5 Alasan Kamu Selalu Lupa Rumus dan Cara Mengatasinya

- Hanya menghafal tanpa memahami konsep dasarnya
- Kurangnya latihan dan penerapan dalam soal
- Belajar terlalu banyak dalam waktu singkat
Apakah kamu sering lupa rumus padahal sudah beberapa kali dipelajari? Banyak pelajar dan bahkan mahasiswa mengalami kesulitan mengingat rumus, terutama jika materinya semakin kompleks. Padahal, rumus adalah kunci penting dalam menyelesaikan soal dengan tepat dan cepat. Lupa satu langkah saja bisa membuat jawaban melenceng jauh.
Masalah ini sebenarnya tidak selalu berkaitan dengan kecerdasan, tetapi bagaimana seseorang memproses dan menyimpan informasi dalam otak. Kesalahan umum terjadi bukan karena rumus itu sulit, tetapi karena cara belajar yang kurang tepat. Berikut lima alasan kenapa rumus sulit melekat di kepala dan bagaimana cara mengatasinya.
1. Hanya menghafal tanpa memahami konsep dasarnya

Salah satu alasan paling umum kenapa rumus mudah terlupakan adalah karena kamu hanya menghafal tanpa benar-benar memahami. Otak manusia lebih mudah menyimpan informasi yang memiliki makna atau koneksi dengan hal lain. Rumus yang dihafalkan begitu saja akan mudah hilang karena tidak ada pemahaman yang membuatnya menempel.
Solusi terbaik adalah memahami dari mana rumus itu berasal. Belajar konsep dasarnya akan membuat rumus terasa lebih logis dan mudah diingat. Banyak guru dan buku sekarang mulai menekankan pentingnya pemahaman daripada hafalan. Jika memungkinkan, cobalah cari asal-usul rumus atau tonton video penjelasan visual yang membahas logikanya.
2. Kurangnya latihan dan penerapan dalam soal

Rumus yang jarang dipakai akan cepat menghilang dari ingatan. Banyak orang merasa sudah paham setelah sekali membaca atau menghafal, lalu tidak mengulangnya lagi. Padahal, proses memindahkan informasi dari memori jangka pendek ke jangka panjang membutuhkan pengulangan secara aktif. Tanpa latihan soal atau pengaplikasian, rumus hanya akan bertahan sementara lalu hilang.
Latihan mengerjakan soal akan membuat rumus semakin melekat di ingatan. Mulai dengan mengerjakan soal yang mudah lalu bertahap ke soal yang lebih kompleks. Konsistensi jauh lebih penting dibanding durasi belajar. Dengan menggunakannya secara berulang, otak akan mengenali pola dan menyimpannya secara permanen.
3. Belajar terlalu banyak dalam waktu singkat

Saat menjelang ujian, banyak orang melakukan sistem kebut semalam dengan menghafal beberapa rumus sekaligus. Sayangnya, otak tidak bekerja layaknya flashdisk yang bisa menyimpan data secara instan. Informasi yang masuk secara berlebihan dalam waktu singkat akan tumpang tindih, sehingga banyak yang malah terlupakan atau tertukar. Ini dikenal dengan istilah “cognitive overload”.
Solusinya adalah belajar dengan teknik spaced repetition atau pengulangan yang diberi jeda. Belajar dalam sesi singkat tapi terjadwal membuat otak lebih mudah menyerap dan menguatkan ingatan. Selain itu, fokus pada satu topik atau satu jenis rumus per sesi belajar akan membantu memperjelas pemahaman tanpa harus bersaing dengan topik lain yang belum matang.
4. Tidak mengaitkan rumus dengan visual, pola, atau aplikasi nyata

Otak manusia sangat responsif terhadap gambar dan cerita. Rumus matematika yang hanya ditulis sebagai simbol akan sulit menempel jika tidak dikaitkan dengan sesuatu yang nyata. Misalnya, rumus volume tabung bisa lebih mudah diingat jika dibayangkan sebagai bentuk kaleng minuman, atau rumus kecepatan sebagai analogi balapan mobil. Tanpa visualisasi atau konteks nyata, rumus akan lebih mudah dilupakan.
Mengaitkan rumus dengan visual, analogi kehidupan sehari-hari, atau bahkan cerita dapat memperkuat koneksi otak terhadap informasi tersebut. Beberapa orang juga terbantu dengan menggunakan warna berbeda pada setiap bagian rumus saat mencatat, atau membuat diagram sendiri. Cara ini bukan hanya membuat belajar lebih menyenangkan, tapi juga membuat ingatan jadi lebih kuat dan bertahan lebih lama.
5. Tidak menggunakan gaya belajar yang sesuai

Setiap orang punya gaya belajar yang berbeda. Ada yang lebih mudah memahami lewat gambar (visual), ada yang lebih cepat paham lewat mendengar (auditori), dan ada pula yang perlu menyentuh atau melakukan langsung (kinestetik). Belajar rumus tanpa mengenali gaya belajar pribadi membuat kita kurang efektif dalam memahami dan menghafal.
Jika lebih suka mendengar, cobalah dengarkan penjelasan rumus lewat teman atau video edukatif. Jika lebih visual, gunakan mind map atau gambar sederhana. Sementara bagi yang kinestetik, membuat rumus dengan tangan sendiri atau mengajarkan ulang pada orang lain bisa sangat membantu. Menemukan metode yang cocok akan membuat belajar terasa lebih ringan dan hasilnya lebih tahan lama.
Melupakan rumus bukanlah berarti kamu kurang pintar, melainkan tanda bahwa cara belajar kamu masih perlu diperbaiki. Dengan mengenali kelima tanda diatas, kamu bisa mengubah metode belajarmu. Memahami, mengulang, dan mengaitkan dengan hal yang mudah diingat bisa membantu kamu dalam menghafal rumus.
Sumber:
https://www.narayanacoachingcenters.in/blog/11-quick-methods-to-memorize-all-the-formulas-of-science-mathematics/
https://alexandertutoring.com/math-physics-resources/study-tips/how-to-memorize-math-formulas/
https://www.indiatoday.in/education-today/featurephilia/story/8-ways-to-memorise-math-formulas-in-easy-way-1890744-2021-12-22
https://www.effortlessmath.com/blog/effective-strategies-for-learning-and-memorizing-math-formulas/