6 Sindiran Sosial dari Cerita Drakor The 8 Show, Menohok!

The 8 Show merupakan drakor terbaru Netflix yang mengusung genre thriller dan dark comedy. Drakor adaptasi webtun ini dirilis pada Jumat (17/5/2024) dengan total delapan episode. Ryu Jun Yeol, Chun Woo Hee, Park Hae Joon, hingga Park Jeong Min merupakan beberapa pemain utama drakor ini.
Mengusung genre dark comedy, drakor adaptasi webtun ini sebetulnya memiliki beberapa scene yang merupakan bentuk sindiran akan situasi di dunia nyata. Apa saja sindiran sosial yang muncul di The 8 Show? Berikut ulasannya.
1. Orang bisa melakukan apa pun demi uang

Sebagian besar peserta mengikuti pertunjukan di drakor ini karena termotivasi masalah finansial. Mereka pun melakukan segalanya demi mendapatkan uang lebih banyak dengan berada lebih lama di pertunjukan. Masalahnya, sebagian dari mereka memilih cara salah demi memenuhi ambisi akan kekayaan.
Salah satu tokoh egois dan serakah di drakor ini adalah peserta Lantai 8 (Chun Woo Hee). Ia mendapat banyak keuntungan karena memilih kamar di lantai teratas, termasuk upah yang paling besar. Namun, ia egois hingga akhir. Ia ingin mendapat uang tanpa kerja keras. Ia tega menyiksa peserta lain agar jadi tontonan menarik lalu waktu bisa ditambah sebab semakin lama mereka ikut pertunjukan, semakin besar pula uang yang didapat.
2. Tontonan yang menarik perhatian publik banyak berisi kekerasan dan seksualitas

Di episode 2, peserta menyadari bahwa waktu akan bertambah jika mereka memberikan tontonan yang dianggap menarik bagi penonton. Mereka pun awalnya menunjukkan berbagai bakat dan permainan yang menghibur. Namun, ironisnya, jenis tontonan yang dianggap paling menarik justru berisi kekerasan dan eksploitasi seksual.
Saat Lantai 8 menampilkan adegan seksual bersama Lantai 6 (Park Hae Joon), penonton memberi waktu tambahan 69 jam. Ini jauh lebih banyak dari yang diterima Lantai 7 (Park Jeong Min) yang memainkan musik klasik dengan suling memakai hidungnya.
Adegan kekerasan dan penyiksaan juga jadi favorit penonton pertunjukan ini. Karena itu, saat aliansi lantai atas menyiksa peserta lantai bawah, mereka mendapat tambahan waktu ratusan jam. Selain itu, saat peserta lain frustrasi ingin menyelamatkan Lantai 1 (Bae Seong Woo) yang sekarat, mereka justru menambahkan waktu 1000 menit.
3. Peserta haus akan imbalan dan perhatian

Di episode awal, seluruh peserta pertunjukan ini melakukan segalanya demi mendapatkan tambahan waktu. Peserta Lantai 7 pernah menyebutkan bahwa hal ini menunjukkan mereka haus akan imbalan dan perhatian dari penonton. Semakin dinilai menarik, mereka akan mendapat tambahan waktu lebuh banyak. Waktu di sini diibaratkan seperti tombol suka atau gift di media sosial, sementara peserta pertunjukan adalah influencer yang kebablasan mengejar perhatian dari penonton.
4. Orang-orang terbagi dalam kelas sosial berbeda

Tiap lantai kamar yang dipilih peserta bisa dilihat sebagai kelas sosial yang memisahkan mereka. Hal ini yang dilihat oleh aliansi lantai atas yang dipimpin Lantai 8 dan 6. Mereka merasa lebih superior dibanding yang lain karena keistimewaan yang dimiliki. Hal ini merepresentasikan situasi nyata di masyarakat yang masih terbagi dalam kelas dan status sosial berbeda. Keuntungan yang diperoleh juga berbeda tergantung di kelas sosial mana seseorang berada.
5. Orang di tingkat atas terkadang berbuat seenaknya pada yang lain

Peserta Lantai 8 mendapat banyak keuntungan karena pilihan kamarnya. Ia yang pertama mendapat makanan dan air. Kamarnya paling luas dan ia juga mendapat upah terbesar. Namun, ini membuatnya bertindak seenaknya pada peserta lain. Ia pernah bertindak kejam dengan gak menyalurkan makanan dan air yang tiba di kamarnya. Ia juga membeli barang-barang pribadi berharga mahal dengan memakai waktu yang diartikan sebagai dana bersama.
Tindakan peserta Lantai 8 yang memaksa lainnya bekerja dengan memberikan tontonan menarik bagi penonton mewakili sikap egois beberapa orang dari kelas atas yang angkuh. Mereka merasa lebih baik sebab status sosial yang dimiliki. Selain itu, ia mendapat upah terbesar meski tidak melakukan apa pun sebab orang-orang di lantai bawah yang bekerja keras.
6. Orang yang berada di kelas bawah sulit mengubah nasib mereka

Akhir tragis yang dialami peserta Lantai 1 menunjukkan sulitnya orang dari kelas bawah untuk menaikkan status sosialnya. Lantai 1 berjuang untuk menabung 1 milyar won demi bisa berganti kamar agar mendapat keuntungan lebih baik. Namun, usahanya ternyata sia-sia sebab 1 milyar won tersebut hanya harga untuk membeli instruksi bertukar kamar. Dengan demikian, mustahil baginya untuk mengubah nasib dengan meniti kelas sosial lebih tinggi.
Keenam poin di atas merupakan bentuk sindiran atas situasi sosial di kehidupan nyata. Mulai dari obsesi membuat konten demi mendapat perhatian tanpa melihat dampaknya hingga pembagian kelas sosial di masyarakat. Apa kamu menyadari sindiran-sindiran ini saat menonton drakor The 8 Show?