Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Tips Berhenti Menjadi Workaholic, Ambil Cuti!

ilustrasi workaholic (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Selain menikah, prioritas seseorang setelah dewasa adalah menjadi orang yang sukses. Untuk mendapatkan kesuksesan tentu butuh lebih dari sekadar pengorbanan. Namun, kebanyakan orang menyalahartikan naik jabatan dan banyak uang sebagai penilaian tingkat kesuksesan seseorang.

Salah satu cara untuk menggapai kesuksesan adalah dengan bekerja keras. Workaholic, sebutan yang kini populer untuk para penggila kerja. Padahal, menjadi seorang workaholic lebih banyak ruginya daripada untung. Coba cara ini, agar bisa berhenti menjadi workaholic, yuk!

1. Batasi pekerjaan harian

ilustrasi batasi pekerjaan (pexels.com/George Milton)

Seorang workaholic tak akan pernah mengeluh dibebankan banyak pekerjaan. Mereka akan terus bekerja tanpa mengenal kata henti. Padahal, apa gunanya bekerja tanpa tujuan? Hanya akan merusak hidup, sehingga tak bergairah lagi.

Untuk berhenti menjadi penggila kerja, coba batasi pekerjaan harian yang harus kamu selesaikan. Kamu harus membedakan, pekerjaan yang perlu dan yang tidak perlu diselesaikan di hari yang sama. Dengan begitu, kamu akan mengetahui sampai mana tubuhmu harus bekerja aktif. 

Jangan biarkan kamu dikendalikan oleh pekerjaan, sehingga membuatmu menjadi workaholic. Kuasai diri dan kuasai pekerjaanmu, karena sejatinya orang sukses berasal dari orang yang mampu menguasai management pekerjaan dengan baik.

2. Jangan gila lembur

ilustrasi lembur (pexels.com/cottonbro studio)

Pernahkah kamu berpikir lebih dalam, apakah lembur begitu berarti untukmu? Berapa banyak uang yang kamu hasilkan dari lemburanmu itu? Kalau uang lembur cukup besar, mungkin bisa dipertimbangkan untuk beberapa kali lembur kerja.

Namun, kamu gak perlu setiap hari lembur. Bahkan sengaja mengganggu hari libur, hanya untuk melembur pekerjaan yang sebenarnya bisa dikerjakan pada jam kerja. Lembur sangat tidak efektif, jika terus dilakukan.

Agar kamu bisa berhenti menjadi workaholic, jangan gila lembur! Buat dirimu mengerti, bahwa lembur hanya jika diperlukan saja. Jika memang pekerjaan itu sangat mendesak, sehingga mewajibkan kamu untuk lembur.

3. Sisipkan waktu untuk bersosialisasi

ilustrasi bersosialisasi (pexels.com/Nicole Michalou)

Seorang workaholic tak pernah bersosialisasi. Bagaimana mau bersosialisasi, sedangkan waktu untuk diri sendiri saja tidak ada? Maka, cara ampuh untuk berhenti menjadi penggila kerja adalah menyisipkan sebagian waktu untuk bersosialisasi.

Ya, dengan cara melawan arus si workaholic, maka kamu mampu keluar dari sebutan workaholic. Bersosialisasi sangat penting, bukan hanya untuk sekadar mengobrol bersama kawan saja. Lebih besar dari itu, kamu akan mendapatkan banyak keuntungan dengan bersosialisasi.

Networking dengan rekan kerja memang penting, tetapi bersosialisasi di lingkungan rumah juga tak kalah pentingnya. Semua orang mengetahui, bahwa tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri. Dengan bersosialisasi, kamu akan mengenal banyak orang yang suatu saat mungkin akan membantumu.

4. Ambil waktu sesaat untuk cuti

ilustrasi cuti berlibur (pexels.com/JV M)

Yang wajib kamu lakukan untuk keluar dari lingkaran workaholic, ambillah waktu sesaat untuk cuti. Tak perlu mengambil cuti dan berlibur jauh ke luar negeri. Kamu cukup ambil cuti, untuk istirahat sejenak dari segala kesibukan kantor.

Apalagi, sebenarnya kamu memang memiliki jatah cuti yang sayang kalau gak digunakan. Baiknya, minimal kamu harus meluangkan diri untuk cuti, walau hanya untuk mengistirahatkan badan di rumah.

Banyak cara untuk berhenti menjadi workaholic. Jangan pernah mau terjebak menjadi penggila kerja yang gak pernah memikirkan diri sendiri. Bahagia itu penting, lebih penting daripada sekadar mendapatkan jabatan tinggi dan banyak harta. Yuk, segera berhenti menjadi workaholic, dan ingatlah bersenang-senang!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Airani Listia
EditorAirani Listia
Follow Us