Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Film Musikal Sering Dapat Nominasi Oscar?

cuplikan film Wicked (dok. Universal Pictures/Wicked)

Apakah kamu sadar kalau salah satu genre film yang sering dapat nominasi Oscar adalah musikal? Bahkan tidak sedikit dari film-film itu yang dapat status pemenang, termasuk pada kategori utama. La La Land (2016), Barbie (2023), Belfast (2021), West Side Story (1961), dan Chicago (2002) adalah beberapa buktinya. 

Pola ini jelas menarik buat diulik. Kenapa film musikal sering dapat nominasi Oscar? Apalagi bila bandingannya genre horor yang kesannya justru dianaktirikan. Faktor apa saja yang jadi penilaian juri Academy Awards? 

1. Film musikal memenuhi berbagai elemen sinematik, dari naskah sampai desain produksi

La La Land (dok. Summit Entertainment/La La Land)

Alasan terkuat dan paling mudah dibuktikan dari kejayaan film musikal di Oscar adalah fakta kalau mereka memenuhi berbagai elemen sinematik. Plot mereka kuat dan masih ditambah desain produksi yang tak main-main.

Biasanya, kostum dan latar film-film musikal dibuat megah dan tertata sedemikian rupa hingga memanjakan mata penontonnya. Apalagi bila film tersebut adalah adaptasi buku atau Broadway, detailnya harus diakui superior. Tak terbatas pada latar, tetapi juga kostum dan tata riasnya. 

Bahkan film berlatar dunia nyata seperti La La Land saja bisa dikemas seestetik itu. Termasuk Belfast dan Mank yang meski hitam putih, tetap punya detail brilian. Dari sini saja, mereka sudah memenuhi kriteria yang disukai para juri, kritikus, dan penikmat film.

2. Proses produksinya dianggap lebih rumit dan butuh kemampuan khusus

Cynthia Erivo, Ariana Grande, dan Jon M. Chu di set film Wicked. (dok. Universal Pictures/Wicked)

Faktor kedua adalah proses produksi yang lebih rumit. Ini karena aktor tak hanya harus meresapi dan melontarkan dialog, tetapi juga bernyanyi bahkan menari. Beberapa film, seperti Wicked (2024) versi Jon M. Chu, bahkan tidak menggunakan teknik lip-sync, melainkan menuntut para aktor untuk menyanyi langsung pada beberapa adegan.

Film musikal yang pakai teknik lip-sync pun tak bisa diremehkan. Bohemian Rhapsody (2018), misalnya, memerlukan kejelian dari editor, koreografer, dan departemen mixing suara untuk bisa memastikan Rami Malek yang memerankan Freddie Mercury tampak seperti bernyanyi langsung.

Begitu pula para aktor di film The Greatest Showman (2017). Coba perhatikan karakter yang diperankan Rebecca Ferguson dalam film tersebut. Memerankan penyanyi dengan suara emas, Ferguson ternyata tidak menyanyi langsung. Namun, ia bisa berakting layaknya sedang menyanyi dengan suara sendiri. Caranya bergerak sampai membuat urat di lehernya tampak seperti sedang bernyanyi adalah skill yang gak main-main.

Intinya, film musikal butuh komitmen dan usaha ekstra dari para aktor dan kru sehingga layak dapat pengakuan dan apresiasi. Tak heran kalau film musikal biasanya juga mengisi daftar nominasi Aktor dan Aktris Terbaik di Oscar. 

3. Film musikal setidaknya dapat rekognisi di kategori Musik dan Naskah

Emilia Perez (dok. Pathe/Emilia Perez)

Bila gagal bersaing dengan film-film lain di kategori utama, setidaknya film musikal bisa berkompetisi di beberapa kategori yang berkaitan dengan suara dan naskah. Kategori Best Sound, Best Original Song dan Best Original Score biasanya diramaikan lagu-lagu dari film musikal. Begitu pula dengan Adapted Screenplay karena banyak film musikal yang diadaptasi dari buku atau pertunjukan teatrikal Broadway. 

Kategori non-utama lain yang bisa mereka ramaikan termasuk Best Editing seperti yang pernah diraih Bohemian Rhapsody (2018) dan Best Cinematography layaknya film Gigi (1958). Mengingat desain produksi mereka gak main-main rumitnya, pasti ada 1-2 aspek menonjol yang membantu mereka menyabet setidaknya satu nominasi. Namun, faktanya mayoritas film musikal memborong beberapa nominasi Oscar sekaligus. 

Film musikal memang bukan genre favorit semua orang. Dibanding horor dan aksi, film musikal kerap dihindari, karena anggapan bahwa adegan bernyanyi hanya filler belaka. Bahkan tak sedikit yang melihatnya sebagai sesuatu yang bikin geli. Tak heran ketika Indiewire menemukan pola menarik dari strategi pemasaran yang dipakai para distributor untuk film-film musikal mereka.

Meski pada akhirnya populer dan sukses, banyak distributor yang memilih untuk menyembunyikan fakta bahwa film yang sedang mereka promosikan bergenre musikal. Caranya dengan tidak menampilkan adegan bernyanyi dalam trailer. Ini dilakukan untuk mencegah penonton menghindari film tersebut karena muatan musikalnya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Ayu Silawati
EditorDwi Ayu Silawati
Follow Us