5 Cara Menjaga Kesehatan Mental Pasca Layoff, Cegah Stres!

- Akui dan validasi perasaanmu dulu, jangan hindari emosi yang muncul setelah layoff.
- Tetap jaga rutinitas harian untuk stabilkan mental, mulai dengan rutinitas sederhana yang kamu nikmati.
- Jaga koneksi sosial, walau cuma ngobrol via chat, bergabung dengan komunitas online yang relevan.
Kehilangan pekerjaan rasanya bisa meruntuhkan banyak hal dalam hidup. Bukan cuma urusan finansial, tapi efeknya bisa sampai ke pikiran, hati, dan rasa percaya diri. Setelah menerima kabar layoff, banyak orang merasa seperti kehilangan arah. Waktu terasa lambat, pikiran jadi liar, dan rasa tak berguna mulai muncul satu per satu. Pastinya perasaan itu normal, tapi kalau gak ditangani dengan baik, bisa berkembang jadi stres berkepanjangan.
Di balik tekanan itu, kamu juga pasti merasa punya ekspektasi untuk tetap baik-baik saja. Walaupun, menjaga kesehatan mental setelah kehilangan pekerjaan itu sama pentingnya dengan cari kerja baru. Kalau pikiranmu gak sehat, energi buat bangkit juga bakal sulit terkumpul. Jadi, daripada pura-pura kuat, lebih baik pelan-pelan mulai mengelola emosi dan mentalmu. Berikut lima cara menjaga kesehatan mental pasca layoff!
1. Akui dan validasi perasaanmu dulu

Hal pertama yang sering diabaikan karena dianggap gak penting adalah mengakui perasaan diri sendiri. Kamu harus mengakui bahwa kamu itu sedang sedih, marah, kecewa, atau bahkan merasa gagal. Itu bukan tanda kamu lemah, melainkan itu tanda kamu manusia. Layoff bisa sangat memukul diri karena selama ini kamu mungkin mengaitkan nilai dirimu dengan pekerjaan.
Saat pekerjaan hilang, kamu pun jadi merasa kehilangan arah. Daripada menghindari emosi itu, cobalah beri ruang. Tulis di jurnal, curhat ke teman dekat, atau sekadar duduk diam dan rasakan apa yang muncul. Validasi perasaanmu bukan berarti kamu pasrah, tapi justru membuka jalan untuk proses pemulihan yang lebih sehat dan jujur.
2. Tetap jaga rutinitas harian

Salah satu hal yang paling mengganggu setelah layoff adalah perubahan drastis dalam rutinitas harian. Gak ada lagi alarm pagi, gak ada lagi jadwal rapat, dan akhirnya kamu bisa terjebak dalam ritme hidup yang gak teratur. Ini bisa bikin mental makin rentan karena tubuh dan pikiran kehilangan kebiasaan.
Jadi, mulailah dengan membuat rutinitas sederhana yang kamu nikmati. Bangun di jam yang konsisten, mandi, sarapan, lalu isi waktu dengan aktivitas yang bermakna. Entah itu belajar skill baru, olahraga ringan, atau sekadar beresin rumah. Rutinitas harian membantu otak merasa punya kendali, dan itu penting banget untuk kestabilan mentalmu.
3. Jaga koneksi sosial, walau cuma ngobrol via chat

Saat mentalmu down, godaan terbesar adalah menarik diri dari semua orang. Namun, justru disaat seperti inilah kamu butuh support system. Gak harus curhat panjang, kadang ngobrol receh soal film, makanan, atau meme lucu juga bisa jadi booster suasana hati yang ampuh.
Kamu juga bisa ikut komunitas online atau grup yang relevan, terutama yang sedang bahas karier dan kesehatan mental. Banyak orang yang sedang mengalami hal serupa, dan kamu gak sendirian. Berbagi cerita dengan mereka bisa bikin kamu merasa gak terasing, lho!
4. Kurangi konsumsi media sosial yang memicu rasa insecure

Scroll Instagram atau LinkedIn pas lagi overthinking soal pekerjaan itu merupakan hal yang cukup berbahaya. Algoritma media sosial cenderung memunculkan highlight dari hidup orang lain, entah itu promosi jabatan, karier baru, atau pencapaian yang bikin kamu merasa tertinggal.
Coba detoks media sosial sementara waktu atau atur ulang siapa yang kamu ikuti. Ganti dengan akun-akun yang mengedukasi, memberi semangat, atau menawarkan insight positif. Ingat, proses hidup orang lain bukan standar keberhasilanmu. Kamu berproses di timeline yang berbeda, dan itu valid.
5. Cari bantuan profesional jika perlu

Kalau kamu merasa sedih berkepanjangan, susah tidur, mudah marah, atau kehilangan minat terhadap hal-hal yang biasa kamu sukai, bisa jadi itu tanda kamu sedang butuh bantuan profesional. Konseling dengan psikolog bukan berarti kamu sedang sakit, tapi kamu sedang peduli dengan kondisi mentalmu.
Sekarang, akses ke bantuan profesional juga makin mudah, banyak platform online yang menawarkan konseling dengan biaya cukup terjangkau. Kamu gak harus menunggu sampai benar-benar parah untuk mencari bantuan. Justru, langkah proaktif seperti ini adalah bentuk cinta pada diri sendiri.
Meski sedang terkena layoff, kamu bisa memilih bagaimana cara meresponsnya. Menjaga kesehatan mental bukan tentang selalu merasa positif. Kamu boleh merasa sedih, tapi jangan biarkan kesedihan itu menghancurkanmu. Percayalah, kamu tetap berharga walau saat ini sedang tak punya pekerjaan.