Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Tips Menggabungkan Hunian Pribadi dengan Kos-kosan, Area Tetap Pisah

ilustrasi bagian dalam rumah (pexels.com/aksinfo7 universe)
ilustrasi bagian dalam rumah (pexels.com/aksinfo7 universe)
Intinya sih...
  • Area keluarga terpisah dari kos-kosan, termasuk fasilitasnya
  • Ciptakan suasana nyaman untuk keluarga dan anak kos tinggal bersama
  • Siap terganggu aktivitas anak kos, perlu kesabaran dan toleransi

Rumah yang hanya difungsikan sebagai tempat tinggal pribadi kurang tepat disebut sebagai investasi. Rumah itu tak memberikan pendapatan untukmu sekalipun nilainya naik dari tahun ke tahun. Pun untukmu dapat menikmati kenaikan harganya mesti dijual dulu.

Padahal bila rumah dijual, kamu akan kehilangan tempat tinggal. Sementara selama rumah ditempati, perubahan harga dari ratusan juta menjadi miliaran rupiah gak ada bedanya buatmu. Investasi properti lebih tepat buat menyebut rumah yang kedua dan seterusnya.

Masalahnya, sekarang beli satu rumah saja butuh perjuangan luar biasa. Jangan-jangan selamanya kamu gak bakal bisa berinvestasi di bidang properti. Tenang, hunian pribadimu masih dapat memberi nilai lebih kalau difungsikan juga sebagai kos-kosan. Akan tetapi, ada sejumlah hal yang mesti dipersiapkan.

1. Area keluargamu tetap harus terpisah dari area kos-kosan

ilustrasi dapur (pexels.com/Taryn Elliott)
ilustrasi dapur (pexels.com/Taryn Elliott)

Caranya bisa dengan membuat sekat atau dua pintu masuk. Satu pintu menuju rumah utama tempatmu dan keluarga tinggal. Satu pintu lagi langsung menuju area kos-kosan. Tentu bukan cuma aksesnya yang terpisah.

Segala fasiltasnya juga mesti terpisah. Dapur misalnya, ada dapur buat keluargamu dan dapur untuk anak kos. Demikian pula ruang keluarga, mencuci serta menjemur, dan sebagainya.

Pemisahan ini penting guna membuat penghuni kos nyaman. Mereka gak sungkan beraktivitas di dalam kos-kosan dan menggunakan fasilitasnya. Begitu juga kamu serta keluarga tetap memiliki privasi. Tak terganggu anak kos yang terus keluar masuk.

2. Keluargamu mesti bisa tenang

ilustrasi anak kos (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi anak kos (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Poin kedua yang amat penting ialah menciptakan suasana yang nyaman untukmu, keluarga, serta anak-anak kos tinggal bersama. Sekalipun area pribadimu dan keluarga telah dipisah dari kos-kosan, kalian tetap satu rumah. Kalian juga berada dalam satu pagar.

Sangat mungkin kegaduhan dalam keluargamu bikin anak kos terganggu. Khususnya jika di rumah ada anak-anak atau kebiasaan kalian berbicara keras-keras. Sebelum kalian memfungsikan hunian pribadi sebagai kos-kosan juga, pastikan masalah ini dapat ditangani.

Satu keluarga kudu berinteraksi dengan lebih tenang. Hindari suara-suara kencang atau pergerakan yang berlebihan di dekat area kos-kosan. Ciptakan seakan-akan ada dua dunia yang terpisah walaupun kalian menempati alamat yang sama.

3. Sebaliknya, kalian kudu siap terganggu aktivitas anak kos

ilustrasi kamar tidur (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi kamar tidur (pexels.com/Pixabay)

Sayangnya, dirimu sebagai pemilik properti tidak bisa terlalu menuntut anak kos buat tenang sekali. Misalnya, kamu menyewakan 3 kamar. Masing-masing penghuninya kedatangan 2 teman saja, artinya ada 9 orang di area kos-kosan.

Mereka dapat menciptakan kegaduhan. Mungkin mereka bercanda, bermain gitar, mengobrol, menyetel musik, dan sebagainya. Selama suaranya tidak keterlaluan dan dapat mengusik tetangga, kalian mesti bersabar.

Para penghuni kos tak bakal senang jika sedikit-sedikit ditegur olehmu atau pasangan. Nanti mereka tidak betah dan pindah. Oleh sebab itu, konsep hunian pribadi yang digabungkan dengan kos-kosan tak cocok apabila ada lansia atau bayi yang gampang merasa terganggu.

4. Untuk rumah tingkat, lantai atas cocok buat kos-kosan

ilustrasi bagian dalam rumah (pexels.com/Karolina K)
ilustrasi bagian dalam rumah (pexels.com/Karolina K)

Rumah satu lantai juga masih bisa dijadikan hunian pribadi plus kos-kosan kalau cukup luas. Bila luasnya tak seberapa tentu akan sesak sekali meski terdapat kamar kosong. Konsep hunian pribadi yang digabungkan dengan kos-kosan lebih pas buat rumah tingkat.

Pembagian areanya berdasarkan lantai saja. Lantai bawah buat kamu sekeluarga. Lantai atas untuk kos-kosan. Jangan dibalik karena menyulitkanmu saat perlu menemui tamu. Anak kos juga kadang kedatangan tamu.

Akan tetapi, dirimu sebagai pemilik rumah pasti paling dicari tetangga. Pun dengan kamu serta keluarga menempati lantai bawah, pengawasan terhadap anak kos dan orang yang keluar masuk lebih gampang. Ini meningkatkan keamanan.

5. Lapor RT tentang penambahan fungsi rumah

ilustrasi bagian dalam rumah (pexels.com/Jonathan Borba)
ilustrasi bagian dalam rumah (pexels.com/Jonathan Borba)

Perubahan fungsi rumahmu memang gak total. Namun, ini tetap harus dilaporkan pada ketua lingkungan. Dengan kamu memberitahukan bahwa rumahmu juga bakal menerima anak kos, tentu ada peraturan yang mesti dipenuhi.

Seperti setiap anak kos akan didata. Termasuk dirimu diminta mengumpulkan salinan identitas diri mereka. Sering kali rumah yang difungsikan sebagai kos-kosan juga bakal dimintai tambahan iuran.

Misalnya, iuran sampah karena jumlah sampah dari rumahmu menjadi lebih banyak. Juga iuran sebagai bentuk kontribusi ekstra pemilik usaha untuk lingkungan. Ketua lingkungan juga akan mengumumkannya ke warga agar mereka tidak resah melihat sejumlah orang asing di rumahmu.

6. Menyediakan tempat parkir ekstra

ilustrasi anak kos (pexels.com/Mikael Blomkvist)
ilustrasi anak kos (pexels.com/Mikael Blomkvist)

Persoalan parkir juga kudu diantisipasi. Meski rumahmu dekat sekali dengan kampus, sebagian anak kos mungkin tetap membawa kendaraan pribadi. Garasi atau carport asli di rumahmu mesti direnovasi.

Daya tampungnya perlu diperbesar. Jangan sampai motor atau mobil anak kos mengganggu tetangga karena diparkir di sembarang tempat. Tempat parkir yang memadai juga menjaga keamanan kendaraan mereka.

Bila lahan di rumahmu terbatas, kamu mesti mengalah. Dirimu gak usah memiliki mobil pribadi. Biar garasi atau carport dapat dimaksimalkan untuk menampung kendaraan anak kos. Jangan sebaliknya, kamu melarang mereka bawa kendaraan pribadi. Nanti kos-kosanmu tak laku.

Meski penggabungan hunian pribadi dengan kos-kosan bisa menjadi investasi, pengelolaannya agak ribet. Kamu sebagai pemilik properti yang juga tinggal di situ jangan egois. Nanti antara dirimu dengan anak-anak kos kerap terjadi perselisihan yang bikin mereka gak betah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us