Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Kesalahan Pekerja Keras yang Sering Dilakukan Tanpa Sadar

ilustrasi wanita (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)
Intinya sih...
  • Kerja keras adalah karakter positif yang harus diasah dan dikembangkan.
  • Terjebak dalam kebiasaan untuk selalu tergesa-gesa membuat sulit menghargai proses dan menjadi pribadi yang cepat bosan.
  • Pekerja keras harus bijak dalam menimbang kapan harus menggunakan energi, agar tidak merusak aspek penting lainnya.

Kita semua pasti setuju bahwa kerja keras adalah karakter positif yang harus terus disimpan, diasah, dan dikembangkan. Ciri yang biasa ada dalam pribadi pekerja keras adalah ketelitian, tanggung jawab, dan selalu berorientasi pada hasil.

Namun di zaman serba cepat seperti sekarang, kita sering didoktrin untuk bekerja lebih keras, berusaha lebih banyak, dan istirahat berarti malas-malasan. Alhasil, kamu jadi terpaku untuk terus bekerja dan bekerja, tanpa memperhatikan efektivitas dan efisiensi. Malah terjebak dalam empat habit buruk di bawah.

1. Selalu tergesa-gesa hingga seringkali melewatkan proses

ilustrasi wanita (pexels.com/Vlada Karpovich)

Sosok pekerja keras sekaligus pemikir berlebih seringkali terjebak dalam pola yang sama: punya mimpi, bekerja, tidak sabar, dan berusaha mempercepat proses. Padahal coba jujur, mana ada orang yang bisa menguasai sesuatu dalam waktu singkat?

Misal, saat kamu mulai belajar kemampuan baru seperti memasak atau merajut, apa kamu akan langsung jago dalam sekejap? Tentu butuh waktu untuk belajar, berlatih, dan mengulang proses yang sama berkali-kali. Ketika kamu terjebak dalam mindset dan kebiasaan untuk selalu tergesa-gesa, kamu akan sulit menghargai proses. Alhasil, jadi pribadi yang cepat bosan dan tidak bisa tekun.

2. Kamu bekerja keras, bukan bekerja cerdas

ilustrasi wanita (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Ada perbedaan antara orang yang bekerja keras dengan bekerja pintar. Tidak semua hal bisa diberi usaha yang sama. Kamu harus bijak dalam menimbang-nimbang kapan harus menggunakan energimu.

Bukan berarti jadi pribadi yang aras-arasan dan terbiasa untuk go with the flow, ya. Kamu tetap punya rencana, tujuan, dan dedikasi, hanya tahu kadar yang tepat untuk menempatkannya. Dengan ini, kamu pun akan semakin bijak dalam mengelola energi yang kamu punya.

3.Terlalu fokus pada pekerjaan hingga mengabaikan hal lain

ilustrasi wanita (pexels.com/Mikael Blomkvist)
ilustrasi wanita (pexels.com/Mikael Blomkvist)

Zaman sekarang membuat pekerjaan seolah adalah segala-galanya, fokusmu jadi terbentuk hanya untuk bekerja dan bekerja. Alhasil, kamu menggunakan seluruh waktumu untuk mencapai tujuanmu, tanpa mempertimbangkan aspek penting lain seperti kesehatan dan hubungan.

Hal ini jelas adalah investasi yang buruk. Sikap kerja keras bila tidak diimbangi malah akan menjadi bumerang ke diri sendiri. Ingatlah bahwa hidup tidak hanya fokus ke satu dimensi, jangan sampai itu merusak kehidupanmu.

4.Kamu sulit untuk mendelegasikan pekerjaan ke orang lain

ilustrasi wanita (pexels.com/cottonbro studio)

Hayo, siapa yang relate? Sosok pekerja keras kerap kali mengerjakan semua hal sendirian, dan menutup akses bagi orang lain untuk membantu. Alhasil, kamu jadi dicap sebagai sosok individualis yang tidak bisa bekerja sama.

Mungkin kamu punya standar sendiri yang pada akhirnya membuatmu sulit mempercayakan sesuatu ke orang lain. Namun ketahuilah, alih-alih membantu, kebiasaan itu hanya akan membuatmu rugi sendiri.

Tidak ada yang salah dengan menjadi pekerja keras. Justru, itu sangat dianjurkan agar kamu jadi pribadi yang tangguh, bertanggung jawab, dan tidak mudah menyerah. Namun, bila tidak diimbangi dengan hikmat, kebiasaan itu justru menjadi bumerang untuk diri sendiri berkembang.

Kelihatannya sibuk, tapi sebenarnya kamu sedang stuck di titik yang sama. Bukankah sayang waktu dan tenaganya?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Caroline Graciela Harmanto
EditorCaroline Graciela Harmanto
Follow Us