Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Bentuk Kekerasan Keuangan dalam Keluarga, Patut Waspada!

ilustrasi orang mengelola keuangan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Sejatinya, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) tidak hanya berbentuk fisik. Kekerasan finansial, di mana salah satu pihak menggunakan kontrol berlebihan atau penindasan finansial terhadap pasangannya, juga dapat terjadi di tengah keluarga.

Namun, kekerasan ini jarang disadari padahal dapat berdampak buruk bagi keharmonisan hubungan dan kesehatan mental seseorang yang mengalaminya. Untuk menghindarinya, simak bentuk kekerasan finansial yang dapat terjadi di dalam keluarga berikut ini. 

1. Mengendalikan keuangan secara sepihak

ilustrasi mengalokasikan keuangan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Salah satu bentuk kekerasan finansial dalam keluarga adalah ketika satu anggota keluarga, baik suami atau istri, mengendalikan seluruh keuangan keluarga tanpa memberikan akses atau transparansi kepada pasangan.

Hal ini akan menciptakan ketidakseimbangan kekuasaan, di mana pasangan yang tidak memiliki kendali atas uang keluarga merasa terkekang dan tidak berdaya. Ketidaksetaraan finansial pada akhirnya dapat menyebabkan konflik yang dalam dan perasaan tidak adil dalam hubungan keluarga.

2. Mengambil keputusan finansial sendiri

ilustrasi orang mengecek kondisi keuangan (pexels.com/Michael Burrows)

Di dalam keluarga, semua keputusan termasuk yang menyangkut finansial sudah semestinya dibahas dan ditentukan bersama-sama. Namun jika proses pengambilan keputusan hanya dilakukan secara sepihak, maka ini menjadi tanda kekerasan finansial dalam keluarga.

Hal ini menunjukkan bahwa salah satu pihak tak percaya kepada pasangan atau bahkan menganggapnya tak memahami soal finansial. Tentu saja ini meninggalkan perasaan sedih dan tak dianggap dalam diri pasangan, yang nantinya berdampak pada keharmonisan keluarga.

3. Tidak memberikan akses keuangan

ilustrasi mengatur keuangan (pexels.com/Karolina Grabowska)

Kekerasan finansial dalam keluarga juga bisa berupa tidak memberikan akses keuangan kepada pasangan. Misalnya, menyembunyikan kartu ATM atau buku rekening, tidak memberi tahu jumlah uang dan aset yang dimiliki, atau menyimpan surat-surat penting dan berharga tanpa sepengetahuan pasangan.

Dalam hal ini, pasangan tidak diberikan kebebasan untuk mengelola keuangan dan bahkan hanya mendapatkan uang dalam jumlah yang terbatas. Padahal, akses terhadap keuangan keluarga seharusnya menjadi hak dan kewajiban bersama.

4. Tak mengizinkan pasangan bekerja

ilustrasi pasangan bertengkar (pexels.com/Alex Green)

Dalam rumah tangga, setiap orang seharusnya diberikan kebebasan untuk memilih apakah ingin bekerja atau fokus di rumah. Tentunya keputusan ini harus dipertimbangkan bersama-sama, meski pada akhirnya tetap dikembalikan lagi pada pasangan.

Namun, jika satu orang berusaha mengontrol dengan melarang bekerja, maka ini termasuk sebagai bentuk kekerasan finansial. Larangan ini dapat mengisolasi pasangan dari dunia luar dan membuatnya kehilangan kemandirian, sehingga ia bergantung pada pasangannya yang bekerja.

5. Melakukan transaksi keuangan atas nama pasangan tanpa seizinnya

ilustrasi proses tanda tangan kontrak untuk beli rumah (pexels.com/RDNE Stock project)

Menggunakan nama pasangan dalam transaksi keuangan tanpa izin juga merupakan tindakan yang sangat merugikan. Ini bisa berupa membuka rekening bank, mengambil pinjaman, atau bahkan melakukan penipuan atas nama pasangan.

Tindakan ini tidak hanya merusak kepercayaan dalam hubungan, tetapi juga dapat mengakibatkan masalah yang sangat serius. Pasangan yang menjadi korban pada akhirnya harus menanggung beban yang bukan disebabkan oleh kesalahan mereka.

Penting untuk menyadari bahwa kekerasan finansial dalam keluarga adalah masalah serius yang harus segera ditangani. Komunikasi terbuka dan pengertian adalah kunci untuk mengatasi masalah ini.

Kalau kamu atau seseorang yang kamu kenal mengalaminya, kamu bisa mencari bantuan dari tenaga profesional atau lembaga terkait untuk mendapatkan dukungan dan nasihat yang dibutuhkan. Dengan menyadari dan menangani kekerasan finansial dalam keluarga, ini diharapkan dapat membangun keluarga yang lebih sehat dan harmonis.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us