8 Pakaian Adat Khas Sulawesi Utara, Unik dan Bermakna

Indonesia kaya akan budaya, tradisi, serta adat istiadat dari para leluhur dan terus dilestarikan hingga sekarang. Salah satunya adalah Sulawesi Utara. Sulawesi Utara memiliki kekayaan adat istiadat dan tradisi dari para leluhur. Bentuk nyata adanya adat dan tradisi tersebut adalah pakaian adat.
Melansir dari sulut.bpk.go.id, Sulawesi Utara merupakan wilayah yang terdiri dari beberapa suku yaitu Minahasa, Sangir, Mongondow, Gorontalo, dan Tionghoa. Penasaran dengan pakaian-pakaian adat dari suku-suku tersebut? Yuk, simak artikel berikut ini!
1. Laku Tepu

Laku Tepu merupakan pakaian adat dari suku Sangir atau Sangihe Talaud. Laku Tepu memiliki ciri khas yaitu baju berlengan panjang dan memiliki untaian. Laku Tepu umumnya digunakan bersama dengan beberapa aksesori seperti popehe (ikat pinggang), bandang (selendang), paporong (penutup kepala), dan kahiwu (rok berumbai).
Pada zaman dahulu, Laku Tepu dibuat dari serat kofo, yaitu serat yang berasal dari tanaman pisang yang ditenun dan dijahit. Laku Tepu biasanya memiliki warna yang cerah mencolok. Umumnya, warna baju Laku Tepu berbeda karena mencerminkan tingkat kelas sosialnya. Misalnya adalah kuning untuk sesepuh adat dan hijau untuk istri pejabat.
2. Pakaian adat Bolaang Mongondow

Suka Mongondow memiliki pakaian adat khas yang terbuat dari kulit kayu atau pelepah nanas. Serat ini disebut dengan lanut. Kemudian, lanut ditenun hingga menjadi kain.
Pakaian adat perempuan berbentuk kebaya dan kain. Sedangkan untuk laki-laki, memiliki baju yang disebut dengan baniang. Baniang ini dikenakan bersama celana dan sarung.
3. Tonaas dan Walian Wangko

Tonaas Wangko memiliki bentuk pakaian yang berlengan panjang dengan kerah tinggi dan berkancing tanpa saku. Bagian dada memiliki hiasan dengan motif padi yang menjuntai dari leher hingga ujung bagian depan.
Umumnya, pakaian Tonaas Wangko berwarna hitam dan memiliki motif berwarna emas. Tonaas Wangko dipakai bersamaan dengan topi warna merah yang memiliki motif kuning.
Sedangkan untuk pakaian perempuan, Tonaas Wangko berupa kebaya panjang berwarna putih atau ungu. Bagian bawahnya menggunakan kain sarung batik berwarna hitam dan aksesori seperti selempang dan topi mahkota.
Sementara Walian Wangko merupakan kemeja yang menyerupai jubah atau gamis berwarna putih yang dihiasi corak bunga padi. Biasanya, Tonaas dan Walian Wangko hanya dipakai oleh para pemuka adat.
4. Baju Karai dan Wuyang

Baju Karai merupakan pakaian adat yang berasal dari suku Minahasa yang juga mendapatkan pengaruh dari budaya bangsa Spanyol pada saat zaman penjajahan dahulu. Karai merupakan pakaian yang terbuat dari bahan ijuk. Baju karai dikenakan oleh laki-laki.
Perempuannya menggunakan baju Wuyang. Wuyang memiliki bentuk mirip dengan kebaya yang terbuat dari kulit kayu. Di atas baju Wuyang biasanya dikenakan pasalongan rinegetan, baju yang mirip dengan blus atau gaun.
5. Makuta dan Biliu

Pakaian yang berasal dari Gorontalo ini, berupa kebaya tanpa motif yang dikenakan bersama sarung. Untuk perempuan menggunakan pakaian Biliu yang memiliki warna hijau atau kuning. Baju ini juga dilengkapi dengan aksesori berupa perhiasan seperti gelang, kalung, serta ikat kepala Baya Lo Boute.
Sedangkan untuk laki-laki menggunakan baju Makuta. Baju berlengan pendek yang dipakai dengan aksesori tudung Makuta. Pakaian ini digunakan saat berlangsungnya acara pernikahan.
6. Minahasa Bajang

Pakaian Minahasa Bajang terdiri dari bawahan yang berupa sarung untuk laki-laki. Pakaian ini digunakan bersama dengan dasi dan destar penutup kepala berupa kain segitiga.
Perempuan menggunakan kebaya dan bawahan kain Yapon. Baju adat Minahasa Bajang umumnya dikenakan saat upacara adat atau acara formal.
7. Kohongian

Kohongian merupakan pakaian adat yang sakral dan tidak bisa dipakai oleh sembarang orang. Pada zaman dahulu, pakaian adat Kohongian hanya boleh digunakan oleh kaum bangsawan dan satu tingkat di bawahnya pada acara pernikahan.
Namun, pada saat ini, Kohongian dapat digunakan oleh semua orang tanpa memandang status sosialnya. Hal ini karena sudah jarang orang yang masih menganggap adanya kasta.
8. Pakaian Simpal

Simpal merupakan pakaian yang berupa baju dan celana yang umumnya berwarna hitam serta memiliki motif emas yang digunakan untuk laki-laki. Sedangkan untuk perempuan, menggunakan baju terusan yang dikenakan bersama dengan kain songket.
Sama seperti Kohongian, pakaian adat Simpal merupakan busana pengantin Sulawesi Utara. Pada zaman dahulu hanya boleh dikenakan oleh golongan pendamping pemerintah di kerajaan.
Demikian informasi mengenai pakaian adat Sulawesi Utara. Pakaian-pakaian adat merupakan bentuk pelestarian budaya dan leluhur yang harus kita jaga.