Hikikomori: Kehidupan Anti Sosial yang Diderita Millennial Jepang

Mereka lebih suka mengurung diri di kamar

Manusia merupakan makhluk sosial, sehingga sangat wajar jika mereka hidup berkelompok dan menjalani aktivitas secara bersama-sama dengan yang lain.

Namun, apa jadinya jika mereka memilih untuk menarik diri dari kehidupan sosial dan tidak ingin lagi bertemu dengan banyak orang. Hal inilah yang menjadi fenomena yang banyak terjadi di negara Jepang.

Mereka menyebut beberapa orang yang menarik diri dari kehidupan sosial dan memilih untuk mengurung diri di kamar dengan sebutan hikikomori. Bahkan yang lebih parahnya, ada contoh kasus di mana beberapa penderitanya telah menarik diri selama berpuluh-puluh tahun.

Aktivitas yang sering mereka lakukan seorang diri adalah dengan menjelajah internet, membaca manga/komik jepang, dan tidur.

1. Siapa yang menderita penyakit ini?

Hikikomori: Kehidupan Anti Sosial yang Diderita Millennial Jepangobsessivecollectors.com

Kebanyakan orang yang menderita penyakit ini adalah para remaja yang berada pada kisaran usia 20-29 tahun. Bahkan ada beberapa kasus hikikomori di derita oleh orang yang telah berusia lebih dari 50 tahun, di mana ia telah puluhan tahun menarik diri dari lingkungan sosialnya.

Fakta selanjutnya menyebutkan bahwa penderita hikikomori ini lebih banyak di derita oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Mereka juga kebanyakan berasa dari keluarga yang berpendidikan tinggi.

2. Berapa persen penduduk Jepang yang menderita?

Hikikomori: Kehidupan Anti Sosial yang Diderita Millennial Jepangobsessivecollectors.com

Pihak NHK telah melakukan sebuah penelitian berkenaan dengan penderita Hikikomori ini. Dimana pada tahun 2005 saja, penduduk Jepang yang menderita Hikikomori mencapai angka diatas 1,6 juta orang. Perhitungan yang dilakukan NHK hampir sama dengan perhitungan Zenkoku Hikikomori KHJ Oya no Kai yang memperkirakan ada sekitar 1.636.000 penderita hikikomori di Jepang.

Bukan Cuma itu saja, Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang turut melakukan survei dan mengatakan bahwa sebanyak 1,2 persen warga Jepang pernah mengidap penyakit hikikomori ini.

Baca Juga: 5 TV Show Jepang Favorit Anak 2000-an, Bikin Kangen Berat!

3. Orang cerdas banyak yang memilih jadi Hikikomori

Hikikomori: Kehidupan Anti Sosial yang Diderita Millennial Jepangwww.japantimes.co.jp

Hal yang lebih memprihatinkannya lagi, banyak dari penderita hikikomori merupakan orang yang cerdas dan memiliki kompetensi yang sangat baik.

Kebanyakan yang menderita gangguan ini adalah para lulusan universitas. Jika banyak orang cerdas tapi enggan berpartisipasi dengan masyarakat tertentu hal ini sangat berpengaruh bagi perekonomian masa depan Jepang sendiri.

4. Penyabab hikikomori apa sih?

Hikikomori: Kehidupan Anti Sosial yang Diderita Millennial Jepangjapantoday.com

Salah satu penyebab terjadinya Hikikomori di Jepang adalah tekanan sosial yang menimpa para penderitanya. Sebagai contohnya karena kegagalan mereka untuk menjadi juara kelas, tidak lolos universitas favorit, dan jenis kegagalan yang lain.

Tekanan hidup inilah yang membuat para penderita Hikikomori lebih memilih untuk mengurung diri di kamar dan jauh dari keramaian masyarakat.

Hikikomori sebenarnya bukanlah sebuah penyakit yang dapat menular melainkan gejala gangguan sosial yang menimpa penderitanya. Dukungan moral dari orang terdekat dan keluarga sebenarnya sangat penting untuk mengurangi gejala Hikikomori.

Bersikap lapang dada dan menerima kenyataan dengan ikhlas diiringi dengan terus berjuang mendapatkan yang terbaik adalah cara yang lebih baik. Dibandingkan harus mengurung diri di kamar dan menjauhi kehidupan sosial.

Baca Juga: 6 Tips Pendidikan Karakter Sederhana dari Sekolah di Jepang

Palm Hunter Photo Verified Writer Palm Hunter

Passionate in Business and Investment | Ideas and Thought Must be Submitted

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina
  • Novaya

Berita Terkini Lainnya