Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Benarkah Skill Public Speaking Lebih Penting dari IPK?

ilustrasi public speaking (pexels.com/Matheus Bertelli)
ilustrasi public speaking (pexels.com/Matheus Bertelli)
Intinya sih...
  • Public speaking penting di dunia profesional untuk presentasi, diskusi tim, dan negosiasi.
  • IPK tetap jadi indikator awal yang sering digunakan untuk menyaring pelamar, terutama di posisi formal atau perusahaan besar.
  • Keseimbangan antara teori dan praktik menjadi hal yang patut diperhatikan terutama kelak di dunia kerja.

Usia 20-an sering jadi titik awal banyak hal penting dalam hidup. Di fase ini, kamu mulai serius mikirin karier, masa depan, dan nilai-nilai yang ingin kamu bawa dalam perjalanan hidup. Di tengah semua itu, muncul berbagai dorongan untuk menguasai skill tertentu yang katanya wajib biar nggak kalah saing.

Yang sering dibahas adalah soal pentingnya public speaking. Tapi kalau dibandingkan dengan IPK, mana yang sebenarnya lebih menentukan arah hidup? Berikut lima sudut pandang yang bisa bantu kamu melihatnya dari berbagai sisi.

1. Dunia kerja menilai kemampuan komunikasi seseorang

ilustrasi komunikasi (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi komunikasi (pexels.com/Kampus Production)

Kemampuan berbicara di depan umum sering kali dianggap sebagai nilai plus dalam proses rekrutmen. Banyak perusahaan mencari kandidat yang bisa menyampaikan ide secara jelas, percaya diri, dan mampu membangun koneksi dengan orang lain. Dalam situasi kerja yang dinamis, public speaking jadi bekal penting untuk presentasi, diskusi tim, maupun negosiasi. Ini membuat skill tersebut terasa semakin relevan di dunia profesional.

Namun bukan berarti nilai akademik kehilangan perannya. IPK tetap jadi indikator awal yang sering digunakan untuk menyaring pelamar, terutama di posisi formal atau perusahaan besar. Bidang tertentu juga sangat menjunjung capaian akademik sebagai bukti dedikasi dan ketekunan. Bisa dibilang public speaking memang penting, tapi IPK pun tetap punya tempatnya sendiri.

2. Mahasiswa mempelajari banyak hal melalui proses akademik

ilustrasi mahasiswa di dalam kelas (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi mahasiswa di dalam kelas (pexels.com/Yan Krukau)

Selama masa kuliah, mahasiswa tidak hanya mendapatkan teori, tapi juga belajar disiplin, manajemen waktu, dan berpikir kritis. Semua itu terekam dalam hasil akademik yang akhirnya terwakili oleh angka IPK. Nilai tinggi biasanya mencerminkan konsistensi, kerja keras, dan tanggung jawab seseorang terhadap tugasnya. Ini adalah fondasi yang juga penting dalam dunia profesional.

Meski begitu, tidak semua hal bisa diukur lewat nilai akademik saja. Ada banyak soft skill yang tidak diajarkan secara langsung di kelas, tapi sangat dibutuhkan di kehidupan nyata. Public speaking termasuk di antaranya, karena kemampuan berbicara dan menyampaikan ide tidak selalu datang dari nilai bagus. Keseimbangan antara teori dan praktik menjadi hal yang patut diperhatikan terutama kelak di dunia kerja.

3. Lingkungan sosial membentuk kepercayaan diri seseorang

ilustrasi public speaking (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi public speaking (pexels.com/RDNE Stock project)

Orang yang terbiasa tampil di depan umum cenderung punya kepercayaan diri yang lebih tinggi. Situasi sosial seperti organisasi, debat, atau presentasi kelompok bisa membentuk karakter berani dan terbuka. Di sisi lain, skill ini juga membantu membangun relasi dan memperluas jaringan pertemanan maupun profesional. Public speaking bukan hanya soal bisa bicara, tapi juga soal membentuk citra diri di depan khalayak.

Namun, percaya diri juga bisa muncul dari pemahaman yang kuat terhadap materi atau bidang tertentu. Seseorang dengan IPK tinggi biasanya punya pemahaman mendalam yang membuatnya yakin saat berdiskusi. Meskipun tidak sefasih pembicara publik, mereka tetap bisa menunjukkan otoritas melalui isi pembicaraannya. Jadi, kepercayaan diri bisa datang dari banyak arah, bukan hanya panggung presentasi.

4. Dunia profesional mengutamakan hasil nyata dari seseorang

ilustrasi public speaking (pexels.com/fauxels)
ilustrasi public speaking (pexels.com/fauxels)

Di dunia kerja, performa seringkali diukur dari apa yang bisa diselesaikan secara konkret. Public speaking bisa menjadi alat bantu, tapi tetap perlu diiringi dengan kompetensi dan pengetahuan. Orang yang pandai berbicara tapi minim isi juga bisa kehilangan kepercayaan. Maka dari itu, keseimbangan antara skill komunikasi dan kapasitas intelektual sangat dibutuhkan.

Begitu juga sebaliknya, orang yang cerdas secara akademik tidak otomatis sukses tanpa kemampuan menyampaikan idenya. Banyak ide bagus tidak sampai ke permukaan karena tidak terkomunikasikan dengan baik. Maka penting bagi siapa pun untuk tidak hanya fokus pada angka IPK, tapi juga melatih cara menyampaikan pemikirannya. Dunia kerja menghargai hasil yang bisa dipahami dan dirasakan dampaknya.

5. Individu berkembang lewat kombinasi berbagai kemampuan

ilustrasi public speaking (pexels.com/Mikael Blomkvist)
ilustrasi public speaking (pexels.com/Mikael Blomkvist)

Setiap orang punya jalur belajar dan bertumbuh yang berbeda. Ada yang lebih unggul dalam hal akademik, ada juga yang menonjol dalam komunikasi. Keduanya bisa menjadi bekal berharga selama dikelola dengan baik dan diarahkan sesuai kebutuhan. Tidak harus memilih satu secara mutlak, karena keduanya bisa saling melengkapi.

Fokus terlalu besar pada satu sisi kadang justru membuat potensi lain terabaikan. Padahal dunia profesional atau dunia kerja membutuhkan individu yang adaptif. Nilai IPK bisa membuktikan fondasi akademik, sementara public speaking menunjukkan kemampuan sosial. Keduanya sama-sama penting, tinggal bagaimana kamu menyeimbangkannya sesuai tujuan hidupmu.

Menentukan mana yang lebih penting antara skill public speaking dan IPK bukan perkara hitam putih. Dunia terus berubah, dan tuntutan juga ikut bergeser. Hal yang paling masuk akal yakni melihat keduanya sebagai bagian dari bekal yang saling melengkapi. Selama kamu terus belajar dan menyesuaikan diri, baik lewat pencapaian akademik maupun kemampuan komunikasi, maka peluang untuk berkembang akan selalu terbuka lebar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Annisa Nur Fitriani
EditorAnnisa Nur Fitriani
Follow Us