6 Suka dan Duka Mengasuh Anak di Rumah, Ada Momen Capek Psikisnya

Mengasuh anak bukanlah tugas yang mudah. Tidak berarti kita sebagai orangtua sedang mengeluhkannya, tetapi memang tanggung jawabnya besar. Namun, dukungan dari orang-orang di sekitar terkadang malah rendah.
Ini tampak dari pandangan yang agak meremehkan pada ayah atau ibu yang sehari-hari mengasuh anak di rumah. Tentu di samping sisi berat dalam tugas pengasuhan anak, ada juga sisi menyenangkannya. Bagaimanapun, kita sangat menyayangi anak sehingga bersama dengannya sepanjang hari memberikan kepuasan tersendiri.
Malah ketika kita berjauhan sebentar saja darinya dapat menimbulkan kecemasan. Sementara itu, dalam keseharian orangtua yang bertugas mengasuh anak di rumah selagi pasangannya bekerja kerap merasakan enam hal berikut. Tetap semangat ya, memberikan yang terbaik untuk buah hati.
1. Capek saking aktifnya anak

Kelihatannya, anak memang makhluk yang kecil sekali dibandingkan orang dewasa. Namun jangan salah, energi anak yang sedang aktif-aktifnya justru seperti tidak ada habisnya selagi kita makin mudah merasa capek. Tentu kita senang menyaksikan anak dalam kondisi kesehatan yang prima.
Bila anak sakit sehingga tubuhnya lemah dan hanya berbaring di kasur sepanjang hari, sudah pasti kita bakal sedih dan khawatir. Meski demikian, tak dimungkiri bawah mengikuti anak ke sana kemari amatlah melelahkan. Belum lagi masih ada tugas lain di rumah yang juga harus dikerjakan.
Tidak mungkin pula untuk kita tak mengawasi anak yang bergerak aktif. Risiko keselamatannya sangat besar meski hanya bermain di dalam rumah. Mata kita tidak bisa lepas dari memperhatikan anak serta mengikuti anak untuk mencegahnya terjatuh atau terbentur.
2. Tapi seru juga saat bermain bersama

Meski melelahkan, sebenarnya bermain bersama anak juga ada sisi menyenangkannya. Kepolosan dan keceriaannya amat menghibur kita yang kerap dipusingkan oleh berbagai masalah hidup. Menghabiskan hari bersama anak membuat pikiran dewasa kita yang rumit menjadi lebih sederhana.
Ini seperti rehat sejenak dari berbagai beban yang dipikul dalam kehidupan masa dewasa kita. Permainan apa pun rasanya mengembalikan kita ke masa kanak-kanak. Saat hari-hari kita juga hanya berisi bermain dan bercanda.
Kalau peran sebagai kawan bermain ini betul-betul dinikmati, kita dapat merasa rileks. Kita barangkali telah lupa kapan terakhir kali bisa tertawa lepas seperti saat bermain bersama anak. Di depannya, kita tidak perlu malu-malu lagi memperlihat sisi kekanak-kanakan dalam diri. Anak lebih suka teman bermain yang bisa menyetarakan diri dengannya sekaligus mengalah dalam banyak kesempatan. Kita punya dua kemampuan itu.
3. Punya ikatan yang lebih kuat dengan anak

Tak diragukan lagi bahwa ayah atau ibu yang setiap hari mengasuh anak tentu akan lebih dekat dengannya. Bahkan anak bisa sampai sulit lepas dari kita. Ke mana saja kita pergi bakal diikuti.
Perkataan kita pun lebih didengarkannya alias anak menjadi lebih mudah menurut bila kita yang menasihatinya. Besarnya pengaruh kita dalam kehidupan anak tentu membuat kita bangga. Lengketnya anak pada kita bikin semua orang tahu bahwa kita telah menjalankan peran sebagai orangtua dengan sebaik-baiknya.
Namun, tentu saja ikatan yang gak seimbang antara kita dengan anak versus pasangan dengan buah hati juga dapat menimbulkan masalah tersendiri. Misalnya, saat mau tak mau kita harus berpisah sejenak dari anak. Ia mungkin gak mau di rumah bersama ayah atau ibu yang selama ini jarang membersamainya.
4. Sulit mengerjakan hal-hal lain

Selama anak belum bisa bermain sendiri serta cukup mampu menjaga keamanan dirinya, kerepotan kita akan luar biasa. Anak membutuhkan pengawasan serta perhatian yang terus-menerus. Ini bikin kita seperti gak punya kesempatan buat mengerjakan hal-hal lain di rumah.
Jangankan bekerja dari rumah untuk mencari uang, tugas-tugas domestik selain mengasuh anak saja dapat terbengkalai. Ketika kita berusaha menyambi pun, perhatian kita begitu kerap teralihkan oleh anak. Maka sekalipun tampaknya kita seharian di rumah saja, belum tentu seluruh pekerjaan rumah tangga akan beres.
Ketika akhirnya anak terlelap, kita juga belum tentu mampu menyentuh seluruh pekerjaan yang ada. Bagaimanapun juga, kita memiliki rasa lelah dan tidurnya anak menjadi satu-satunya kesempatan bila kita ingin beristirahat sejenak. Jika kita memaksakan diri untuk terus mengerjakan ini itu kemudian anak bangun tepat saat semuanya selesai, kita sudah harus menemaninya lagi yang kembali bersemangat untuk bermain.
5. Bahagia melihat tumbuh kembangnya

Kita yang setiap hari membersamai anak menjadi saksi kunci dari tumbuh kembangnya. Mungkin kita juga yang mendengar kata-kata anak pertama kali dan ini menjadi kebahagiaan yang luar biasa. Kita melatihnya mengucapkan kata-kata sederhana, berdiri dan berjalan, serta berbagai kemampuan lain.
Kita akan mencatat setiap kemajuan yang dicapai anak dalam ingatan bahkan buku. Lebih dari sekadar melihat perubahan-perubahan positif itu terjadi, kita pun berperan besar di dalamnya. Tanpa cara mengasuh yang tepat, boleh jadi anak kesulitan buat menguasai kemampuan-kemampuan dasar.
Mengenai pertumbuhan fisiknya pun, kita sangat cermat. Anak bertambah tinggi sedikit saja atau bobotnya naik, kita segera mengetahuinya bahkan sebelum mengukurnya. Ini membawa kelegaan yang teramat karena menjadi tanda anak dalam kondisi sehat serta asupan nutrisinya sudah baik.
6. Kesal dan sedih jika masih dianggap kurang baik dalam mengasuh

Komentar negatif seperti ini menjadi pukulan terkuat bagi orangtua yang telah setiap hari berusaha mengasuh anak dengan sebaik mungkin. Kita tentu sadar bahwa pengetahuan kita tentang parenting juga ada batasnya. Pun selalu ada masa-masa sulit dalam mengasuh anak.
Contohnya, ketika anak melakukan gerakan tutup mulut alias enggan makan apa pun. Segala cara sudah kita lakukan, tetapi sering kali berat badannya dengan cepat mengalami penurunan. Apabila ada orang yang menyebut kita gak becus dalam mengasuh anak, tentu hati terasa sakit sekali.
Mereka hanya melihat setitik dari keadaan anak, tetapi seakan-akan mengetahui segalanya. Sampai-sampai mereka begitu mudahnya menarik kesimpulan seburuk itu atas usaha kita memberikan segala yang terbaik buat anak. Padahal bila anak tampak sehat-sehat saja, belum tentu mereka mengapresiasi kita sebagai orang yang sepanjang waktu mengasuhnya.
Pengasuhan anak merupakan tugas besar orangtua dan amat memengaruhi kesehatan, keselamatan, serta masa depan anak. Ini tidak sekadar menemaninya di rumah sepanjang hari, melainkan menyalurkan seluruh kasih sayang orangtua serta menjadi awal dalam pendidikan yang diperoleh anak. Buat orangtua yang sedang menjalankan peran ini, teruslah semangat.
Pasangan yang sibuk bekerja pun tidak boleh mengabaikan porsi tanggung jawabnya terkait mengasuh anak. Meski sehari-hari tugas pengasuhan lebih banyak diserahkan pada ibu misalnya, ayah juga harus segera menggantikannya setibanya di rumah dan pada akhir pekan. Dengan begitu, anak betul-betul merasakan kehadiran kedua orangtuanya serta ibu tidak mengalami stres.