Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

9 Cara Mudah Mengajarkan Kecerdasan Emosional pada Balita

ilustrasi cara mudah mengajarkan kecerdasan emosional pada balita (pexels.com/Josh Willink)

Mengajarkan kecerdasan emosional pada balita mungkin terdengar menantang, tapi sebenarnya bisa kamu lakukan dengan cara yang sederhana dan menyenangkan, kok. Dalam laman Help Guide, kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk lebih mengenali, memahami, serta mengelola emosi, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Saat anak balita belajar mengenali perasaannya sejak dini, dia akan lebih siap untuk hadapi tantangan sosial dan emosional di masa yang akan datang. 

Dengan sembilan langkah sederhana ini, kamu jadi dapat membantu si kecil memahami apa yang dirasakan dan bagaimana cara mengekspresikannya dengan sehat. Yuk, simak cara mudah mengajarkan kecerdasan emosional pada balita berikut!

1. Modelkan perilaku positif

ilustrasi anak yang nyaman berkomunikasi dengan orangtua (pexels.com/Elina Fairytale)

Anak cenderung belajar dari perilaku orangtuanya, jadi usahakan untuk selalu menjadi contoh yang baik dalam mengekspresikan emosi. Dengan menunjukkan bagaimana kamu menangani emosi, kamu bisa membantu anak memahami bahwa mengekspresikan perasaan dengan cara yang sehat adalah hal yang normal. Contohnya, kamu dapat mengatakan, "Bunda merasa sebal, karena lupa menaruh kunci di mana”, dengan nada frustasi tetapi dalam batas yang wajar. 

Dari hal ini, anak tahu jika memperlihatkan frustasi atau emosi negatif adalah hal yang wajar. Namun, setelah itu, perlihatkan bagaimana memperlihatkan cara menangani emosi tersebut. Dengan menunjukkan cara menangani emosi seperti kesabaran dan empati, kamu jadi memberi contoh padanya tentang bagaimana mengelola emosi. Anak yang terbiasa melihat orangtuanya mengelola emosi dengan baik cenderung lebih mudah belajar meniru dan menerapkannya dalam kehidupannya.

2. Akui dan validasi perasaannya

ilustrasi orangtua dan anak berbicara tentang emosi (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Saat anak memperlihatkan emosi, penting bagi kamu untuk mengakui dan menerima perasaannya tanpa menghakimi, menurut the Gottman Institute. Ucapan sederhana seperti, "Bunda lihat kamu sangat sedih karena mainan kamu rusak," sudah bisa membuat dia merasa didengar dan dimengerti. Ini mengajarkan anak bahwa semua perasaan itu valid, dan gak apa-apa dia sedih atau marah.

Dengan mengakui perasaan anak, kamu mendorongnya untuk lebih terbuka dalam mengekspresikan emosi. Anak yang merasa emosinya diterima akan lebih percaya diri dalam menyampaikan perasaannya, sehingga dia bisa belajar berkomunikasi dengan baik sejak dini.

3. Dorong ekspresi diri

ilustrasi anak balita menangis (pexels.com/Helena Lopes)

Berikan anak kebebasan untuk mengekspresikan perasaannya dalam lingkungan yang aman juga menjadi cara mudah mengajarkan kecerdasan emosional pada balita, lho. Kamu bisa mengajak dia menggambar atau bercerita tentang perasaannya. Kegiatan ini membantu anak mengekspresikan apa yang dia rasakan tanpa rasa takut dihakimi, dan juga memperkaya caranya mengungkapkan emosi.

Ekspresi diri yang bebas akan membuat anak lebih mudah mengenali perasaannya dan mengkomunikasikannya. Ini adalah dasar penting dalam membentuk kecerdasan emosional yang akan berguna seumur hidupnya.

4. Ajarkan kosakata emosi

ilustrasi orangtua yang memberikan contoh positif pada anak (pexels.com/Annushka Ahuja)

Mengenalkan kosakata emosi kepada anak balita sangat bermanfaat untuk membantu dia mengenali dan mengungkapkan perasaannya. Kamu bisa memakai buku cerita atau kejadian sehari-hari sebagai media untuk mengajarkan kata-kata yang menggambarkan perasaan. Cobalah saat membaca cerita, diskusikan bagaimana perasaan karakter dalam buku tersebut, dan hubungkan dengan perasaan anak.

Dengan membekali anak kosakata emosi, dia akan lebih mudah mengidentifikasi dan menyampaikan apa yang dirasakan, menyuplik laman Empowering Education. Ini membantu mengurangi perilaku frustrasi atau agresi karena anak jadi bisa mengungkapkan perasaan dengan lebih jelas.

5. Latih kemampuan pemecahan masalah

ilustrasi memberikan pilihan pada anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Mengajarkan keterampilan pemecahan masalah juga penting diajarkan ke anak, lho. Ketika anak tenang, ajaklah dia berdiskusi bagaimana cara menghadapi situasi yang menantang atau emosi yang kuat. Kamu bisa memberi contoh bagaimana menyelesaikan masalah dengan tenang agar anak tahu bahwa ada cara-cara positif untuk mengatasi emosinya, dari laman Peaceful Parent Happy Kids.

Anak yang belajar cara memecahkan masalah akan lebih mudah mengelola emosi karena dia tahu ada solusi untuk setiap masalah. Ini juga membantunya menjadi lebih resilien saat menghadapi situasi sulit di masa depan, lho.

6. Gunakan teknik pelatihan emosi

ilustrasi orangtua mengajarkan emotional coaching pada anak (pexels.com/Berendey_Ivanov / Andrey_Kobysnyn )

Teknik pelatihan emosi atau emotion coaching dinilai sangat efektif untuk membantu anak mengenali dan mengelola perasaannya. Teknik ini dilakukan dalam lima langkah, yaitu sadar akan emosi, melihat emosi sebagai kesempatan belajar, mendengarkan dengan aktif, memberi label pada emosi, serta membimbingnya dalam menyelesaikan masalah. Teknik ini mengajarkan anak untuk memahami serta mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat.

Memakai teknik ini bisa mempererat hubungan antara kamu dan anak, karena setiap interaksi emosional menjadi kesempatan untuk saling memahami. Teknik ini juga membantu anak mengembangkan keterampilan sosial yang kuat, seperti mendengarkan dan berempati.

7. Ciptakan lingkungan yang tenang

ilustrasi membawa anak balita ke tempat yang tenang (pexels.com/Pexels User)

Lingkungan yang tenang dan stabil membantu anak lebih mudah belajar mengatur emosi. Kamu dapat menciptakan rutinitas dan menetapkan batasan jelas supaya anak merasa aman serta tahu apa yang diharapkan. Ini memberinya rasa keteraturan yang membantu dia merasa lebih tenang dan mampu mengendalikan emosi.

Lingkungan yang penuh ketenangan juga memungkinkan anak lebih fokus dalam belajar mengelola perasaannya. Rasa aman ini membuat dia lebih terbuka untuk bereksplorasi dalam memahami diri dan emosinya.

8. Merayakan ekspresi berbagai emosi dengan cara positif

ilustrasi orangtua yang tetap tenang saat anak tantrum (pexels.com/Phil Nguyen)

Selain memperlihatkan berbagai emosi, orangtua juga perlu mengapresiasi emosi setiap anak yang diperlihatkannya dengan baik. Ketika anak berhasil memperlihatkan sikap sabar atau mengelola kekecewaan, berikanlah pujian yang tulus. Penguatan positif ini membuatnya lebih termotivasi untuk terus berusaha mengekspresikan emosi dia dengan cara yang baik.

Dengan memberikan apresiasi, anak jadi merasa dihargai dan termotivasi untuk terus melakukan hal yang baik. Ini membantunya belajar bahwa mengekspresikan emosi dengan cara yang tepat adalah hal yang berharga.

9. Ceritakan pengalaman pribadi

ilustrasi orangtua yang mengajak anak balita berbicara (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Menceritakan pengalaman pribadi tentang bagaimana kamu menghadapi emosi bisa menjadi pelajaran yang bermakna bagi anak, lho. Ceritakan kisah sederhana tentang perasaanmu dan bagaimana kamu mengatasinya. Hal ini gak cuma membuat dia merasa bahwa perasaan adalah hal yang normal, tapi juga memberi dia contoh nyata.

Pengalaman pribadi memberikan inspirasi bagi anak untuk melihat bahwa setiap orang, termasuk orangtua, juga menghadapi emosi yang sama. Ini membuat dia merasa lebih dipahami dan mendukungnya dalam belajar mengelola emosi.

Dengan menerapkan cara-cara mudah mengajarkan kecerdasan emosional pada balita, orangtua jadi bisa membantunya mengenal serta mengelola emosi dengan lebih baik. Ke depannya, kecerdasan ini dapat membantunya dalam melatih keterampilan sosial dan emosionalnya. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lathiva R. Faisol
EditorLathiva R. Faisol
Follow Us