- Menyediakan media visual berupa video dari proyeksi layar yang menggambarkan kisah para nabi agar dapat siswa lebih paham.
- Mengajak siswa bermain sambil belajar dengan membentuk kelompok kecil, kemudian menjawab kuis menggunakan kartu bergambar berisi soal dan perintah.
- Memberikan ruang bagi siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka agar lebih aktif dan menikmati proses pembelajaran.
3 Contoh Studi Kasus PPG PAI 2025, Bisa Jadi Referensi!

- Studi kasus PPG PAI 2025 merupakan tahapan penting dalam UKPPPG 2025
- Format studi kasus dibagi menjadi empat pertanyaan pokok dengan batas waktu 30 menit
- Contoh studi kasus PPG PAI 2025 memberikan solusi terhadap permasalahan pembelajaran PAI di sekolah
Studi kasus Pendidikan Profesi Guru (PPG) merupakan salah satu tahapan penting dalam Uji Kompetensi Peserta Pendidikan Profesi Guru (UKPPPG) 2025. Dalam ujian tersebut, para guru diminta untuk menganalisis permasalahan sesuai dengan studi kasus yang diberikan serta menyusun solusi relevan dengan pembelajaran.
Adapun format studi kasus PPG 2025 dibagi menjadi empat pertanyaan pokok, yakni "Permasalahan apa yang kamu hadapi?", "Bagaimana upaya kamu untuk menyelesaikannya?", "Apa hasil dari upaya kamu tersebut?", dan "Pengalaman berharga apa yang bisa kamu petik ketika menyelesaikan permasalahan tersebut?". Para peserta hanya diberi waktu 30 menit untuk menyelesaikan studi kasus dengan batas maksimal 500 kata.
Nah, sebagai tambahan referensi sekaligus bahan belajar, berikut beberapa contoh studi kasus PPG 2025 untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang sudah IDN Times rangkum dari berbagai sumber. Simak, yuk!
1. Contoh studi kasus PPG PAI 2025 bagian 1

Permasalahan apa yang pernah dihadapi?
Dalam proses pembelajaran PAI di kelas II SDN Sukamaju, saya menemukan bahwa media pembelajaran yang digunakan masih sangat terbatas dan kurang menarik bagi para siswa. Media pembelajaran yang terbatas hanya berupa buku paket dan papan tulis tanpa adanya alat bantu visual atau media interaktif lainnya bisa membuat para siswa cepat bosan.
Tak hanya itu, para siswa pun menjadi kurang aktif dan bersemangat lantaran tidak memahami materi yang disampaikan, terutama ketika membahas tentang materi kisah para nabi. Akibatnya, nilai mata pelajaran PAI mereka banyak yang kurang memuaskan.
Bagaimana upaya untuk menyelesaikannya?
Guna mengatasi masalah tersebut, saya memilih untuk menerapkan media pembelajaran berbasis visual dan audio interaktif melalui pendekatan pembelajaran yang berfokus pada siswa. Adapun strategi yang akan saya terapkan, di antaranya:
Apa hasil dari upaya tersebut?
Adapun keberhasilan intervensi ini saya ukur dengan beberapa metode, antara lain:
- Evaluasi kognitif: Hasil post-test menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pemahaman para siswa. Sebanyak 22 dari 28 siswa memperoleh nilai di atas KKM, meningkat dari 13 siswa pada pre-test.
- Keterlibatan siswa: Melalui observasi terlihat siswa lebih bersemangat dan aktif bertanya.
- Umpan balik siswa dan guru: Siswa merasa mengikuti pembelajaran materi ini menjadi lebih menyenangkan dan mudah dipahami.
- Hasil karya siswa: Siswa mampu memahai kisah para nabi dan mengambil hikmah dari kisah tersebut dengan penuh percaya diri.
Pengalaman berharga apa yang dapat dipetik dari penyelesaian permasalahan tersebut?
Pengalaman ini memberikan pelajaran berharga bahwa media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik sisa dapat membantu meningkatkan minat, pemahaman, dan keterlibatan mereka dalam proses belajar. Selain itu, saya juga menemukan bahwa siswa dapat belajar lebih baik melalui pendekatan yang interaktif dan menyenangkan. Dalam hal ini, media bukan hanya alat bantu, melainkan juga aspek penting yang wajib bagi guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi pembelajaran PAI yang bermakna kepada para siswa.
2. Contoh studi kasus PPG PAI 2025 bagian 2

Permasalahan apa yang pernah dihadapi?
Dalam pembelajaran PAI di kelas II SDN Mekarsari, saya menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk mendukung kegiatan belajar. Namun, usai menerapkannya beberapa kali, saya menemukan masalah yang cukup serius, yaitu banyak siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan dalam LKPD tersebut.
Format LKPD yang dipenuhi dengan teks panjang dan intruksi yang sulit dipahami membuat banyak siswa kebingungan serta cepat bosan. Akibtanya, tujuan pembelajaran tidak tercapai secara maksimal dan proses penilaiannya pun menjadi kurang memuaskan karena jawaban siswa yang tidak sesuai harapan.
Bagaimana upaya untuk menyelesaikannya?
Sebagai upaya mengatasi masalah ini, ada beberapa langkah yang saya ambil:
- Redesain LKPD: Menyusun LKPD dengan memakai kalimat yang lebih sederhana, jelas, dan mudah dipahami siswa SD kelas II.
- Penambahan ilustrasi dan warna: Agar siswa lebih fokus dan mampu menjawab setiap soal dengan benar, saya menambahkan gambar pendukung misalnya tulisan kaligrafi berwarna menarik.
- Integrasi aktivitas berbasis permainan: Saya melengkapi LKPD dengan aktivitas mewarnai, tabel isian yang lebih interaktif, dan teka-teki sederhana agar siswa lebih semangat dalam mengerjakan soal.
- Uji coba bertahap: Sebelum diterapkan di kelas, saya melakukan uji coba bertahap terlebih dahulu ke beberapa siswa untuk mengetahui apakah metode yang saya terapkan berhasil atau tidak.
Apa hasil dari upaya tersebut?
Setelah LKPD diperbarui, siswa mulai menunjukkan peningkatan dalam proses menjawab soal. Mereka menjadi lebih semangat karena menganggap lembar kerja sebagai permainan teka-teki.
Tak hanya itu, penyelesaian tugas pun menjadi lebih efektif dan jawaban yang diberikan tepat sasaran. Hal ini membuat guru lebih mudah dalam melakukan penilaian serta siswa memperoleh hasil yang memuaskan.
Pengalaman berharga apa yang dapat dipetik dari penyelesaian permasalahan tersebut?
Saya menyadari bahwa LKPD bukan sekadar kumpulan soal, melainkan media belajar yang dapat mendorong siswa untuk berpikir kreatif. Oleh sebab itu, LKPD harus didesain sebaik mungkin dan sesuai dengan karakteristik siswa. Hal ini bertujuan agar mereka mampu memahami intruksi soal yang diberikan dan menjawab pertanyaan dengan benar.
3. Contoh studi kasus PPG PAI 2025 bagian 3

Permasalahan apa yang pernah dihadapi?
Dalam proses pembelajaran PAI kelas V di SDN Jatimekar, saya menghadapi tantangan rendahnya minat dan partisipasi siswa terutama dalam menyampaikan materi tentang surah-surah pendek dan maknanya dalam Al-Qur’an. Saya melihat siswa kurang bersemangat dan cenderung pasif selama pembelajaran.
Kondisi tersebut tidak hanya berdampak pada rendahnya nilai mata pelajaran mereka, tetapi juga minat belajar mereka. Penjelasan materi yang monoton menjadi penyebab utama kurangnya keterlibatan siswa.
Bagaimana upaya untuk menyelesaikannya?
Untuk mengatasi masalah tersebut, saya menerapkan pendekatan kontekstual dan pembelajaran berbasis nilai. Materi dikaitkan dengan situasi nyata yang relevan dengan kehidupan siswa, seperti penerapan nilai positif yang terkandung dalam surah di Al-Qur’an.
Tak sampai di situ, saya pun melibatkan siswa dalam diskusi kelompok, kuis kelompok, dan praktik berupa hafalan surah-surah pendek. Pendekatan ini bisa menciptakan suasana belajar yang lebih interaktif dan bermakna.
Apa hasil dari upaya tersebut?
Pendekatan tersebut memberikan perubahan positif. Siswa menjadi lebih memahami materi yang disampaikan dan aktif bertanya. Mereka juga mampu menghafal surah-surah pendek sekaligus memberikan contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan isi kandungan surah tersebut.
Hasil evaluasi formatif menunjukkan peningkatan materi PAI. Beberapa siswa yang awalnya pasif, kini menunjukkan inisiatif belajar lebih lanjut. Dengan begitu, suasana kelas menjadi lebih dinamis dan siswa bisa berkembang secara utuh.
Pengalaman berharga apa yang dapat dipetik dari penyelesaian permasalahan tersebut?
Pengalaman ini memberi banyak pelajaran penting untuk saya, yaitu dalam pembelajaran PAI, guru tidak hanya menyampaikan materi dan membuat soal untuk dikerjakan, tetapi juga menciptakan suasana belajar yang lebih interaktif bagi para siswa. Pendekatan kontekstual dan berbasis nilai dapat membantu meningkatkan pemahaman sekaligus membentuk karakter siswa. Dengan begitu, guru tidak hanya menjadi penyampai materi, tetapi juga fasilitator yang dapat menciptakan suasana belajar yang bermakna.
Itulah tiga contoh studi kasus PPG PAI 2025 yang bisa kamu jadikan referensi. Semoga membantu, ya!