Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[MADING] Pilah Sampahmu, Jangan Hanya Jadi Pajangan Bisu!

Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025
Graphoria Whimsy - SMK Negeri 41 Jakarta

Perkenalkan, Kami Graphoria Whimsy dari SMK Negeri 41 Jakarta. Kami percaya, setiap ide kecil bisa tumbuh menjadi perubahan besar. Dengan semangat yang sama, kami merangkai gambar, warna, dan cerita agar tak sekadar indah dipandang, tapi juga membawa pesan yang bermakna. Inilah langkah kami, sederhana namun penuh keyakinan, untuk menunjukkan bahwa karya adalah cermin dari tekad bersama. Kami berusaha untuk membawa perubahan mulai dari hal yang paling kecil. Maka dari itu, kami persembahkan sebuah ide yang di bungkus dengan karya mading yang berjudul "Pilah Sampahmu, Jangan Hanya Jadi Pajangan Bisu!"

Graphoria Whimsy
Pembina: Muhammad Yusuf Priyadi

Ketua: Alzaki Sasi Afitko

Anggota

Najwa Michaelia

Rabyan Aurelia

Dengan adanya mading ini kami harap dapat membangkitkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memililah sampah kita.

Karya ini dibuat untuk keperluan Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025. Mading ini ditampilkan apa adanya tanpa proses penyuntingan dari redaksi IDN Times.

Esai: Latar Belakang

Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025
Graphoria Whimsy - SMK Negeri 41 Jakarta

Sampah, sebuah isu yang tak kunjung usai, bagai bom waktu yang terus berdetak. Di tengah panorama alam yang membius mata, kita tak sadar telah menjadikan negeri ini galeri seni kontemporer terbesar. Kita berbicara tentang kemajuan, namun tidak mempunyai keinginan untuk maju. Pemerintah pun turut serta dengan menyediakan wadah sampah berwarna-warni: hijau untuk Organik, kuning untuk Anorganik, dan merah untuk B3. Namun jika kita melihat sekitar, berapa banyak yang berfungsi sebagaimana mestinya? sampah yang katanya akan didaur ulang biasanya dicampur dalam satu truk sampah yang sama, dalam konteks ini daur ulang hanya sekedar simbolis saja.

Saat ini Indonesia sedang darurat sampah, berdasarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan jumlah timbunan sampah mencapai 31,9 juta ton, di antaranya yang sering kita temui yaitu sampah plastik, notabenya sulit terurai. Salah satu penyumbang sampah terbesar berada di sekolah yang seharusnya menjadi pusat edukasi. Kertas menumpuk, plastik jajanan kantin, sampai sisa makanan yang dibuang. Bayangkan satu siswa bisa menghasilkan 3 atau lebih sampah plastic hanaya dalam sehari. Jika ada 200 siswa, berarti terkumpul 500 lebih plaastik sekali pakai. Ironisnya, banyak yang tak tahu atau tak acuh bagaimana cara memilahnya.

Sebagian orang berpikir siswa malas, namun akar lebih dalam karena sistemnya tidak berjalan efektif. biasanya edukasi hanya sampai di lomba poster atau presentasi tugas sekolah, bank sampah yang terbengkalai. Banyak pula siswa bahkan tidak tahu perbedaan dari ketiga warna tempat sampah tersebut. Hasilnya praktik daur ulang hanya menjadi slogan tanpa asli nyata. Tak sedikit sekolah yang sudah menyiapkan fasilitas yang memadai, tapi kesadaran tak kunjung tumbuh.

Banyak program yang bersifat seremonial, siswa dituntut membuat poster edukasi daur ulang sampah tapi jarang dilabatkan secara langsung. Tempat sampah warna warni tersebar, tapi tak ada yang mengawasi. Bahkan petugas kebersihan sering menggabungkan semuanya kembali, akhirnya sampah yang dipisah itu tercampur lagi. Itulah penyebab sistem  daur ulang di sekolah sering gagal.

Tak semua gagal, ada beberapa sekolah yang berhasil membuktikan bahwa perubahan itu bisa berhasil. Contohnya di SMPN 5 Yogyakarta mengelola sampah secara mandiri berupa pemilahan sampah dan penggunaan mesin incinerator dengan teknologi carbonizer yang tidak menimbulkan emisi seperti dioxin, furan maupun sulfur dioksida ke lingkungan. Sudah tahun kedua untuk pengelolahan sampah itu, mereka juga memiliki garda Zetra Pawitikra

Esai: Kesimpulan

Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025
Graphoria Whimsy - SMK Negeri 41 Jakarta

Dengan tema “Muda Beraksi! Selamatkan Bumi Lewat Edukasi dan Teknologi” mengingatkan kita bukan objek, melainkan subjek utama perubahan. Mengandalkan fasilitas seperti tempat sampah berwarna-warni saja tidak cukup. Masalah utamanya bukan pada fasilitas, mainkan pada konsistensi, berinovasi, dan pola pikir. Tempat sampah bisa disediakan, tapi kesadaran harus ditumbuhkan.

Bayangkan jika kita terbiasa memilah sejak sekolah dasar, membawa wadah sendiri untuk makan dan minum, sisa makanan dijadikan pupuk, dan plastik sampah bisa dibuat menjadi kerajinan. Dibantu dengan teknologi canggih, kita bisa membuat video edukuasi sebagai acuan untuk sekolah lain.

Kita harus menjadi contoh untuk yang lain, menelola sampah bukan tugas tamnahan, tapi bagian hidup yang harus dibiasakan. Lucu rasanya melihat deretan sampah warna-warni, semesntara isinya tercampur aduk. Selama kita tidak memulai langkah ini, daur ulang hanya akan jadi dekorasi berdebu. Sebab, masa depan bumi ditentukan oleh Langkah kecil yang selalu kita ulang setiap hari

 

Infografik: “Muda Beraksi! Selamatkan Bumi lewat Edukasi dan Teknologi”

Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025
Graphoria Whimsy - SMK Negeri 41 Jakarta

Pada realitanya darurat sampah di sekolah membuat kami ingin mengajak kalian semua untuk berubah. Dengan data bahwa Indonesia menghasilkan 31,9 juta ton sampah per tahun dan satu siswa bisa membuang hingga 3 plastik sekali pakai per hari, terbayang kan betapa pentingnya pilah sampah sejak dini? Warna-warni tempat sampah yang sering hanya jadi pajangan divisualisasikan kontras dengan harapan: sistem pemilahan yang benar, edukasi kreatif, dan konsistensi bersama. Lewat karya ini, kami ingin menegaskan bahwa perubahan bukan sekadar slogan, melainkan aksi nyata yang dimulai dari langkah sederhanamemilah sampah di sekolah.

Rubrik Diskusi: Powering the Green Future by Pertamina

Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025
Graphoria Whimsy - SMK Negeri 41 Jakarta

Rubrik diskusi infografis dengan tema: Powering the Green Future with Pertamina mempertegas masalah besar sampah di Indonesia yang mencapai 31,9 juta ton per tahun serta pentingnya pengelolahan yang tepat. Melalui program Energizing Green Future, Pertamina menggerakan sekolah dan masyarakat untuk memilah serta mengelolah sampah organik menjadi biogas dan kompos, serta memanfaatkan plastik bekas menjadi kerajinan. upaya yang dilakukan tidak hanya mengurangi tumpukan sampah, tetapi juga menekan emisi karbon sehingga energi bersih dan masa hijau yang nyata dapat tercipta.

Foto Bercerita: Denyut Di Balik Karya

Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025
Graphoria Whimsy - SMK Negeri 41 Jakarta

Inilah kisah tentang perjuangan yang jarang terlihat mata. Ia lahir dari letih yang dipendam, dari malam-malam panjang yang diisi goresan, tumpukan ide yang diperdebatkan, hingga kegagalan yang berulang kali dirangkai kembali. Setiap langkahnya bukan sekadar proses, tapi denyut kehidupan yang menegaskan bahwa sebuah karya tidak pernah hadir secara instan. Kami merakit mading ini dengan penuh kehati-hatian dan perhitungan. Berikut adalah proses kami menumbuhkan ide yang telah kami pupuk sejak awal.

Foto Bercerita: Denyut Di Balik Karya

Kompetisi Mading Digital IDN Times Xplore 2025
Graphoria Whimsy - SMK Negeri 41 Jakarta
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us

Latest in Life

See More

Jobdesk Hacker Etis, Peretas Baik yang Bekerja Secara Legal

17 Sep 2025, 17:23 WIBLife