Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Kata Bahasa Indonesia yang Alami Penyempitan Makna

ilustrasi membaca buku (pexels.com/Rahul Shah)

Penyimpatan makna merupakan salah satu jenis perubahan makna yang terjadi dalam bahasa Indonesia. Penyempitan makna adalah gejala perubahan makna kata dari yang semulanya bermakna umum menjadi bermakna lebih spesifik (khusus).

Artinya, suatu kata memiliki cakupan makna yang lebih sempit dibanding makna lamanya. Penyempitan makna ini juga disebut sebagai proses spesialisasi. Lantas, kata-kata apa saja yang mengalami penyempitan makan ini?

1. Sarjana

ilustrasi perayaan kelulusan (unsplash.com/RUT MIIT)

Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata sarjana? Tentunya kamu akan langsung membayangkan seseorang yang telah lulus dari perguruan tinggi.

Namun, tahukah kamu bahwa mulanya kata sarjana bukan bermakna demikian. Dahulu, kata sarjana berarti 'cendekiawan'. Kata tersebut kemudian mengalami penyempitan makna menjadi gelar strata satu yang dicapai oleh seseorang yang telah menamatkan pendidikan di perguruan tinggi, sebagaimana yang kita ketahui sekarang.

2. Pembantu

ilustrasi orang memasak (unsplash.com/Conscious Design)

Kata pembantu ternyata mengalami proses spesialisasi juga, lho. Saat ini, kita menggunakan kata pembantu sebagai sebutan lain dari asisten rumah tangga. Namun, kata tersebut mulanya tidak bermakna seperti itu, melainkan lebih umum lagi.

Dahulu kata pembantu berarti 'orang yang memberikan bantuan', siapa pun itu, tidak terbatas hanya pada orang yang membantu pekerjaan rumah tangga dan diberi upah. Mulanya kata pembantu memiliki makna yang sama seperti penolong. Saat ini, kata pembantu mengalami penyempitan makna menjadi pramuwisma.

3. Sastra

ilustrasi membaca buku (unsplash.com/Nathan Dumlao)

Saat ini, kita mengenal sastra sebagai karya seni bahasa. Misalnya, saat berbicara tentang sastra rakyat, berarti kita membicarakan tentang kategori sastra yang mencakup lagu rakyat, balada, dongeng, legenda, peribahasa, teka-teki, dan lain sebagainya. Apa pun yang termasuk tradisi lisan.

Namun, mulanya makna sastra tidak hanya terbatas pada karya seni bahasa saja. Sebab, dulu kata sastra memiliki makna umum 'tulisan'. Sebelum akhirnya dipersempit menjadi 'sebuah karya tulis yang mengandung nilai estetis serta mengandung unsur-unsur tertentu di dalamnya'.

4. Penulis

ilustrasi orang menulis (unsplash.com/lilartsy)

Siapa pun yang sedang menulis, maka ia dapat disebut sebagai penulis. Namun, makna tersebut umumnya tidak berlaku lagi dalam komunikasi masyarakat luas saat ini. Sebab, kata penulis telah mengalami penyempitan makna.

Di masa sekarang, masyarakat menggunakan kata penulis sebagai sebutan bagi orang yang berprofesi sebagai pengarang, yakni orang yang mengarang buku, cerita, berita, dan lain sebagainya. Misalnya Tere Liye, ia dikatakan sebagai penulis karena telah menerbitkan banyak karya tulis, yaitu novel.

5. Kembang

ilustrasi bunga yang mekar (unsplash.com/Sergey Shmidt)

Masyarakat biasanya menggunakan kata kembang sebagai sebutan lain dari kata bunga. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V, bunga berarti 'bagian tumbuhan yang akan menjadi buah, biasanya elok warnanya dan harum baunya'. Namun, mulanya kata kembang tidak merujuk pada bunga.

Dahulu, kata kembang berarti mekar dan tidak hanya mengacu pada bunga. Misalnya, dalam konteks kalimat "adonan roti ini telah mekar". Dalam konteks kalimat tersebut, kata mekar diartikan, bahwa adonan roti berkembang (menjadi besar).

6. Guru

ilustrasi guru mengajar (unsplash.com/Tra Nguyen)

Apa yang terlintas di benakmu saat mendengar kata guru? Tentunya kamu akan langsung membayangkan seseorang yang mengajar di lembaga pendidikan formal.

Mulanya, kata guru tidak hanya merujuk pada orang yang mengajar di lembaga pendidikan formal. Kata guru dahulu berarti 'orang yang memberikan ilmu atau telah mengajarkan kita mengenai suatu hal'. Jadi, siapa pun yang telah memberikan ilmu kepada seseorang (tanpa memandang latar belakang personal), ia bisa disebut sebagai guru. Namun, kini makna guru mengalami proses spesialisasi menjadi orang yang berprofesi mengajar di lembaga pendidikan formal.

Penyempitan makna terjadi karena menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan zaman. Jadi, penyebutan kata-kata yang mengalami spesialisasi hanya berlaku dalam konteks masa kini karena memiliki makna yang lebih khusus dibanding makna asalnya (makna pada masa dahulu).

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ines Sela Melia
EditorInes Sela Melia
Follow Us