5 Kebiasaan yang Bakal Bikin Kamu Susah Kaya, Senang Berhutang!

Kekeliruan pertama yang paling banyak dilakukan oleh orang-orang dalam hal finansial adalah sibuk memikirkan gaya hidup. Mental orang semacam ini sangat susah untuk diajak menabung apalagi berinvestasi.

Baginya yang terpenting adalah mampu menunjukkan ke orang-orang bahwa dirinya kaya raya lewat life style yang dia anut, gak peduli kalau itu semua hanyalah semu belaka. 

Nongkrong di kafe mahal, menggunakan outfit branded, dan berbagai gaya hidup mewah lainnya sangat digemari orang tipe ini. Jelas mereka sangat menyukai pujian yang didapat dari gaya hidup tersebut.

Kebiasaan berikutnya ditunjukkan dengan seringnya kamu meminta kepada orang lain. Minta ditraktir saat lagi nongkrong atau minta barang gratis pada mereka yang berdagang. Kalau begini terus kapan bisa kayanya? 

Ingat, orang kaya itu gak pernah meminta-minta. Justru, mereka senang memberi dan berbagi, terutama kepada yang lebih membutuhkan. 

Senang berhutang juga jadi salah satu mental miskin yang masih sering dimiliki orang-orang. Bukan hal yang terlarang, tapi berhutang sebaiknya gak jadi sebuah kebiasaan. Apalagi jika gak dihindari dan malah sengaja dilakukan. Duh, gak patut dicontoh banget. 

Berhutang itu harusnya hanya dilakukan ketika dalam situasi terdesak. Selebihnya, usahakan semampunya agar gak sampai meminjam uang dari orang lain. 

Orang dengan mental kaya gak akan pernah sembarangan dalam merencanakan keuangan. Mereka punya aturan dan tujuan yang jelas dalam hal finansial. Berbanding terbalik dengan mereka yang punya kebiasaan menghambur-hamburkan uang. Sebab perencanaan keuangan pun menjadi sesuatu yang fiktif belaka. 

Sebab mereka terus melakukan pengeluaran tanpa tercatat dan pemasukannya juga gak pernah dikelola dengan jelas pembagiannya. Ujung-ujungnya, di akhir bulan golongan orang ini akan kebingungan karena kehabisan uang. Jangan sampai kamu begini, ya.

Jangankan menabung, untuk berinvestasi aja orang dengan kebiasaan finansial buruk gak akan pernah terpikirkan. Membagi pemasukannya untuk sesuatu di masa depan seperti investasi sangat jauh dari pemikirannya. Hal yang ia pikirkan hanyalah untuk masa kini. 

Ia bukannya punya penghasilan terbatas. Mereka ini memiliki pemasukan yang lebih dari cukup untuk dibagi untuk ditabung, disedekahkan, dan diinvestasikan. Hanya saja, memang pola hidupnya dan mentalnya yang lemah terhadap godaan pengeluaran tak penting.