Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ini Jumlah Mainan yang Harusnya Anak Miliki, Menurut Ahli 

Ilustrasi mainan anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)
Ilustrasi mainan anak (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Selama ini, orangtua didorong untuk percaya bahwa, dengan membeli semua gadget terbaru maupun mainan terbaru, akan menyenangkan anak. Cara ini dipercaya dapat menciptakan rasa kendali di tengah kekacauan yang tak terelakkan dalam mengasuh anak.

Padahal di sisi lain mainan yang menumpuk dapat membuat merapikan menjadi sulit, yang berujung pada konflik. Jadi, bagaimana orangtua seharusnya mengatur semua mainan ini?

Orangtua perlu memahami berapa banyak mainan yang benar-benar dibutuhkan anak, dan cara mengelola mainan yang sudah mereka miliki. So, simak pendapat para ahli tentang banyaknya mainan yang sebenarnya dibutuhkan anak di sini!

1. Lebih sedikit mainan lebih baik

Ilustrasi mainan anak (pexels.com/cottonbro studio)
Ilustrasi mainan anak (pexels.com/cottonbro studio)

Menurut sebuah jurnal berjudul "Infant Behavior and Development", balita berusia antara 18 dan 30 bulan menunjukkan keterampilan bermain yang lebih berkualitas ketika mereka bermain dengan hanya 4 mainan, daripada 16 mainan.

Studi tersebut menunjukkan bahwa, jika diberikan terlalu banyak pilihan, anak-anak akan mudah terstimulasi dan terganggu tanpa terlibat dalam permainan jangka panjang.

Evan Gold, pendiri Simplify Parenthood, mengatakan bahwa ia kesulitan menemukan solusi untuk koleksi mainan kedua anaknya yang terus bertambah di apartemen keluarga yang kecil. Dalam upaya menentukan apakah anak membutuhkan mainan tertentu atau tidak, Gold mempertimbangkan fungsi dan tingkat keterlibatan mainan tersebut. 

 “Ada nilai perkembangan yang jauh lebih besar dalam memiliki 10-15 mainan open-ended, daripada memiliki lebih dari 50 mainan single-use. Ketika membersihkan dan mengurangi jumlah mainan hingga setengahnya, kami menemukan bahwa anak-anak bermain lebih lama dan benar-benar bermain lebih kreatif, ungkap Gold melansir Parents. 

2. Berapa banyak mainan yang harus dimiliki seorang anak?

Ilustrasi mainan anak (pexels.com/cottonbro studio)
Ilustrasi mainan anak (pexels.com/cottonbro studio)

Sulit untuk mengetahui berapa jumlah mainan yang tepat untuk dimainkan anak. Gold menggunakan aturan praktis sederhana ini untuk mempertimbangkan kuantitas dan kualitas mainan berdasarkan usia anak:

  • Bayi: 4-6 mainan sederhana yang merangsang berbagai indra.
  • Balita: 8-12 mainan yang mendorong berbagai keterampilan , seperti menumpuk, menyortir, atau berpura-pura.
  • Anak-anak prasekolah & yang lebih tua: 12-15 mainan inti untuk dimainkan secara bergantian ditambah beberapa mainan khusus saat minat berubah.

3. Terlalu banyak mainan menyebabkan perasaan terbebani

Ilustrasi mainan anak (pexels.com/Polesie Toys)
Ilustrasi mainan anak (pexels.com/Polesie Toys)

Setelah bergembira karena terdapat berbagai mainan, nyatanya banyak mainan baru tersebut yang tidak banyak dimainkan.

“Anak-anak seringkali hanya bermain dengan sebagian mainan saja, dan mainan lainnya tidak begitu relevan,” kata sosiolog Allison Pugh, mengutip Vox. 

Dalam studi tahun 2017, peneliti Universitas Toledo menemukan bahwa balita bermain lebih lama dan lebih kreatif ketika diberi hanya empat mainan dibandingkan ketika mereka memiliki enam belas mainan untuk dipilih.

Memiliki terlalu banyak mainan untuk dipilih mendorong anak-anak berperilaku gelisah, melompat dari satu rangsangan ke rangsangan berikutnya, tidak pernah benar-benar melambat untuk bermain lebih lama, atau cepat bosan dan gelisah.

Perasaan kewalahan akibat penumpukan mainan adalah hal yang nyata bagi pengasuh dan anak-anak, yang mungkin mulai mengabaikan mainan jika mereka memiliki terlalu banyak, atau tidak dapat mengakses mainan yang mereka inginkan. 

4. Cara mengelola jumlah mainan anak

Ilustrasi mainan anak (pexels.com/Kindel Media)
Ilustrasi mainan anak (pexels.com/Kindel Media)

Berikut beberapa kiat untuk membantu koleksi mainan anak menjadi lebih mudah dikelola. 

Buatlah kriteria mainan
Yang lebih penting daripada jumlah mainan, yaitu kualitasnya. Pilih mainan yang sesuai dengan value keluarga, atau memiliki banyak fungsi misalnya mainan tersebut dapat mengajarkan dan membangkitkan imajinasi anak-anak. Lalu, berkomitmenlah untuk hanya membeli mainan yang sesuai dengan kriteria tersebut. 

“Belilah mainan yang memiliki banyak fungsi alih-alih mainan yang hanya memiliki satu fungsi. Pilihlah mainan klasik seperti ubin magnetik, balok, dan bahan kerajinan yang dapat digunakan dalam berbagai cara dan mendorong kreativitas serta eksplorasi,” kata Sally Macaluso, seorang pakar anak usia dini, mengutip Parents.  

Fokus pada akses penyimpanan 
Lebih sedikit mainan membuat pembersihan lebih mudah dan tidak merepotkan. Rak terbuka rendah dengan ruang luas sangat bagus untuk mengkategorikan mainan, hingga memudahkan anak-anak dalam memilih mainan yang akan dimainkan. Ini juga memungkinkan mereka untuk lebih mudah membantu membersihkan dan menjaga ruang sehingga bebas dari kekacauan.

Memilih keluar dari siklus hadiah
Kita mungkin pernah diundang ke pesta ulang tahun anak yang undangannya bertuliskan, "Tidak ada hadiah" (atau "Kehadiran Anda sudah cukup berarti"). Ini bisa berarti, orangtua dari anak tersebut memahami bahwa banyaknya mainan yang terkumpul setelah pesta ulang tahun bisa sangat mengejutkan. 

Tidak memberikan hadiah bisa menjadi cara yang baik untuk fokus menghabiskan waktu dengan teman dan keluarga serta merayakan acara tanpa harus mengoleksi banyak barang baru. Ini juga bisa menjadi salah satu cara untuk mengajari anak-anak menghargai waktu yang dihabiskan dengan teman dan orang terkasih tanpa mengharapkan imbalan.

5. Pertimbangkan open-ended toys dan eksplor objek yang ada di rumah

Ilustrasi mainan anak (pexels.com/Alex P)
Ilustrasi mainan anak (pexels.com/Alex P)

Apakah ini berarti orangtua harus berhenti membeli mainan baru untuk anaknya? Tidak. Tetapi membeli mainan yang dapat dimainkan dengan lebih dari satu cara (open-ended toys) dapat dipertimbangkan.

Open-ended toys mendorong kreativitas, imajinasi, dan pemecahan masalah pada anak karena mereka bebas untuk berkreasi dan mengembangkan cerita mereka sendiri. Para ahli merekomendasikan open-ended toys, seperti balok, dapur mainan, teka-teki, dan kostum.

“Anak-anak perlu bermain, tetapi ini tidak selalu memerlukan mainan. Mereka akan menjelajahi lingkungan mereka dan memeriksa barang-barang yang menarik, mulai dari panci dan wajan hingga balok,” kata Deborah MacNamara, seorang konselor klinis di Vancouver, mengutip Today's Parent. 

Kuncinya adalah memberi mereka akses ke berbagai hal yang dapat menumbuhkan imajinasi. Dengan kata lain, anak-anak memang membutuhkan sesuatu untuk dimainkan, tetapi itu tidak harus berupa mainan. Hal ini dapat berupa objek dari rumah, seperti panci dan wajan atau mangkuk susun, dan hal-hal di sekitar rumah. 

Pada akhirnya, jumlah mainan anak yang ideal bukan ditentukan oleh banyaknya benda, melainkan oleh kualitas interaksi dan nilai edukatif yang diberikan kepada anak. Sebagai orangtua, penting untuk menyeimbangkan antara kebutuhan bermain untuk anak mengeksplorasi imajinasinya tanpa terlalu banyak distraksi. Semoga informasinya bermanfaat!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us