Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Cara agar Anak Mau Berbicara Terbuka pada Orangtuanya

ilustrasi anak berbicara
ilustrasi anak berbicara (unsplash.com/Kelli McClintock)
Intinya sih...
  • Ciptakan suasana nyaman untuk berbicara
  • Dengarkan tanpa menghakimi
  • Tunjukkan keteladanan dalam berbicara terbuka
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Komunikasi terbuka antara anak dan orangtua merupakan pondasi penting untuk membangun hubungan yang sehat di dalam keluarga. Sayangnya tidak semua anak justru merasa nyaman untuk bercerita terkait perasaan, masalah di sekolah, hingga hal-hal pribadi lain kepada orangtuanya sendiri. Banyak faktor yang mungkin memengaruhi hal ini, dari mulai takut dihakimi, pengalaman dimarahi, hingga kurangnya kedekatan emosional yang dimiliki.

Oleh sebab itu, orangtua perlu lebih bijak lagi dalam menyikapi kondisi tersebut. Tak perlu marah-marah dan memaksa anak untuk bercerita. Ada cara agar anak mau berbicara terbuka pada orangtuanya tanpa harus mereka merasa terpaksa atau disudutkan.

1. Ciptakan suasana yang nyaman untuk berbicara

ilustrasi ibu dan anak
ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Anak-anak biasanya akan lebih mudah terbuka apabila suasananya aman dan tidak mengintimidasi. Orangtua semestinya tidak memaksakan anak untuk langsung bercerita. Melainkan berusaha menciptakan momen santai, seperti pada saat makan bersama atau menjelang tidur untuk memulai percakapan ringan. Hindari berbicara dengan nada yang tinggi atau ekspresi wajah yang justru bisa membuat anak merasa disalahkan. Dengan berusaha menciptakan atmosfer yang rileks dan penuh perhatian, maka anak pun bisa lebih menghargai dan berani dalam bercerita apa pun yang dirasakannya.

2. Dengarkan tanpa langsung menghakimi

ilustrasi memarahi anak
ilustrasi memarahi anak (unsplash.com/Keren Fedida)

Banyak karena kerap kali menutup diri karena orangtuanya terburu-buru untuk memotong dan menghakimi anak, bukan mendengarkannya. Pada saat anak bercerita, orangtua sebaiknya bisa lebih fokus untuk mendengarkan tanpa langsung menyalah atau memberi penilaian terhadap cerita tersebut. Tunjukkan empati dengan cara menunggu, menatap mata anak, hingga memberikan tatapan lembut agar anak tetap merasa dipahami. Dengan cara demikian, maka anak akan melihat bahwa orangtuanya bukan hanya sebagai pengatur, namun juga sebagai pendengar yang terpercaya.

3. Tunjukkan keteladanan dalam berbicara terbuka

ilustrasi anak dan ibu
ilustrasi anak dan ibu (unsplash.com/A n v e s h)

Anak belajar banyak dari perilaku yang ditunjukkan oleh orangtuanya, termasuk dalam hal berbicara dan mengekspresikan perasaan. Jika orangtua berbicara jujur, terbuka, dan tidak menutupi emosi, maka anak pun akan merasa bahwa berbicara tentang perasaannya merupakan hal yang wajar dan aman. Cobalah untuk berbagi cerita ringan atau pengalaman pribadi pada anak agar mereka tetap merasakan kedekatan emosional tersebut. Dengan memberikan contoh yang baik, maka anak pun akan belajar bahwa komunikasi terbuka bisa memperkuat hubungan dan menumbuhkan kepercayaan.

4. Beri respons positif pada saat anak mulai terbuka

ilustrasi ibu dan anak
ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Pada saat anak mulai berbicara tentang sesuatu sekecil apa pun itu, maka respons orangtua sangat menentukan kelanjutan dari keterbukaannya. Sebaiknya hindari sikap memarahi, mengkritik, atau bahkan meremehkan cerita anak, sebab hal tersebut tanyakan membuat anak kembali menutup dirinya. Sebaliknya coba tunjukkan rasa terima kasih karena anak sudah mau berbagi dan memberikan tanggapan yang lebih mendukung. Dengan cara tersebut, maka anak akan merasa dihargai dan termotivasi untuk bersikap terbuka di masa mendatang.

Membangun komunikasi terbuka dengan anak bukanlah hal yang instan, namun memerlukan waktu dan konsistensi dari kedua belah pihak. Cara agar anak mau berbicara terbuka pada orangtuanya pun gak boleh dilakukan secara memaksa, harus perlahan agar anak tak merasa disudutkan. Terpenting, orangtua harus bisa menjadi tempat yang aman, bukan sebagai sumber tekanan yang membuat anak merasa tidak nyaman. Dengan menciptakan lingkungan yang penuh kasih dan kepercayaan, maka anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih terbuka!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Life

See More

8 Inspirasi OOTD Padel Hijab ala Sohwa Halilintar, Sporty dan Stylish!

06 Nov 2025, 19:03 WIBLife