5 Tanda Orangtua yang Suka Mengontrol dan Cara Menghadapinya

Memiliki orangtua yang suka mengontrol atau cenderung otoriter bisa memengaruhi kehidupan anak di masa depan. Dikutip Choosing Therapy, seorang penulis dan pekerja sosial klinis berlisensi, Ashley Stuck, LCSW, menuliskan bahwa orangtua yang sering mengatur, menuntut, mengkritik, dan mengawasi anak secara terus-menerus dapat memberikan dampak besar terhadap perkembangan emosional dan psikologis sang anak.
Mungkin orangtua berpikir bahwa mereka melakukan ini demi melindungi dan membimbing anak mereka. Namun ternyata, tanpa mereka sadari, pola asuh tersebut justru bisa menimbulkan berbagai tantangan bagi anak, baik saat mereka kecil maupun ketika sudah dewasa. Berikut ada beberapa tanda yang menunjukkan kamu mempunyai orangtua yang suka mengontrol dan cara menghadapinya.
1.Terlalu ikut campur dalam berbagai aspek kehidupan anak

Dilansir Mind Body Green, seorang terapis pernikahan dan keluarga berlisensi, Weena Wise, LMFT, mengatakan bahwa salah satu ciri paling nyata orangtua yang suka mengontrol adalah sering ikut campur dalam berbagai aspek kehidupan anak. Mulai dari urusan sekolah hingga hal-hal pribadi, seperti memilih teman, mengisi waktu luang, dan menentukan minat atau hobi yang ingin dijalani sang anak.
“Hal ini biasanya dimulai ketika anak memasuki usia prasekolah sampai menempuh jenjang pedidikan tinggi,” ujar Wise. “Orangtua ingin memengaruhi anak dan menjadi bagian dari setiap keputusan mereka,” imbuh psikolog klinis, Shefali Tsabary, dikutip Mind Body Green.
Walau begitu, penting diketahui bahwa sikap seperti ini bisa membuat anak kekurangan kendali atas diri mereka sendiri. Mereka tidak hanya merasa tertekan akibat kontrol orangtua, tetapi juga sulit untuk menjalani hidup secara mandiri.
Membangun kesadaran pada orangtua mengenai dampak dari sikap mereka sangatlah penting. Walaupun sulit dilakukan, tapi orangtua perlu menyadari bahwa perilaku mereka yang suka mengontrol justru dapat membuat anak merasa terbebani.
2.Mengkritik pilihan apa pun yang dibuat oleh anak

Tanda kedua yang menunjukkan bahwa orangtua suka mengontrol adalah selalu mengkritik pilihan apa pun yang dibuat oleh anak. Ketika orangtua tidak setuju, mereka juga gak segan mengungkapkan ketidaksetujuan tersebut kepada anak.
Misalnya, saat kamu berencana mengadakan pesta ulang tahun, lalu kamu menemukan gaun yang sesuai dengan seleramu, tetapi saat memberitahu pilihanmu kepada orangtuamu, mereka justru melontarkan kritik negatif dan memaksamu untuk mengenakan pakaian pilihan mereka.
Jika situasi ini benar-benar terjadi padamu, maka langkah yang bisa dilakukan adalah berusaha memberdayakan diri sendiri dengan membuat rencana atau pilihan yang objektif. Menurut Trudi Griffin, LPC, MS, selaku konselor profesional, dikutip Wikihow, anak memang tidak bisa sepenuhnya lepas dari kontrol orang tua, tetapi mereka bisa menunjukkan kepada orangtua bahwa mereka berhak atas pilihan mereka sendiri.
3.Kurang memberikan apresiasi atas usaha anak

Bukan hanya mengatur, orangtua yang suka mengontrol biasanya kurang memberikan apresiasi atas usaha yang dilakukan oleh sang anak. Mereka cenderung fokus pada hal-hal yang ingin mereka perintahkan pada anak daripada memperhatikan bagaimana anak berusaha bertanggung jawab dan memenuhi harapan orangtua.
Ketika anak tumbuh dan dewasa, mereka akan memiliki harga diri yang rendah karena kurangnya apresiasi dari orang-orang terdekat, cenderung perfeksionis, dan mudah putus asa. Tentu, pola asuh ini bisa membuat anak kesulitan menjalani kehidupan sosialnya.
Namun, ada cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi situasi tersebut, yaitu mencari dukungan eksternal, seperti sahabat atau orang-orang yang kamu percaya. Hal ini karena anak-anak yang memiliki orangtua suka mengontrol seringkali tidak mendapat perhatian atau kasih sayang yang tulus dari orangtuanya. Dengan hadirnya dukungan eksternal, kamu bisa menemukan tempat curhat, mendapatkan validasi, dan kenyamanan saat dibutuhkan.
4.Memiliki ekspektasi berlebihan terhadap anak

Orangtua yang suka mengontrol umumnya juga sering menaruh harapan-harapan besar kepada anak mereka. Bahkan, harapan tersebut kerap kali melewati batas. Memang, di satu sisi, orangtua ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Namun, di sisi lain, orangtua juga harus paham bahwa memberikan beban ekspektasi yang berlebihan secara terus-menerus kepada anak bukan tindakan yang bijak.
Tsabary menyarankan untuk menerapkan batasan yang sehat dengan orangtua. Setelah batasan ditetapkan, kamu juga perlu menjaga batasan tersebut agar selalu dipatuhi.
“Cara terbaik untuk menghadapinya adalah dengan menetapkan batasan yang kuat, tegas, dan konsisten. Langkah ini mungkin tampaknya sulit bagimu, tetapi sangat penting agar kamu terbebas dari pola asuh yang otoriter,” jelas Tsabary.
5.Menerapkan aturan yang tidak masuk akal kepada anak

Terakhir, tanda yang menunjukkan bahwa orangtua suka mengontrol adalah memberikan aturan yang tidak masuk akal kepada anak. Hal ini dilakukan supaya orangtua lebih mudah untuk mengendalikan anak-anak mereka.
Tsabary mengungkapkan bahwa menerapkan aturan atau batasan yang kaku tanpa penjelasan atau fleksibilitas bisa menjadi bentuk proyeksi kecemasan orangtua terhadap anak. Dengan kata lain, orangtua yang belum mampu mengendalikan kecemasannya, cenderung melampiaskan kecemasan itu dengan cara mengontrol orang lain, dalam hal ini anak mereka sendiri.
Namun, ada cara yang bisa dilakukan, yaitu memberanikan diri untuk mengajak orangtua berkomunikasi secara terbuka. Ungkapkan perasaanmu dengan penuh rasa hormat. Jika situasi mulai memanas, kamu bisa berhenti sejenak dan lanjutkan percakapan tersebut di waktu yang tepat. Sebab, bagaimanapun orangtua harus memahami bahwa pola asuh mereka membuat anak merasa tidak nyaman.
Memiliki orangtua yang suka mengontrol memang tidak mudah, tetapi kamu harus bisa menyikapinya secara bijak. Dengan mengetahui tanda-tanda di atas dan cara menghadapinya, kamu bisa mendiskusikan hal ini dengan orangtua sekaligus menyampaikan perasaan serta kebutuhanmu secara jujur. Semoga cara ini bisa menjadi langkah awal untuk mewujudkan hubungan yang lebih sehat dengan orangtua, ya.