscar 2025 mungkin tak bisa memuaskan semua pihak. Namun, kemenangan beberapa karya sinematik di atas berhasil membawa warna dan pesan penting untuk kelangsungan industri kreatif. Bagaimana menurutmu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha
EditorYudha
Follow Us