Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Tidak Perlu Mengejar Kebahagiaan, Hidup Makin Gak Tenang!

ilustrasi orang sedang sedih (pexels.com/Inzmam Khan)

Setiap orang kalau ditawarkan kebahagiaan pasti semuanya akan menjawab mau. Tapi, jika untuk dikejar kamu harus berpikir seribu kali, sebab untuk menjadi bahagia bukan sesuatu yang mudah di dunia ini apalagi kalau mengikuti standar fatamorgananya. 

Nah, kalau malah terus mengejar kebahagiaan bisa-bisa kehabisan energi dan bikin hidup menjadi semakin tidak tenang. Selain tidak mudah untuk dicapai karena berbagai versi bahagia tiap orang yang berbeda ada alasan lain mengapa hidup tidak perlu mengejar kebahagiaan berikut ini!

1. Tekanan untuk terus bahagia

ilustrasi tiga pria berdiri sambil tertawa (pexels.com/Helena Lopes)

Ketika kita mencapai standar kebahagiaan menurut diri pribadi dan masyarakat, bukan tidak mungkin situasi terus menuntut kita dalam keadaan bahagia. Jiwa kita bahkan terus menolak untuk merasakan kesulitan atau perasaan buruk yang manusiawi.

Akibat kita terus mengejar kebahagiaan akhirnya sedih sedikit merasa diri sangat buruk. Apabila diketahui orang lain, dikira lebay, cari perhatian dan lemah, seakan-akan kita sedang menunjukkan kesedihan palsu di depan mereka.

Alhasil kita yang terlalu mengejar kebahagiaan itu, akan hidup dalam tekanan. Ujung-ujungnya juga tidak akan bahagia, jadi untuk apa terus dikejar?

2. Terus membandingkan diri dan bikin tidak bersyukur

ilustrasi orang sedang berbincang-bincang (pexels.com/Zekai Zhu)

Mengejar kebahagiaan cenderung membuat kita mudah membandingkan diri dengan orang lain. Ketika melihat media sosial banyak orang membeli barang branded atau liburan ke luar negeri kita menjadi ingin menyainginya. 

Keinginan untuk mencapai kebahagiaan seperti yang dimiliki orang lain, kalau tidak tercapai maka akan membuat kita cenderung tidak bersyukur. Hanya karena kita tidak memiliki sebagian kebahagiaan yang dimiliki oleh orang lain.

Masalah ini tidak hanya membuat itu hidup tidak tenang tetapi mungkin kita insecure juga. Itulah sebabnya mengapa kita harus berhenti mengejar kebahagiaan.

3. Kebahagiaan dunia hanya sementara

ilustrasi pria menerima kabar baik (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Sadar atau tidak kebahagiaan di dunia ini hanyalah sementara dan fatamorgana. Bagian dari pencapaian materi, popularitas atau kesenangan sesaat semua itu sifatnya sementara. 

Contoh kecilnya saja, ketika kamu sangat senang membeli barang branded dan sudah berakhir masa trennya maka jelas yang didapatkan adalah kehampaan setelahnya. Dampak dari hal itu kita menjadi butuh sesuatu yang baru untuk merasa lebih bahagia. 

Jadi, kebahagiaan di dunia hanya bertahan sebentar saja. Lantas apa yang harus terlalu dikejar-kejar dari standar kebahagiaan itu? Bukannya jadi tambah stres karena terus terbayang-bayang keinginan yang nangkring di wishlist

4. Emosi negatif bisa lebih membuncah

ilustrasi orang marah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kebahagiaan  sering disalahartikan sebagai ketiadaan emosi negatif. Padahal, perasaan sedih, marah, kecewa itu sudah menjadi elemen kita sebagai manusia. 

Ketika kita terus mengejar kebahagiaan tentu akan memunculkan keinginan menekan emosi tersebut. Hingga akhirnya menumpuk terpendam yang membuat kamu semakin hidup tertekan, walaupun memang ada cara positif untuk menyalurkan emosi negatif, tapi bukan berarti harus menuntut kehidupan sempurna tanpa merasa sedih sedikit pun.

5. Kehilangan motivasi

ilustrasi orang berbincang (pexels.com/Mental Health America (MHA))

Orang yang sudah mencapai kebahagiaan sempurna menurut mereka, maka akan gampang puas dan sudah cukup bahagia. Perasaan ini adalah tanda bahwa seseorang sedang mengalami kehilangan motivasi, alhasil tidak ada lagi dorongan untuk belajar hal baru. 

Setidaknya untuk mencapai mimpi yang lebih bermanfaat bagi orang di sekitarnya menjadi versi terbaik dari dirinya Sendiri. Inilah alasan mengapa kita tidak perlu mengejar kebahagiaan. 

Nah, kalau menurut pandangan kamu apakah mengejar kebahagiaan dapat memberikan keuntungan lebih atau sebaliknya? Jelasnya, tidak ada kehidupan yang ideal di dunia ini apalagi kebahagiaan milik orang lain, nikmati prosesnya dan berbahagialah dengan apa pun kondisimu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Risa Fitriana
EditorRisa Fitriana
Follow Us