Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Perbedaan Ekspektasi Pendidikan Antara Anak dan Orangtua

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Annushka Ahuja)
Intinya sih...
  • Pendidikan sebagai sumber konflik dalam keluarga karena perbedaan ekspektasi antara anak dan orangtua.
  • Perbedaan ekspektasi umum tentang pendidikan antara anak dan orangtua yang sering terjadi.
  • Komunikasi yang terbuka dan saling menghormati diperlukan untuk menjembatani perbedaan ini.

Pendidikan selalu menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan keluarga. Namun, sering kali terdapat perbedaan ekspektasi antara anak dan orangtua mengenai bagaimana pendidikan seharusnya dijalani.

Orangtua biasanya memiliki pandangan berdasarkan pengalaman hidup mereka, sementara anak-anak lebih dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan tren terkini. Perbedaan ini tidak jarang menjadi sumber konflik dalam hubungan keluarga.

Anak mungkin merasa bahwa orangtua memiliki harapan yang terlalu tinggi atau tidak realistis, sementara orangtua merasa bahwa anak tidak cukup serius dalam menghargai pendidikan. Oleh karena itu, komunikasi yang baik diperlukan untuk menjembatani perbedaan ini.

Berikut adalah beberapa perbedaan ekspektasi umum tentang pendidikan antara anak dan orangtua yang sering terjadi.

1. Pilihan jurusan atau bidang studi

Orangtua dan anak perempuannya (pexels.com/Julia M Cameron)

Orangtua cenderung menginginkan anak memilih jurusan yang dianggap memiliki prospek karier yang baik, seperti kedokteran, teknik, atau hukum. Mereka sering kali mendasarkan harapan ini pada stabilitas finansial yang dihasilkan dari profesi-profesi tersebut.

Sebaliknya, anak mungkin memiliki minat pada bidang yang kurang konvensional, seperti seni, musik, atau desain. Mereka sering merasa bahwa kebebasan untuk mengejar passion adalah kunci kebahagiaan dan kesuksesan. Perbedaan pandangan ini dapat menjadi sumber ketegangan jika tidak dikelola dengan baik.

2. Tingkat pendidikan yang diharapkan

ibu dan anak laki-lakinya (pexels.com/Anastasia Shuraeva)

Banyak orangtua berharap anak-anak mereka meraih pendidikan hingga tingkat yang tertinggi, seperti gelar sarjana atau bahkan pascasarjana. Bagi mereka, pendidikan tinggi adalah simbol keberhasilan dan cara untuk membuka lebih banyak peluang dalam hidup. Ekspektasi ini sering kali muncul dari keinginan untuk melihat anak mencapai sesuatu yang lebih baik daripada apa yang mereka capai.

Di sisi lain, anak mungkin merasa bahwa pendidikan formal tidak selalu menjadi jalan satu-satunya untuk sukses. Beberapa anak lebih tertarik pada kursus singkat atau pelatihan praktis yang langsung relevan dengan karier impian mereka. Ini bisa menimbulkan perdebatan antara nilai-nilai tradisional dan pendekatan modern terhadap pendidikan.

3. Metode belajar yang dianggap efektif

ilustrasi ibu dan anak perempuan (pexels.com/Karolina Kaboompics)

Orangtua yang tumbuh di era sebelum teknologi digital sering kali menganggap metode belajar tradisional, seperti membaca buku teks dan mendengarkan guru, sebagai cara paling efektif. Mereka mungkin merasa skeptis terhadap penggunaan teknologi seperti video pembelajaran atau aplikasi edukasi.

Sebaliknya, anak yang lahir di era digital kebanyakan lebih terbiasa dengan metode belajar berbasis teknologi. Mereka merasa lebih nyaman belajar melalui video, podcast, atau platform online. Perbedaan ini bisa menjadi tantangan ketika orangtua merasa bahwa anak tidak "belajar dengan cara yang benar".

4. Tekanan untuk mendapatkan nilai tinggi

ilustrasi ibu dan anak perempuan (pexels.com/Karolina Kaboompics)

Orangtua sering kali menekankan pentingnya mendapatkan nilai tinggi sebagai indikator keberhasilan akademik. Mereka mungkin merasa bahwa nilai tinggi adalah jaminan untuk masuk ke universitas terbaik atau mendapatkan pekerjaan bergengsi di masa depan.

Namun, anak-anak cenderung lebih menghargai proses belajar daripada hasil akhir. Bagi mereka, tekanan untuk mendapatkan nilai tinggi bisa terasa melelahkan dan bahkan merusak semangat belajar. Hal ini bisa memengaruhi kesehatan mental mereka jika ekspektasi orangtua terlalu tinggi.

5. Peran pendidikan dalam kehidupan

ilustrasi ayah dan anak remajanya (pexels.com/Julia M Cameron)

Bagi banyak orangtua, pendidikan adalah segalanya. Mereka memandangnya sebagai jalan untuk menaikkan status sosial, mendapatkan penghasilan yang lebih baik, dan memberikan stabilitas dalam hidup. Harapan ini sering kali membuat mereka menginvestasikan banyak waktu dan uang untuk pendidikan anak.

Sebaliknya, anak mungkin melihat pendidikan sebagai salah satu dari banyak aspek kehidupan yang penting, tetapi bukan yang utama. Mereka cenderung mencari keseimbangan antara pendidikan, hobi, dan hubungan sosial. Ketidakseimbangan harapan ini sering kali memunculkan perbedaan pandangan.

Perbedaan ekspektasi tentang pendidikan antara orangtua dan anak adalah hal yang wajar, mengingat perbedaan generasi dan pengalaman hidup. Namun, perbedaan ini tidak harus menjadi sumber konflik yang berkepanjangan. Dengan komunikasi yang terbuka dan saling menghormati, keluarga dapat menemukan solusi yang dapat memuaskan kedua belah pihak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sharma Khan
EditorSharma Khan
Follow Us