Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Cara Mengasah Kemampuan Spasial Anak Sejak Dini, Sering Diabaikan!

ilustrasi menyusun balok
ilustrasi menyusun balok (pexels.com/Tatiana Syrikova)
Intinya sih...
  • Bermain dengan balok dan puzzle melatih keterampilan spasial anak, serta mendorong berpikir kritis dan kreatif.
  • Mengenalkan anak pada peta dan arah membantu mereka memahami geometri dan membangun rasa percaya diri dalam bernavigasi.
  • Melibatkan anak dalam aktivitas seni visual mengajarkan tentang simetri, proporsi, serta hubungan antar bentuk, serta menumbuhkan kreativitas dan daya imajinasi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kemampuan spasial merupakan keterampilan penting yang berkaitan dengan bagaimana seseorang memahami, mengingat, dan memanipulasi bentuk maupun ruang di sekitarnya. Pada anak, keterampilan ini terlihat dalam aktivitas sederhana seperti menyusun balok, mengenali arah, atau memahami peta. Jika diasah sejak dini, kemampuan spasial dapat membantu perkembangan akademik, terutama dalam bidang matematika, sains, teknologi, dan seni.

Sayangnya, keterampilan ini kerap terabaikan karena fokus belajar anak lebih banyak diarahkan pada membaca dan berhitung. Padahal, kemampuan ini sangat penting dalam pemecahan masalah yang membutuhkan logika ruang. Berikut adalah empat cara efektif untuk mengasah kemampuan spasial anak sejak usia dini.

1. Bermain dengan balok dan puzzle

ilustrasi menyelsaikan puzzle bersama (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi menyelsaikan puzzle bersama (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Balok dan puzzle adalah media sederhana yang sangat efektif untuk melatih keterampilan spasial. Saat anak menyusun balok menjadi menara atau menggabungkan potongan puzzle menjadi gambar utuh, mereka sebenarnya sedang belajar mengenali bentuk, memahami posisi, dan mengembangkan keterampilan visual. Aktivitas ini juga melatih koordinasi mata dan tangan sehingga anak lebih terampil dalam menghubungkan konsep ruang dengan praktik nyata.

Selain itu, permainan ini mendorong anak untuk berpikir kritis dan kreatif. Ketika balok runtuh atau potongan puzzle tidak sesuai, anak terdorong untuk mencoba strategi lain. Proses trial and error ini sangat bermanfaat dalam membangun daya tahan mental dan kemampuan memecahkan masalah. Dengan cara ini, anak belajar bahwa kesalahan adalah bagian penting dari proses belajar.

2. Mengenalkan anak pada peta dan arah

ilustrasi peta
ilustrasi peta (pexels.com/RDNE Stock project)

Mengajarkan anak tentang arah dasar seperti kiri, kanan, utara, dan selatan dapat menjadi langkah awal dalam mengembangkan keterampilan spasial. Peta sederhana atau bahkan denah rumah bisa digunakan sebagai alat bantu. Anak belajar bahwa setiap ruang memiliki posisi tertentu dan hubungan dengan ruang lainnya. Pengetahuan ini kelak bermanfaat saat mereka harus memahami geometri atau membaca diagram.

Selain peta, permainan mencari jejak atau treasure hunt juga bisa menjadi metode yang menyenangkan. Saat mencari lokasi berdasarkan petunjuk arah, anak berlatih menghubungkan informasi abstrak dengan kondisi nyata di lapangan. Aktivitas seperti ini bukan hanya mengasah keterampilan spasial, tetapi juga membangun rasa percaya diri anak dalam bernavigasi di lingkungannya.

3. Melibatkan anak dalam aktivitas seni visual

ilustrasi melipat origami
ilustrasi melipat origami (freepik.com/freepik)

Seni visual seperti menggambar, melipat kertas origami, atau membuat kerajinan tangan juga merupakan cara efektif untuk melatih spasial. Kegiatan ini mengajarkan anak tentang simetri, proporsi, serta hubungan antar bentuk. Misalnya, ketika anak melipat kertas menjadi bentuk hewan, mereka memahami bahwa sebuah bidang datar dapat diubah menjadi bentuk tiga dimensi.

Lebih jauh lagi, aktivitas seni juga menumbuhkan kreativitas dan daya imajinasi. Anak belajar untuk melihat dunia dari perspektif berbeda, misalnya mengubah lingkaran sederhana menjadi matahari atau wajah tersenyum. Proses imajinatif ini sangat penting karena keterampilan spasial tidak hanya soal logika, tetapi juga melibatkan cara berpikir fleksibel dan kreatif.

4. Gunakan bahasa spasial dalam komunikasi sehari-hari

ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi ibu dan anak (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Bahasa yang digunakan sehari-hari memiliki peran besar dalam melatih pemahaman spasial anak. Saat orang tua atau pendidik menggunakan kata-kata seperti “di atas”, “di bawah”, “di samping”, atau “di antara”, anak secara tidak langsung belajar mengenali hubungan posisi dan arah. Dengan cara ini, keterampilan spasial tidak hanya diajarkan melalui permainan atau aktivitas khusus, tetapi juga menjadi bagian alami dari percakapan harian.

Misalnya, ketika meminta anak mengambil buku “di atas meja” atau menaruh mainan “di dalam kotak merah”, mereka terbiasa menghubungkan kata dengan posisi nyata. Bahasa yang konsisten akan memperkuat pemahaman anak tentang ruang dan hubungan antar objek. Penggunaan istilah spasial sederhana dalam komunikasi sehari-hari dapat menjadi pondasi yang kuat untuk kemampuan berpikir logis, matematis, dan pemecahan masalah di masa mendatang.

Mengasah kemampuan spasial anak sejak dini memberikan banyak manfaat yang akan terasa hingga dewasa. Keterampilan ini bukan hanya mendukung prestasi akademik, tetapi juga membantu anak memahami dunia dengan cara yang lebih terstruktur dan kreatif. Jadikan proses belajar ini menyenangkan, sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuan spasial secara alami dan tanpa tekanan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us