10 Hal yang Tak Terlupakan dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Setiap orang pasti memiliki kenangan yang tidak terlupakan mengenai lembaga pendidikannya masing-masing, termasuk saya. Saya juga memiliki banyak sekali kenangan mengenai kampus saya dulu, semuanya komplit, dari yang seru, asyik, tegang, sedih, bete sampe yang mau-maluin, semunya pernah saya alami selama beralmamater UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Berhubung saat ini banyak banget adik-adik saya yang lagi pada bingung buat nentuin kampus mereka, jadi saya ceritain nih tentang UIN, siapa tau ada yang penasaran dengan UIN dan mudah-mudahan bisa berjodoh dengan UIN, amiin. Berikut saya lampirkan beberapa pengalaman saya mengenai kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung, siapa tau dengan adanya tulisan ini, bisa mengurangi kegalauan adek-adek yang lagi nyari kampus nih. Check this out!
1. Dididik Langsung oleh Guru Besar (Prof. Ahmad Tafsir)

Tidak mudah menemukan kampus yang memfasilitasi mahasiswanya untuk dididik langsung oleh seorang profesor, mungkin karena keterbatasan profesor di kampus itu atau bisa juga karena disesuaikan dengan kemampuan mahasiswa sendiri yang kadang tidak mudah untuk mencerna penjelasan seorang profesor secara langsung. Lalu bagaimana rasanya jika kita dididik langsung oleh seorang profesor? Inilah yang saya rasakan ketika belajar di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Hal yang paling sulit dilupakan dari UIN SGD Bandung yaitu keikutsertaan guru besar untuk mendidik langsung mahasiswa sarjananya.
Pada saat itu, saya dididik langsung oleh seorang Profesor, yaitu Prof. Dr. Ahmad Tafsir, seorang guru besar filsafat di UIN SGD Bandung. Penjelasan Beliau yang paling berkesan yaitu ketika menjelaskan mengenai filsafat. Beliau menjelasakan filsafat dengan sangat menarik dan dengan kalimat yang mudah dicerna oleh kami calon mahasiswa sarjana (padahal gap pendidikan kami terlalu jauh dengan Beliau, logisnya keilmuan kami pun jauh, sehingga butuh pemahaman lebih untuk sekedar memahami apa yang Beliau ucapkan).
2. Gaya Belajar SerSan

Terkadang ada beberapa dosen yang menerapkan gaya belajar yang agak unik, misalnya kita diperbolehkan makan pada saat belajar. Atau ada juga dosen yang selalu menyisipkan humor-humor pada saat belajar. Selain itu, mayoritas dosen juga menyerahkan lebih dari 70% kelas kepada mahasiswanya pada saat perkuliahan.
3. Gorengan si Emak

Gorengan si Emak ini sangat dikenal oleh mahasiswa UIN SGD Bandung, terutama mahasiswa dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Selain harganya yang murah, si Emak juga orangnya baik dan gaul, sehingga kita merasa nyaman ketika jajan di warungnya.
4. Masjid Ikomah

Siapa sih yang nggak tau Masjid UIN atau yang dikenal dengan masjid IKOMAH? Semua mahasiswa UIN pasti tau, karena masjid IKOMAH merupakan pusatnya kegiatan Islami di UIN SGD Bandung. Setiap harinya pasti ramai, bukan hanya oleh orang yang beribadah saja, namun masjid itu juga sering diramaikan oleh mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas, kerja kelompok, kajian rutin keagamaan, serta berbagai kegiatan lainnya, seperti nongkrong, dan lain-lain.
5. Mahasiswa Thailand

Pada awalnya saya merasa semua yang kuliah di UIN itu teman-teman sebangsa dan setanah air, hingga tiba saatnya ketika saya mendengar seseorang berbicara namun dengan bahasa yang agak aneh (bahasa Melayu). Setelah ditelusuri, ternyata ada banyak mahasiswa yang berasal dari negara Tahiland. Bahkan mahasiswa Thailand itu memiliki asrama sendiri. Usut punya usut di Thailand agama Islam minoritas, dan kaum muslimin sendiri mendapatkan tekanan oleh pemerintahan di sana. Dampaknya mereka tidak leluasa untuk belajar agama, sehingga mereka pergi ke Indonesia untuk belajar agama.
6. Semua Mahasiswinya Berkerudung
Salah-satu efek positif dari citra UIN sebagai kampus berbasis Islami yaitu menuntut semua mahasiswinya untuk berkerudung. Jadi kalau temen-temen suatu saat main ke UIN, dijamin gak akan nemuin satu orangpun mahasiswi yang tidak menggunakan kerudung, berkeliaran di kampus.
7. Harus Hafal Juz 30

UIN juga punya kebijakan khusus buat mahasiswa tingkat akhir. Semua mahasiswa tingkat akhir tidak bisa menyelesaikan tugas akhir, bahkan belum bisa lulus dari UIN sebelum hafal Juz 30 (Juz Amma).
8. KKM

Program KKN atau kepanjangan dari Kuliah Kerja Nyata, merupakan salah satu program pembelajaran UIN yang sangat membantu. Di sini saya belajar bagaimana caranya mengabdi kepada masyarakat, bekerja tanpa bayaran, kebersamaan, serta pelajaran yang terpenting yaitu mendidik saya untuk lebih mandiri - percaya kepada kemampuan sendiri bahwa saya bisa, bisa untuk mengabdi, bisa untuk diandalkan, bisa untuk membuat perubahan, dan lain-lain.
9. PPL

Program PPL juga merupakan program yang sangat membantu saya untuk memiliki kepribadian serta mental yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Di program PPL ini saya dilatih untuk menjadi seorang guru yang langsung mengabdi ke sebuah sekolah, tanpa dibayar. Program ini sangat membantu saya untuk mendapatkan gambaran utuh, kelak ketika saya lulus dan bekerja sebagai seorang guru.
10. Diarahkan untuk Belajar Berwirausaha

Salah-satu program yang gencar dilaksanakan oleh UIN pada angkatan saya yaitu mengarahkan mahasiswanya untuk menjadi seorang pengusaha, ini dibuktikan dengan adanya mata kuliah khusus mengenai kewirausahaan. Walaupun hingga saat ini (setelah lulus), saya belum menjadi seorang pengusaha, namun ada hal penting yang saya dapatkan dari program ini, yaitu pembentukan karakter pribadi menjadi seorang visioner.