Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Hal yang Lebih Melelahkan dari Bekerja, Kurangi Mengeluh

ilustrasi lelah bekerja (pexels.com/Thirdman)
ilustrasi lelah bekerja (pexels.com/Thirdman)
Intinya sih...
  • Capek melamar kerja dan menunggu panggilan
  • Capek dihina orang lain karena ketidakmampuan finansial
  • Capek sakit sehingga gak bisa produktif

Berapa kali dalam sehari kamu mengeluhkan lelahnya bekerja? Jangan-jangan keluhanmu berlipat-lipat dari waktu minum obat yang 3 kali sehari. Baik di dunia nyata maupun maya dirimu mengeluh terus. Kalau ada orang yang menegur dan menasihatimu untuk berhenti mengeluh, keluhanmu malah tambah panjang.

Masih pula dirimu menyalahkan orang yang bermaksud baik tersebut. Kamu selalu mengatakan orang lain tidak tahu rasanya menjadi dirimu yang kelelahan oleh pekerjaan. Tentu bekerja melelahkan, namun rasa lelah itu tak perlu dilebih-lebihkan. Hampir semua orang dewasa juga bekerja, bukan dirimu saja yang merasa capek. Ada beberapa hal yang lebih melelahkan dari bekerja, semoga bisa menjadi bahan renunganmu hari ini.

1. Capek melamar kerja dan menunggu panggilan

ilustrasi lelah psikis (pexels.com/Andrew Neel)
ilustrasi lelah psikis (pexels.com/Andrew Neel)

Mungkin kamu sudah lupa rasanya ke sana kemari mencari pekerjaan sehingga sekarang gampang sekali mengeluhkannya. Atau, dulu dirimu terbilang cepat bekerja sehingga secara tak sadar berpikir mencari pekerjaan memang segampang itu. Padahal, mendapatkan pekerjaan susahnya bukan main.

Saat itu kamu cuma beruntung dan keberuntungan jarang terulang. Banyak orang hanya mendapatkan satu panggilan tes kerja setelah menyebar lamaran ke berbagai kantor. Tahun demi tahun dihabiskannya untuk mencari lowongan, melamar, dan menunggu panggilan tes.

Rasanya sampai bosan sekali sehingga mental pun dapat terganggu. Setelah ada panggilan tes kerja pun belum tentu lanjut ke tahap berikutnya. Padahal ada biaya yang dikeluarkan terutama jika tesnya di luar kota. Siklus seperti di atas terus terulang sehingga rasanya tidak keruan. Stres berat bisa memengaruhi kesehatan fisik.

2. Capek dihina orang lain karena ketidakmampuan finansial

ilustrasi lelah psikis (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)
ilustrasi lelah psikis (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Dengan bekerja, kamu memperoleh pendapatan. Berapa pun penghasilanmu, tanpa disadari itu sudah dapat membuatmu menegakkan kepala. Gaji kecil masih bisa dicukupkan sedemikian rupa. Sementara pendapatan yang lebih besar membawamu ke tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.

Namun apabila dirimu menganggur sehingga gak punya uang sepeser pun, banyak orang akan terus menghinamu. Kamu pun tidak berdaya untuk membalasnya. Perilaku mereka salah, tetapi dirimu juga tahu bahwa faktanya kamu tak punya uang.

Malah kehidupanmu mesti ditopang oleh orang lain. Tidak terkecuali oleh orang yang menghinamu. Mereka punya sisi baik karena masih mau memberi atau meminjamkan uang padamu. Di sisi lain, mereka juga yang menghancurkan harga dirimu.

3. Capek sakit sehingga gak bisa produktif

ilustrasi berbaring sakit (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi berbaring sakit (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Bekerja juga salah satu cara untuk mensyukuri kesehatan. Gunakan masa sehatmu buat hal-hal yang bermanfaat, di antaranya mencari nafkah. Walaupun bekerja membuatmu lelah, terbaring sakit sehingga kamu gak bisa melakukan apa-apa juga melelahkan.

Capeknya malah dobel-dobel. Dirimu lelah menanggung rasa tak nyaman di sekujur badan, bosan minum obat, serta sedih menyadari produktivitasmu terhenti. Kamu masih muda dan di luar sana-sana orang-orang sebayamu sedang giat bekerja.

Mereka punya rutinitas yang membangkitkan semangat, rekan kerja, penghasilan, dan pencapaian. Sementara ketika kamu sedang diuji dengan sakit berat, rasanya malah cuma merepotkan orang-orang di sekitarmu. Mereka membantu biaya pengobatan dan kebutuhanmu plus mengurusmu yang tidak bisa apa-apa.

4. Capek tidak bisa pindah ke lingkungan yang lebih baik

ilustrasi lelah psikis (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi lelah psikis (pexels.com/Kampus Production)

Rajin bekerja dan giat menabung akan memampukanmu memilih lingkungan tempat tinggal. Kamu bisa tinggal di lingkungan yang lebih modern, orang-orangnya gak toksik, dan sebagainya. Lain halnya apabila dirimu menganggur. Kamu tidak dapat berbuat banyak ketika terjebak di lingkungan yang membuatmu tak nyaman.

Contohnya, kamu sudah gak bekerja dan hidup dari tabungan. Biar irit, dirimu mencari tempat tinggal yang sewanya semurah mungkin. Kamu mendapatkannya. Namun, lingkungannya toksik.

Banyak orang bergunjing sepanjang hari, termasuk menggunjingkanmu. Kalau kamu dalam posisi bekerja lebih mungkin untukmu mencari tempat lain yang lingkungannya lebih kondusif sekalipun lebih mahal. Bukan dirimu lagi stres gak bekerja masih pula siang malam bertemu penggosip.

5. Capek dikejar-kejar penagih utang

ilustrasi lelah psikis (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi lelah psikis (pexels.com/cottonbro studio)

Tidak bekerja juga rentan sekali menjebakmu dalam tumpukan utang. Khususnya kalau kamu gak punya tabungan dan tak ada orang yang membantumu secara materi. Satu-satunya jalan hanya berutang. Konsekuensinya, dirimu gak bisa membayarnya lalu diburu penagih utang.

Orang yang bekerja pun dapat saja berutang jika ada keperluan. Akan tetapi, mereka lebih mungkin mampu mencicilnya karena punya penghasilan. Bahkan jika kamu bijak memakai gaji, sekalipun uangmu tidak banyak bisa gak perlu ngutang.

Dirimu terhindar dari drama dikejar-kejar penagih utang yang membuatmu stres dan malu. Utang yang menumpuk serta penagih yang marah benar-benar masalah. Lelah main kucing-kucingan dengan mereka berlipat-lipat dari sekadar bekerja.

6. Capek dan sedih meminta anak agar menahan keinginan

ilustrasi lelah psikis (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi lelah psikis (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Terakhir, hal yang lebih melelahkan dari bekerja adalah ketika menjadi orangtua dan harus menolak permintaan anak. Rasanya pasti sakit sekali, apalagi dasar penolakan bukan karena permintaannya berlebihan, tidak penting, atau berbahaya. Akan tetapi, semata-mata lantaran kamu tak punya uang buat memenuhinya. Padahal, keinginannya mungkin simpel sekali.

Seperti boneka murah di pasar, jajanan di depan sekolah, atau sepatu buat ganti sepatunya yang sudah bolong di sana sini. Kamu tahu bahwa seharusnya dirimu bertanggung jawab atas semua itu. Tapi ketiadaan uang membuatmu terpaksa buat kesekian kalinya meminta anak bersabar.

Dengan kamu bekerja, meski capek, permintaan anak sesederhana itu dapat langsung dipenuhi. Dirimu tak merasa hancur di depan orang-orang yang disayangi. Kamu tidak perlu menahan tangis dan perasaan gagal sebagai orangtua saban mengatakan, "Nanti ya, Nak, kalau Ayah/Ibu sudah punya uang."

Bekerja jangan dianggap sebagai beban atau perampas kemerdekaanmu. Justru dengan kamu bekerja dan punya uang, dirimu lebih merdeka secara finansial. Uang tidak jatuh dari langit. Bekerjalah sekalipun menyisakan lelah di sore dan malam hari. Semoga rezekimu penuh keberkahan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us