Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Bantu Anak Perfeksionis agar Gak Mudah Stres dan Lebih Santai

ilustrasi ayah dan anak sedang berbincang (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi ayah dan anak sedang berbincang (pexels.com/cottonbro)

Setiap anak punya cara sendiri dalam menghadapi tantangan, termasuk mereka yang cenderung perfeksionis. Sifat ini memang bisa memotivasi anak untuk berprestasi dan berkomitmen tinggi. Tapi tanpa arahan yang tepat, perfeksionisme justru bisa membebani dan mengganggu kenyamanan anak saat belajar atau berkembang.

Dalam hal ini, peran orangtua sangat penting untuk membantu anak menyeimbangkan antara usaha dan harapan. Dukungan yang tepat bisa meredakan tekanan dan membangun rasa percaya diri yang lebih sehat. Yuk, simak beberapa cara sederhana yang bisa kamu terapkan untuk bantu anak gak mudah stres dan lebih santai!

1. Ajarkan bahwa kesalahan itu bagian dari proses belajar

ilustrasi ibu dan anak  bermain (pexels.com/anylane)
ilustrasi ibu dan anak bermain (pexels.com/anylane)

Anak perfeksionis sering takut salah karena menganggap kegagalan sebagai hal yang memalukan. Padahal, setiap orang pasti pernah salah, dan dari situ kita bisa belajar. Jelaskan bahwa kesalahan bukan akhir dari segalanya, justru bisa jadi titik awal untuk berkembang.

Melansir Newyork Times, Marisa Porges, penulis buku What Girls Need: How to Raise Bold, Courageous, and Resilient Women, menyarankan agar orangtua menceritakan kisah masa kecil mereka, saat mereka melakukan kesalahan atau takut mencoba sesuatu, dan bagaimana mereka menghadapinya. Misalnya, ceritakan saat kamu pernah gagal dan apa yang bisa dipetik dari pengalaman itu.

“Intinya adalah menunjukkan kepada anak bahwa kita juga pernah merasa takut atau melakukan kesalahan, sesuatu yang jarang kita sadari penting untuk dilakukan,” ujar Porges.

2. Fokuskan pada usaha, bukan hasil

ilustrasi ayah dan anak (pexels.com/kampus)
ilustrasi ayah dan anak (pexels.com/kampus)

Mendorong anak untuk mengutamakan keunggulan, bukan kesempurnaan, bisa membantu mengurangi tekanan pada diri anak. Ingatkan bahwa tidak ada manusia yang selalu benar atau sempurna, dan kesalahan adalah bagian wajar dari proses belajar. Yang terpenting adalah terus berkembang melalui usaha dan perbaikan diri.

Bantu anak memahami bahwa arah dan usaha justru lebih bermakna dibanding hasil akhir yang sempurna. Ketika mereka mulai merasa tertekan, ajak mereka kembali ke niat awal, yaitu belajar dan tumbuh.

3. Tetapkan ekspektasi yang realistis

ilustrasi ibu dan anak sedang makan bersama (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi ibu dan anak sedang makan bersama (pexels.com/cottonbro)

Anak bisa merasa tertekan kalau merasa harus memenuhi standar tinggi dari orangtua. Oleh karena itu, penting untuk orangtua menetapkan harapan yang sesuai dengan usia dan kemampuan anak. Jangan sampai ekspektasi kamu sebagai orangtua malah jadi beban yang membuat anak merasa kurang terus.

Dilansir Psych Central, menurut Lakiesha Russell, konselor profesional berlisensi dari Wisconsin, orangtua perlu sadar akan cara mereka menyampaikan harapan. Dengan ekspektasi yang sehat, anak bisa belajar menerima kekurangan tanpa kehilangan semangat untuk berkembang.

“Sebagai orangtua, kita ingin anak-anak menjadi lebih baik dari kita, jadi penting untuk bijak dalam berkomunikasi dan menyadari tekanan yang kita berikan,” jelas Russell.

4. Jadilah contoh yang baik dalam mengelola stres dan perfeksionisme

ilustrasi ayah dan anak sedang berbincang (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi ayah dan anak sedang berbincang (pexels.com/cottonbro)

Anak belajar dari apa yang mereka lihat, bukan hanya dari apa yang kamu katakan. Kalau kamu sendiri perfeksionis dan sering mengkritik diri, anak bisa meniru perilaku itu. Maka, penting untuk menunjukkan bahwa kamu juga bisa santai dan menerima ketidaksempurnaan.

“Kita bisa saja mengatakan berbagai hal kepada anak, tapi mereka banyak belajar dari apa yang mereka lihat dari kita,” ujar Russell. “Jika kamu sendiri mengalami perfeksionisme yang mengganggu aktivitas sehari-hari, anak akan melihatnya dan bisa meniru pola tersebut,” lanjutnya.

Bicarakan dengan anak tentang bagaimana kamu mengatasi kegagalan atau rasa kecewa. Tunjukkan bahwa kamu juga manusia yang sedang belajar. Sikap ini akan memberi ruang bagi anak untuk menerima diri mereka apa adanya.

5. Ajak anak melakukan aktivitas menyenangkan tanpa tekanan

ilustrasi orang tua bermain bersama anak  (pexels.com/keiraburton)
ilustrasi orang tua bermain bersama anak (pexels.com/keiraburton)

Perfeksionis cenderung fokus pada hasil dan pencapaian, bahkan saat bermain. Agar anak bisa lebih santai, ajak mereka melakukan aktivitas yang nggak berorientasi pada hasil, seperti menggambar bebas atau bermain di alam. Tujuannya adalah menikmati proses tanpa merasa harus jadi yang terbaik.

Luangkan waktu khusus untuk kegiatan yang menyenangkan bareng keluarga. Misalnya dengan membuat jadwal family time setiap minggu. Momen ini bisa jadi cara efektif untuk membangun koneksi emosional dan meredakan tekanan yang anak rasakan.

Dengan dukungan dan pendekatan yang tepat, anak bisa belajar bahwa usaha dan proses jauh lebih berarti daripada hasil sempurna. Pada akhirnya, yang terpenting adalah mereka merasa cukup dan dicintai apa adanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us