Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengenal Paralel-Parenting, Pola Asuh pada Perceraian Konflik Tinggi 

pixabay/pixel2013

Ketika orang tua memutuskan untuk berpisah atau bercerai, pengasuhan anak menjadi hal yang penting untuk dipikirkan. Apakah anak akan ikut salah satu orangtua atau orang tua sepakat mengasuhnya bersama?

Beberapa orang tua mungkin bisa menahan konflik satu sama lain dan memutuskan untuk mengasuh anak secara bersama-sama. Namun, sebagian yang lain mungkin tidak. Beberapa hal seperti adanya kemarahan, kebencian, sakit hati dan perselisihan yang terus menerus bisa menjadi alasan.

Nah, jika situasi tersebut yang terjadi, pola pengasuhan paralel-parenting mungkin bisa menjadi pilihan yang baik. Yuk simak pembahasan di bawah ini untuk lebih jelasnya.

1. Apa itu paralel-parenting?

unsplash/Dimitri de Vries

Melansir dari Psychology Today, “paralel-parenting adalah pengaturan di mana orang tua yang bercerai dapat menjadi orang tua bersama dengan cara melepaskan diri dari satu sama lain dan kontak langsung yang terbatas”.

Intinya, kedua orang tua tetap bisa bersama-sama mengasuh anak dengan membatasi interaksi. Misalnya, ayah tidak menghadiri acara sekolah anak ketika ia bersama ibunya, ibunya tidak menjemput anak sekolah karena dilakukan oleh ayahnya, dan lain sebagainya. Disini, orang tua melakukan pengasuhan bersama namun terpisah.

Pola asuh ini biasanya diperlukan oleh orang tua yang bercerai karena konflik tinggi atau adanya gangguan kesehatan mental, seperti narsisme atau kepribadian ambang, yaitu memiliki emosi yang labil. Dimana kedua orang tua sama-sama menolak bersikap ramah dan kooperatif.

2. Perbedaan dengan co-parenting?

unsplash/Alvin Mahmudov

Paralel-parenting tidak sama dengan co-parenting. Co-parenting biasanya terjadi pada perceraian yang cukup baik atau “bersahabat”, dimana orang tua masih bisa mengesampingkan masalahnya dan mengasuh anak bersama di lingkungan yang sehat.

Dalam co-parenting, kedua orang tua biasanya masih menjaga komunikasi dengan baik, menghadiri acara anak bersama-sama, dan saling ramah satu sama lain. Sedangkan pada paralel-parenting, interaksi dijaga seminimal mungkin dan seperlunya saja.

3. Manfaat untuk anak

unsplash/Jordan Whitt

Beberapa orang mungkin beranggapan bahwa pola asuh ini akan merugikan anak, karena tidak adanya hubungan baik antar orang tua. Namun menurut studi penelitian, paralel-parenting justru bisa melindungi anak dari konflik orang tua di depan anak.

Dimana hal ini juga bisa menghindarkan anak dari paparan langsung konflik tersebut yang membahayakan bagi mereka, seperti yang dilansir dari laman Psychology Today. Tak hanya itu, pola asuh ini juga dapat memberi manfaat bagi anak dan orang tua untuk tetap saling terhubung.

4. Manfaat untuk orang tua

pixabay/Engin_Akyurt

Adanya batasan interaksi dalam pola asuh paralel ini juga membawa manfaat bagi orang tua untuk tidak saling gugup dan bertengkar di hadapan anak. Pola asuh ini juga bisa memberi waktu untuk sembuh dari luka dan mendapat ketenangan usai perpisahan.

Sehingga kedua orang tua bisa lebih fokus pada cinta, dukungan dan kasih sayang untuk anak daripada hanya menahan emosi diri. Tidak menutup kemungkinan, pengasuhan ini juga akan memperbaiki komunikasi antar orang tua ke depannya.

5. Bagaimana menjalankan paralel-parenting

ilustrasi ayah dan anak (unsplash.com/Juliane Liebermann)

Terdapat beberapa cara untuk menjalankan pengasuhan terpisah. Kamu bisa meminta bantuan pada pihak ketiga yang netral atau membuat peraturan resmi pengasuhan. Seperti menentukan bagaimana kalian membagi waktu dengan anak, kapan waktu berkunjung, atau dimana tempat penjemputan dan pengantaran.

Kamu juga bisa menggunakan metode komunikasi tak langsung, seperti email atau pesan daring untuk mengkomunikasikan kondisi anak. Seperti yang berkenaan dengan pendidikan, kesehatan atau kesejahteraan mereka.

Itulah beberapa hal tentang paralel-parenting yang bisa dijadikan alternatif pengasuhan usai perceraian. Dengan begitu, kebutuhan anak dan orang tua bisa sama-sama saling terpenuhi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Dwi wahyu intani
EditorDwi wahyu intani
Follow Us